"ARAAAA BANGUNNN!" Teriak ibuk marah, aku yang kala itu sedang tidur terhentak kaget dan segera bangun menyusul sumber suara dari ibuk, "Kenapa buk?" Tanya ku lirih setengah linglung "Kau ini tidur tak mengenal waktu, lihatlah sekarang jam berapa?" Pungkas ibu, aku yang seketika menoleh pada keberadaan jam dinding, Astaga batinku, ini sudah menunjukkan pukul 6 malam yang mana sebentar lagi makan malam bersama bapak dan ibuk, sementara aku bergegas untuk mandi '"Ara mandi dulu Bukkkk" ujarku "Dasar anak semakin gede bukannya semakin jelas hidupnya, malah semakin ga karuan" celoteh ibuku kesal, ya wajarlah tingkah lakuku belakangan ini membuatnya agak kesal.
Di ruang makan, aku, bapak dan ibuk memulai melahap makanan Yang ada di depannya, sementara aku, masih linglung menguatkan diri guna meminta izin untuk melanjutkan SMA di perkotaan, tak jarang bapak memperhatikan gerak gerik ku yang gelisah, aku berusaha tenang, tiba tiba, "oh iya tadi siang Ara mau ngomong apa ke bapak ibuk? Udah mau nikah sama si Mardi?" Tanya bapak, " Mardi Mardi terus, seolah olah pria di dunia ini hanya si Mardi saja pak" pungkasku agak kesal, " jadi gini pak buk, ara mau minta izin bapak ibuk, gimana kalau Ara melanjutkan SMA di.." belum selesai aku ngomong ibuk sudah menyanggah " Dimana? Dimana? Kau mau sekolah di manapun ibuk hanya setuju kau masuk pesantren" kata ibuku sembari mengunyah makanan yang masih tersisa di mulutnya, aku yang merasa tidak diberikan kesempatan dalam memilih jenjang pendidikan ku, aku pun lari menuju kamarku, menangis se sunyi mungkin, namun Isak tangisku semakin lama terdengar oleh bapakku dan malam itu juga aku yang masih belum tertidur dikarenakan tangisku yang belum berhenti, aku secara diam diam menyimak obrolan bapak dan ibukku, yang mana bapak ibukku membahas tentang jenjang pendidikan ku, ya mereka berdua setuju jikalau aku harus masuk pesantren, tapi bapakku menuturkan hanya satu tahun di dalam pendidikan pesantren.
Mataku terbuka pelan, efek menangis yang semalam terjadi menjadikan mataku pagi ini agak sipit, ku beranjak dari tempat tidurku dan menuju jendela untuk membuka jendela, rembetan cahaya mentari pagi mulai memasuki setiap sudut kamarku, aku pun bergegas mandi dan menuju tempat makan, tak ku jumpai bapak atau ibuku berada di tempat makan, biasanya pagi seperti mereka berdua sudah menungguku untuk makan bersama, ya hal seperti itu yang menjadikan ku betah di rumah selama ini, keharmonisan keluarga meskipun dengan hal hal yang sederhana, aku bergegas sarapan lalu melanjutkan aktivitasku, seperti membaca buk, menulis puisi atau hanya duduk duduk di teras rumah.
Siang itu, ketika aku sedang membaca buku di belakang jendela kamar, kulihat dua sosok yang tak asing, bapak dengan kemeja batiknya dan ibuk dengan pakaian rapi, hal asing siang itu karena nampak bapak dan ibuk tidak seperti pulang dari sawah seperti biasanya, aku yang hendak menghampiri nya pun malas aku memilih membaca buku ku ketimbang menjumpai mereka berdua, " Araa, araaa turun nak ada yang ingin bapak sampaikan " panggilan bapakku dengan nada halusnya, jarang bapak membentakku, spontan aku bergegas menghampiri bapak yang ada dilantai bawah, " ada apa pak? " Tanyaku sembari memandangi sebuah stopmap yang ada dalam genggaman bapakku, " bapak dan ibuk barusan mendaftarkan mu di pesantren sebelah, tempat pak Mursyid mengajar " ujar bapakku " Hah? Di pesantren tempat pak Mursyid mengajar? " Tanyaku dengan nada setengah kaget " iya nak kamu bisa mulai masuk pesantren bulan Januari depan " kata bapakku sembari menaruh stopmap yang ia bawa keatas meja makan.
Setelah pembicaraan yang singkat itu aku bergegas naik ke kamar, melanjutkan aktivitas membaca buku ku yang sempat aku tinggal karena panggilan bapak, namun disela sela membaca buku aku tiba-tiba memikirkan pesantren yang disebut kan oleh bapakku tadi.
2 hari sebelum aku berangkat ke pesantren, aku mempersiapkan semua kebutuhan ku untuk siap siap menuju pesantren yang bapakku daftarkan, aku mempersiapkan segala mental dan harus menerima semua cerita yang akan aku alami di di pesantren itu, banyak hal mengenai pesantren tersebut berupa rumor rumor yang tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas tali
AdventureNamaku Rara, aku yang berjuang untuk mendapatkan hak hak yang semestinya aku dapatkan dalam hidup, ya..bahagia, aku harus mendapatkannya. Namun Lika liku kehidupan yang entah berantah membuatku putus asa..sedemikian rupa.. Dan aku memilih untuk...?