" Tin tin " suara klakson yang khas dari mobil pak Sholih sudah terdengar dari dalam kamarku sendiri, bapak, ibuk dan aku bersiap siap bergegas menuju kebawah Guna mengangkut barang barang yang akan aku bawa menuju pesantren, baik dari tas kecil maupun koper, wajarlah pertama kali dalam hidup, aku merasakan pendidikan di pesantren itu pun dikarenakan orang tua ku tidak setuju kalau aku harus menempuh pendidikan akhir di SMA kota," assalamualaikum, pak Sholih " sapa bapakku kepada pak Sholih " waalaikum salam yad " jawab pak Sholih dengan kata sapaan akrab, nama bapakku adalah unyadi, ya dengan nama akrab di desa yad menjadi nama bapakku agak pas di dengar di telinga, bapak mendekati pak Sholih dengan pelan, aku memandangi hal tersebut wajar saja, secara perlahan bapak memberikan amplop putih kepada pak Sholih " apa ini yad? " Pak Sholih kaget seketika bapak memberikan amplop putih itu " sedikit ucapan terimakasih lih.." jawab bapakku ringan sambil menggenggam kan amplop tersebut ke tangan pak Sholih " tak usah lah, anggap saja ini sebagai solidaritas sesama teman sepermainan dulu yad, tak usah lah pakai beginian, lebih baik berikan ke si Rara mungkin dia lebih butuh " ujar pak Sholih sembari mendekatiku dan memberikan amplop itu kepadaku, aku yang tak siap itu spontan menerima saja amplop itu ya.. dalam hatiku oke juga sih lumayan buat saku tambahan haha......" Ayok raaa berangkat " ajak pak Sholih, astaga aku melamun, buru buru ku masuk ke dalam mobil bagian belakang hfftttt dasar aku.
Sawah sawah terbentang sejauh mata memandang yang diakhiri dengan bukit bukit kecil nan kokoh membuat rasa kantuk perlahan hinggap di mataku, namun aku menolak Rasa kantukku karna mengingat perjalanan ini yang dibilang lumayan jauh dari desa ku, mataku memandang dengan liar setiap apapun yang ku lewati, lama kelamaan aku tak bisa menolak rasa kantukku dan tertidur..
" Bangun raaa udah nyampe pondok " suara ibu lirih membangunkan ku dari tidur, seketika aku reflek memandangi bangunan yang dibilang agak luas, pertama kakiku menyentuh tanah aku sudah mendapatkan sapaan dari beberapa calon temanku nanti di pesantren " sini neng saya bawakan barangnya " ujar seseorang wanita yang kukira seumuran denganku, hampir semua barangku habis dibawa oleh calon temanku menuju ruangan yang dimana nanti akan aku tidur bersama mereka, dalam hati " begini ternyata kehidupan pesantren " tiba tiba bapak merangkulku " nak bapak nganterin sampai sini saja ya, nanti kamu akan dibimbing oleh ustadzah Fitri, nanti kamu akan berkenalan dengannya " ujar bapakku " iya pak " jawabku singkat tanda dimengerti, benar, tidak lama kemudian muncullah sosok wanita yang cantik dari balik mobil pak Sholih, " neng Rara ya? " Tanya ramah dari ustadzah Fitri " eh iya buk " jawabku spontan karena aku belum terlalu biasa dengan menyebutnya "dzah", " jangan panggil buk, panggil saja dzah " ujar ustadzah Fitri " iya dzah maaf, belum terbiasa " jawabku dengan nada malu " baik neng mari saya antar ke kamarnya neng, biar neng Rara bisa cepat beristirahat, pasti neng capek kan? " Ujar ustadzah Fitri ramah, aku hanya mengangguk dan mulai meninggalkan bapak dan rombongan, di perjalanan menuju kamarku, aku sempat melihat ke bangunan sebelah nampak beberapa pemuda memandangku dari lantai kedua aku pun spontan bertanya " di pesantren ini ada cowoknya juga ya buk? eh maksudku dzah " tanyaku " benar neng ada cowoknya juga tapi neng tidak bisa sering berinteraksi dengan mereka nanti neng naksir malah ga fokus belajarnya hehehe " jawab ustadzah Fitri dengan sedikit gurauan nya tanpa basa basi sampailah aku dan ustadzah Fitri di kamar ku.
Setelah aku menyusun barang barangku ke dalam lemari, aku langsung duduk bersandar pada dinding yang dibilang sudah sangat tua itu, baru saja kepikiran ibuk dan bapak, tiba tiba ada sosok wanita mendekati aku " assalamualaikum salam kenal ya aku bella " ujar bella sambil menjulurkan tangan, aku pun segera menjabat tanganya " waalaikum salam, salam kenal juga aku rara biasa dipanggil ara " jawabku , tiba tiba sekitaran 5 sampai tuju orang mengerumuni aku dan ku kenal satu persatu orang tersebut ,Dila, Rahma, Yunita, Fira, Bella, putri dan maimunah.
Obrolan kita semua berhenti ketika ada salah satu ustadzah datang, ya beliau adalah ustadzah Mira istri dari ustadz agung ketua yayasan pesantren, eh iya pesantren ini namanya adalah Al Malik entah kenapa begitu namanya aku tidak tau persis, " yang namanya saudara Rara Angelia mana ya? " Ustadzah Mira bertanya " saya dzah " jawabku sembari beranjak dari tempat perkumpulan ku dan menyalami ustadzah Mira " bisa ikut ustadzah sebentar nak? " Ujar ustadzah Mira, aku menggeleng tanda setuju lalu mengikuti langkah ustadzah Mira yang mulai meninggalkan teman teman baruku, keluar dari kamarku aku masih bisa melihat beberapa cowok mengenakan peci di lantai atas ah bodoamat batinku, aku tak terlalu tertarik dengan mereka, nampaknya aku akan dituntun menuju kantor utama sebelah masjid, tempat ustadz agung dan ustadzah Mira tinggal, " assalamualaikum Abi " ustadzah Mira mengucapkan salam dan masuk kedalam rumah, sementara aku, bingung ga karuan harus mengapa " ayo nak masuk saja tidak apa apa " seketika ustadzah Mira mengajakku masuk kedalam rumahnya bergegas meninggalkan lamunan ku yang tidak jelas, aku masuk kedalam rumah dan duduk berhadapan dengan ustadzah Mira, aku yang malu pun hanya bisa tertunduk wajahku menghadap ke lantai rumah ustadz agung, " assalamualaikum Rara " suara tegas seorang laki laki yang mencerminkan kepribadiannya " eh waalaikum salam iya tadz " aku yang terkaget bukan ampun beranjak dan hendak menjabat tangan ustadz agung, namun ustadz agung tersenyum " maaf kalau bukan muhrim tidak boleh berjabat tangan ya nak " jelas ustadz agung, spontan aku malu tidak karuan saat itu " oh iya tadz maaf Ara tidak tahu soal itu " jawabku malu " iya tidak apa apa nak, sebagai pembelajaran kedepannya saja " pungkas beliau " baik ustadz " jawabku singkat, agaknya obrolan ini akan segera dimulai, " jadi begini Rara saya selaku ketua yayasan pondok ini, akan menjelaskan beberapa hal..." Ujar ustadz agung panjang lebar mengenai peraturan, pendidikan bahkan sistem makan sehari hari, hal itu mudah aku tangkap dengan cepat dan mengangguk pertanda aku paham akan penjelasan beliau " yaudah Rara sekarang boleh istirahat kembali ke kamar ya, tau kan jalannya? " Ujar ustadz agung " tau kok tadz " jawabku, obrolan berakhir dan aku mulai keluar dari rumah ustadz agung, baru beberapa langkah aku keluar dari rumah ustadz agung ada yang meneriaki ku " HEI " seketika aku menoleh ke sumber suara yang ternyata itu berasal dari tempat para cowok tadi, ketika aku memandang ke mereka tiba tiba saja mereka bersembunyi di balik tembok pembatas teras lantai dua " dasar genit " ujarku lirih dan melanjutkan perjalanan menuju kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas tali
AdventureNamaku Rara, aku yang berjuang untuk mendapatkan hak hak yang semestinya aku dapatkan dalam hidup, ya..bahagia, aku harus mendapatkannya. Namun Lika liku kehidupan yang entah berantah membuatku putus asa..sedemikian rupa.. Dan aku memilih untuk...?