00.04

727 91 26
                                    

.
.
.

Cahaya sang Surya diam-diam mulai masuk melalui celah-celah jendela. Dengan nakalnya mengganggu seorang gadis bersurai hitam yang masih terlelap. Mata hijau zamrud itu secara pelan terbuka karena cahaya yang dengan berani menusuk matanya.

"Cahaya sialan," umpatnya

Baru saja ia terbangun tapi kata pertama yang dia ucapkan adalah umpatan? waw.. beri tepuk tangan untuk Amoera.

Dengan malas Amoera bangun dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Rasanya badannya masih sedikit nyeri karena kemarin. Tapi ia tak menyesal, karena usahanya tak mengkhianati hasil.

Kemarin, setelah melakukan banyak percobaan dan usaha. Akhirnya ia mampu menyalurkan mana pada pupil matanya. Dan lagi, ia bisa mengeluarkan api dari matanya tanpa harus menggerakkan tangan. Hebat bukan?!

(Note : sihir baru tersebut adalah menembakkan bola api hanya dengan menatap objek yang dituju, bukan berarti akan ada api yang keluar dari mata Amoera)

Walaupun ia harus rela tertidur selama setengah hari karena kelelahan. Tapi tak apa, yang penting ia sekarang sudah cukup kuat untuk menantang kakaknya.

"Leli," panggilnya

Amoera sedikit heran kemana para pelayannya pergi, biasanya mereka akan menggedor-gedor pintunya jika ia telat bangun.

Tak lama pintu terbuka menampilkan satu orang pelayan yang terlihat asing dimatanya.

"Siapa kau?" Tanya Amoera waspada.

"Salam Lady, perkenalkan saya Rosi, pelayan yang akan melayani Lady seharian ini,"

Amore menyerngit heran, "apa maksudmu dengan 'seharian ini'?" Tanyanya

Wajah Rosi mendadak pucat dan badannya bergetar ketakutan, "S-saya--"

"Ada apa denganmu?"

Brakk

Tiba-tiba saja Rosi bersujud dan menangis hebat, "ampuni saya Lady, saya masih memiliki keluarga di kampung, tolong ampuni saya," ucapnya memohon

Amoera yang tak mengerti apapun malah dibuat semakin bingung dengan ucapan wanita didepannya ini.

"Apa maksudmu? katakan lebih jelas," sentak Amoera

"Sebelum itu, berdirilah, kau membuat leherku pegal karena menunduk terus," lanjutnya

Rosi segera berdiri dan tetap menunduk, ia tak berani menatap mata sang majikan yang akan menjadi malaikat mautnya hari ini.

"Sebenarnya saya ditugaskan kemari sebagi tumbal untuk Lady,"

Amoera tersentak sebentar, tapi tetap diam karena ia ingin mendengar semua penjelasannya secara menyeluruh.

"Karena seperti biasa di setiap tanggal awal disetiap bulan, Lady akan diberikan tumbal untuk meredakan amarah kutukan Lady,"

"Maksudmu soal kutukan? kutukan apa?" Tanya Amoera cepat

"Saya pun kurang mengerti soal kutukan itu, yang jelas disetiap bulan kutukan Lady akan meminta tumbal, dan tumbalnya adalah orang yang ada didekat Lady,"

Amoera sedikit mengerti sekarang, mungkin karena kutukan ini lah yang membuat Amoera diasingkan ke Istana dingin ini. Kalau seperti ini, berarti Duke tak sepenuhnya jahat dong.

"Lalu apakah Ibundaku mati juga gara-gara aku?"

Rosi tersentak dan kembali menunduk lebih dalam, "B-benar Lady,"

Amoera mengangguk-angguk mengerti, "baiklah,"

"Sekarang siapkan keperluan mandiku, aku akan ke perpustakaan,"

I Wanna Be Villainess | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang