Cafe Andromeda - suatu siang
"Sorry aku telat." Seorang perempuan pertengahan 20 tahun-an memasuki cafe dengan setengah terengah lalu menghempaskan tubuhnya dengan lega di salah satu kursi diantara dua kursi lain yang telah terisi.
"Duhhhh...Ngaret melulu sih non. Nggak berubah banget." Sungut lelaki di kursi sebelahnya.
"Hehehe. Sorry Biii...Maksud hati jam sepuluh udah jalan tadi, apa daya masih harus ini itu. Mana Citra?"Binar meringis. Miss jam karet adalah julukannya dan terlambat adalah kebiasaannya yang sudah mendarah daging mengurat nadi sejak orok.
"Masih ke toilet. Pesen aja dulu." Bian, lelaki itu memanggil waiter untuk membawakan buku menu.
"Haaii sayaang!" terdengar suara memekik dari belakang kursi mereka berdua. Binar memutar badannya dan ikut memekik girang melihat sahabatnya yang tetap imut di usianya yang ke duapuluh empat. Mereka berdua berpelukan dan saling mencium pipi dengan semangat.
"Hiiihh..kangen banget aku sama kamu, Bin." Citra, perempuan berperawakan mungil dan berambut pendek sebahu, duduk menatap sahabatnya dengan senyum tersungging.
"Aku jugaaa..Ya ampun, nggak nyangka kamu masih imut aja, Cit. Hahaha." Binar dengan semangat menanggapi perkataan Citra.
"Ehem." Bian berdehem. Serempak kedua perempua itu menoleh lalu tertawa.
"Sorry Bi..suka lupa kalo ada kamu." Ujar Citra tertawa.
"Terusiiinn aja..terusiinn...Anggep aja aku hiasan dinding." sungut Bian.
"Halaahh..Masih aja ngambekan kamu ini. Udah jadi guru kok masih ngambekan. Ntar ga bisa dibedain sama muridnya loh." Goda Binar sambil menowel pipi Bian.
"Ishh! Pake towel-towel pipi. Lagian nih yaaa.. ya jelas beda dong aku sama murid. Aku ini pria matang gitu loh." Bian sok merengut, tapi menyembunyikan senyum. Kegembiraan hatinya tak bisa disembunyikan karena berkumpul lagi dengan sahabat-sahabat perempuannya.
"Jadi gimana...gimana..jadi ngelamar ke sekolah kita kan?" tanya Citra sambil menyeruput ice mint green tea nya.
"Iya dong. Udah aku kirim lamarannya by email, tinggal nunggu wawancaranya aja kata mereka."jawab Binar lalu menyebutkan pesanannya pada waiter.
"Walaupun agak aneh, aku tetep aja heran dengan keputusanmu jadi guru, Bi." Binar beralih pada Bian sambil mencomot kentang goreng mayonaise pesanan Bian.
"Waktu itu kan aku dah bilang Bin, agak berat juga untuk ambil keputusan ini. Tapi ternyata ga seburuk yang aku sangka kok. Ada beberapa anak bengal yang memang harus dikerasin. Tapi selebihnya bisa dikendalikan tuh." Bian menjawab santai sambil tersenyum.
"Hahaha. Kamu musti liat dia di lapangan, Bin. Guru-guru perempuan suka banget ngeliatin dia dan murid-murid kelas lima sama enam terutama yang paling suka nempel-nempel sama pak guru Bian. Siapa tuh namanya Bi, yang suka ngintilin kamu di lapangan padahal lagi nggak olahraga?" tawa Citra terdengar di udara. Bian mengerang.
"Bila sama Nana. Duh! Itu anak-anak dikasih makan apa sih sama orangtuanya bisa pada genit begitu. Enakan juga ngajar anak kelas satu tuh. Masih pada lugu. Kesayangan Citra tuh si Panda. Hahaha." Sambung Bian ikut tertawa.
"Panda? Asli namanya Panda?" Mata Binar membeliak ingin tahu.
"Bukan. Tapi kelakuannya kayak Panda. Lucu banget itu bocah. Kamu mesti liat sendiri nanti." Citra terkikik mengingat anak didiknya yang satu itu.
"Hahaha. Ohya? Wah aku sudah nggak sabar niiihh kembali ke sekolah kita dan gabung sama kalian." Binar, sesuai dengan namanya, memandang kedua sahabatnya dengan berbinar-binar.
Can't hardly wait to start the journey with bestfriends and the kids!
—————-
Hai! Ya ampun...aku udah bawa cerita yang lain lagi. Hahaha. Padahal masih banyak cerita yang belum dicentang alias tamat. Tapi gapapa deh ya...daripada ngganggu pikiran melulu ini ide. Cerita ini agak beda sama yang lain karena akan banyak melibatkan anak-anak. Rencananya sih akan dibuat serial gitu. Tapi nggak tahu lagi ntar gimana-gimananya.
Jujur aja aku bingung dengan judulnya. Tapi ada sedikit pemikiran kenapa dikasih judul butterflies. Ntar aku kasih tau di part-part selanjutnya (kalooo ada yang suka cerita ini.Hahaha). Semoga ada yang suka ya ^^
Luv
BJ
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
General FictionCedera dan akhirnya tidak bisa melanjutkan jadi atlet, membuat saya banting setir jadi guru. Keputusan agak gila memang karena sebenarnya saya tidak pernah menyukai anak-anak. Tapi ternyata itu hanya awalnya..... Bian Dewantara - guru olahraga Anak...