𖥻 09. Mensiversary

6 2 0
                                    

Langit jingga di Sore hari telah berubah, menjadi gelap perlahan demi perlahan. Kebanyakan orang telah selesai dengan tugas mereka yang sibuk, seperti pekerjaan nya ataupun sekolah. Hampir semuanya sudah pergi untuk pulang menuju rumah, pergi beristirahat dan mengisi energi untuk esok hari.

Sama dengan keempat gadis cantik ini, keempatnya sudah selesai menyelesaikan kegiatan sekolah pada hari ini. Dan memutuskan segera pulang setelah menikmati seblak, walau hanya Zischo & Nadya yang makan seblak, keempatnya pergi pulang bersama menggunakan motor.

Zischo dengan Jewe, Nadya dengan Rozenna. Bukan pulang kerumah masing-masing atau kerumah khusus milik mereka. Keempatnya sedang menuju kerumah Zischo, rencana nya akan menginap malam ini.

Sebenarnya bukan rencana, ini dadakan. Entah akan ada apa, tetapi Zischo meminta ketiga sahabatnya itu untuk menginap dirumahnya. Jadi di sini sekarang, keempat sahabat itu.

Di depan rumah Zischo.

"Sebenernya ada apa deh mbak, tiba-tiba banget ngajak nginep?" Tanya Jewe, yang sebenarnya masih heran. Sama seperti Jewe, kedua bontot itupun menatap bingung ke arah Zischo.

"Yaa gapapa sih, emang ngga boleh apa dah?" Jawab Zischo, menatap balik ketiganya.

"Bolehh aja atuh mbak, maksudnya tuh tumben aja ngajak nginep atau tidur nya ini dirumah sendiri. Yaa kalo dulu sih emang gini, tapikan semenjak kita ada rumah biasanya kan disana gituu" ujar Nadya, "Jadi ada apa nihh? apa ini disuruh mbak jishoo kah?" Tanyanya lagi.

Zischo yang ditanya seperti itu hanya terkekeh, lalu menggeleng. "Udahlah, ayoo masuk aja. Capek gua mau istirahat, ayo lu pada masuk kita istirahat!" Ujarnya, lalu masuk lebih dulu.

𓂃 ˒ 𓂃 ˒ 𓂃 ˒ 𓂃

"Anjir dah, kok gelap amat?" ujar jewe terheran-heran, Nadya & Rozenna pun tak kalah bingung dan heran nya.

"Ini kenapa rumah nya gelap gelapan gini deh, mbak?" keluh Nadya, yang sudah berusaha menggapai apapun disampingnya. "Belum bayar listrik apa?" celetuk Rozenna.

"Berisik deh kalian! Gua juga ngga tau kenapa gelap, bentar dulu deh. Diem sini dulu." ujarnya tegas, lalu pergi menghilang dibalik kegelapan. Jujur saat memasuki rumah milik Zischo itu sungguh gelap, tak ada satupun lampu yang menyala.

Untung saja langit masih cukup terang dan belum gelap, jadi masih tetap terlihat ketika berjalan.

"MBAK! kokk lama nih, nyalain dong ini lampunya!" gerutu jewe kesal, ia sudah tak tahan. Sebab kakinya sudah kesemutan dan mau cepat duduk.

"Sabar.. 1..2..-

"Kok ada yang bisik-bisik?" tanya Rozenna heran

"HAH?"

"..3! HAPPY MENSIV KAWAN!"

Tepat saat ucapan Zischo yang lantang, setelahnya lampu ruang tamu dan ruang tengah menyala. Dan ketiga nya dapat melihat lagi dengan jelas, ketiganya bingung dan terkejut melihat sekeliling mereka.

"EH?? EMANG SEKARANG TANGGAL BERAPA!" teriak Nadya, kebingungan.

Jewe yang disebelahnya langsung merogoh saku nya mengambil ponsel nya disana, lalu mengecek tanggal.

"Lah sekarang tanggal 22!"

"Loh kecepatan mbakk!"

"HAHAHA, kata siapa??? Gua emang sengaja kok. Walau kita kadang lupa buat rayain Mensive kita, tapi gua tetep inget tanggalnya tanggal berapa kali!" ujarnya cekikikan.

"Mbak.." panggil Rozenna, membuat suasana yang sempat ribut tadi tiba-tiba saja hening. "Kenapa zen?? Lo gasuka kah?"

"Suka! Suka banget.. Thanks ya kalian udah bareng sama gua terus, maaf gua harus berangkatnya pas tanggal Mensive kita." ujarnya, baru kali ini ia merasa sesedih ini. Persahabatan keempatnya memang sudah cukup lama, dan tidak heran jika keempatnya saling menyayangi, mengerti, dan tak bisa jauh.

Entah kenapa Zischo juga merasa sedih, ia yang sebagai paling tua merasa akan melepaskan adiknya untuk mandiri. Padahal Rozenna hanya akan pulang kerumahnya untuk beberapa hari, biarkan saja jika ini lebay tapi inilah rasa sayang mereka pada satu sama lain.

Nadya dan Jewe saling bertatapan, keduanya langsung paham mengapa si sulung dari keempatnya melakukan ini. Nadya pergi menghampiri Rozenna dan menarik pelan lengan nya, begitu juga dengan Jewe kepada Zischo. Keempatnya berpelukan.

Melepaskan seluruhnya yang tertahan, lalu menangis bersama. Tidak, bukan tangis sedih, tapi tangis haru. Mulai dari keempatnya yang membentuk band, menjadi teman satu sekolah, selalu pergi kemanapun bersama, sifat keempatnya yang berbeda namun saling melengkapi. Tak bisa memungkiri jika mereka saling menyayangi satu sama lain, walau terkadang mereka sering ribut seperti anak-anak.

Ketika sedang berpelukan seperti itu, ada yang memerhatikan keempatnya dengan seksama. Ikut merasa bahagia dengan keempatnya, ia menjadi salah satu saksi persahabatan mereka, sudah hampir memasuki tahun ke 3.

"Heh! teletubbies." ujarnya, memanggil keempatnya.

keempat sahabat itu langsung menoleh dan melepaskan pelukan nya, menatap kearah orang yang memanggil mereka.

Wajah keempatnya sudah dibasahi air mata, apalagi wajah Rozenna dan Nadya yang paling berantakan, hidung keduanya memerah.

"Yehh cengeng kalian! Wkwkwk"

"Apaan sih mbak! Diem deh."

Kumpulan Gadis Rusuh | BZCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang