12

64 15 6
                                    

"Apa kabar, Shita?" Ucap Moreno saat menghampiri Arshita dan Erlangga yang tengah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan.

Moreno, laki-laki yang pernah menghancurkan Arshita begitu dalam hingga benar-benar hancur seperti keramik yang berserakan karena di lempar dari tempat yang tinggi. Laki-laki yang pernah Arshita cintai begitu tulus, namun hanya cinta sepihak. Moreno adalah laki-laki yang sangat pandai menghancurkan hati tanpa berpikir dengan akibat yang akan datang di kemudian hari.

Moreno, adalah trauma terbesar Arshita.

"Ci," Erlangga masih merangkul Arshita dengan wajah kebingungan.

"Kenapa gak dijawab...... Shita?" Moreno melangkah dan mendekatkan wajahnya pada Arshita yang tertunduk dalam.

"Maaf sebelumnya, anda siapa?" Tanya Erlangga pada Moreno.

Junan yang berdiri di samping Moreno hanya tersenyum, "Lan, dia Moreno. Temen SMA kita."

Arshita langsung menatap Erlangga, "kamu kenal dia? Jawab aku."

"Enggak. Saya gak kenal dia, Ci." Erlangga kembali menatap Junan, "elo yang kenal, gue gak pernah kenal sama dia."

"Erlangga? Yang adiknya Kak Ervan itu 'kan? Gue denger elo udah jadi penulis terkenal. Masih sama Lengkara? Dan Shita ini siapa elo sekarang? Pacar? Atau cuma kecengan pas bosen aja?"

Omongan Moreno jelas membuat Arshita pusing. Moreno begitu tau tentang Erlangga dan Lengkara. Laki-laki itu sengaja atau memang ingin mengenang masa lalu atau apa?

"Berhenti panggil gue Shita." Arshita menarik tangan Erlangga dan pergi dari hadapan Moreno dan Junan.

"Gue yakin Arshita kaget karena gue bisa dateng sama lo." Junan tersenyum.

"Makin cantik aja mantan gue, nyesel juga gue dulu mainin dia doang." Moreno terkekeh, "jaga rahasia ini. Jangan sampe bocor kalo kita ini sepupuan. Misi kita harus berhasil."

📚📚📚

"Ci, saya bisa jelasin sama kamu. Dengerin ya." Erlangga mengajak Arshita duduk di ruang tamu kostan Arshita, "saya beneran gak kenal sama Moreno. Saya aja kaget kenapa Junan kenal dia, dia katanya memang satu SMA tapi saya beda kelas sama Junan waktu itu. Soal saya dan Lengkara, saya akui kalau satu sekolah tau soal itu makanya saya gak bisa bantah ucapan dia yang itu. Tapi, saya gak kenal Moreno."

"Moreno itu manusia yang paling jahat yang pernah ada di hidup aku, Kak." Arshita memulai ceritanya tentang si masa lalu, "dia yang udah bikin aku gak percaya lagi sama yang namanya cowok. Aku mikir, cowok yang paling jahat itu papa, tapi setelah ketemu dia itu aku jadi sadar kalo mereka sama aja. Papa dan Moreno adalah orang yang punya sifat dan sikap yang sama tapi beda raga aja. Bertahun-tahun aku harus belajar ikhlas buat semuanya, aku nerima sakitnya, sampe aku ada di titik ini sama kamu. Tapi, seenak jidat dia muncul di depan mukaku. Aku marah, tapi aku gak bisa berbuat banyak karena semua memori buruk tentang dia seolah muncul, keputar dari awal sampe akhir. Sampe dia bener-bener nyakitin aku segitu dalamnya. Aku hancur, aku gak seutuh yang kamu bayangkan. Aku udah gak pantes buat siapapun, aku udah udah dirusak sana sini sama orang lain. Mentalku di rusak, kehidupanku diacak orang, aku bahkan gak bisa percaya sama siapapun dan kadang aku gak percaya sama diriku sendiri. Aku jadi mempertanyakan, apa sih yang buat kamu, Yuka, Jenar, bahkan Pramu itu percaya sama aku."

Erlangga menangkap semua cerita itu, Arshita dan lukanya adalah hal yang paling ia tidak ingin ketahui. Pasti berat untunya menceritakan kembali rentetan kejadian di masa lalu yang jelas menjadi luka terdalam di hidupnya. Sama saja menuangkan air garam ke sebuah luka yang masih menganga.

"Moreno bikin aku takut jatuh cinta lagi. Dia gak pernah cinta sama aku, dia deketin aku cuma karena dia penasaran sama aku. Diantara anak olimpiade di sekolahku, cuma aku yang gak tertarik sama dia. Dia 'kan beda sekolah sama aku, tapi dia suka nunggu di depan gerbang, nganter aku pulang, jajanin aku makanan, anything for me, sampai akhirnya logika yang selalu aku pake itu mendadak gak berfungsi karena perasaanku luluh sama sikap manisnya dia. Aku jatuh cinta sendirian sama dia, padahal dia cuma penasaran sama aku. Dia bahkan gak pernah cinta sama aku selama setahun kita pacaran. Aku juga ngerasa hubunganku sama dia itu dulu toxic banget karena dia sering bentak aku, lampiasin marahnya dia ke aku, hampir main tangan juga, tapi Yuka sama Jenar nyelametin aku dari dia. Sejak saat itu, aku gak pernah percaya lagi sama cowok yang mendadak datang ke hidup aku, dan manis ke aku. Aku takut dia seperti Moreno."

Erlangga begitu tersayat hatinya ketika mendengar Arshita bercerita tentang semuanya tanpa merasa sedih sedikit saja. Ia bisa perkirakan bahwa kesedihan itu sudah begitu dalam hingga untuk menangisinya saja sudah tidak ada air mata. Arshita yang ia kenal cerita, omongannya yang nyeleneh dan lucu itu, manis ketika tersenyum, ternyata menyimpan luka yang begitu dalam hingga butuh penyembuhan yang entah sampai kapan waktu yang dibutuhkannya untuk kembali menjadi untuh.

"Kamu, aku takut kamu kayak dia. Apalagi aku tau cerita sebelum kamu sama aku, kamu deket sama banyak cewek, kamu main sama cewek yang beda tiap saatnya, aku takut kamu cuma penasaran sama aku pas kamu bilang suka sama aku. Aku terima kamu waktu itu karena aku mau balas apa yang Moreno lakuin ke aku. Tapi ternyata, aku gak bisa sejahat itu. Aku tetep jatuh cinta sama kamu, tapi dari sisi yang lain. Aku jatuh cinta sama sisi penulis kamu. Dan aku mau terus cinta sama sisi kamu yang itu karena aku percaya aku gak akan disakiti. Akuㅡ"

Sebuah pelukan hangat memenghentikan ucapan Arshita, "kamu boleh jatuh cinta sama sisi manapun dari saya, jangan pernah berpikir kalau saya dan Moreno itu sama. Saya bahkan sering berpikir kalau saya yang jatuh cinta sendirian, kamu tidak. Saya yang ketakutan, Ci. Saya yang takut kamu pergi, saya gak mau kamu berakhir seperti Lengkara. Cinta yang saya jaga, harus saya relakan untuk pergi. Saya gak mau kehilangan lagi. Tolong, jangan pergi ya." Pelukannya terasa ribuan kali lebih erat dan lebih dalam. Hangat dan menenangkan.

"Apa Kak Erlan bisa ada disini buat aku?"

Erlangga mengangguk, "saya akan ada disini, sama kamu. Saya akan berusaha untuk jadi yang terbaik semampu saya. Kamu mungkin ragu, tapi saya mau menyembuhkan luka yang kamu punya sambil saya juga menyembuhkan luka yang saya punya. Saya mau memiliki masa kini dan bahkan masa depan sama kamu, saya selalu berharap kalau kamu adalah tempat saya untuk pulang."

Sebuah ciuman yang begitu lembut itu menutup cerita yang membuat keduanya harus menggali memori di masa lalu yang tidak ramah itu. Erlangga membuat Arshita kembali ingin menaruh percaya walau hanya sekali seumur hidupnya.

Arshita ingin hidup dengan melukis cerita baru di hidupnya, dengan warna baru yang ia pastikan akan menjadi cerita yang akan ia banggakan di kemudian hari.

Keduanya terhanyut dalam lembutnya ciuman yang menjadi cara bertukar rasa, menyalurkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Makasih ya Kak, buat semuanya."

"Sama-sama. Ayo kita buat cerita yang lebih baik lagi."

Senyum yang tidak pernah Erlangga lihat dari Arshita itu kini bisa ia lihat dengan jelas. Senyum kepercayaan diri dan juga senyum penuh semangat hidup.


📝

Halo semuanya, apa masih ada yang nunggu cerita ini?

Semoga masih ya, dan jangan bosan-bosan ya. Terima kasih.

Lovabook ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang