ALI
Aku memandangi langit-langit kamar bernuansa Barca ku sambil meletakkan tangan ku di belakang kepala ku. Detik demi detik tanpa ku sadari bibirku mengukir sebuah senyuman kecil.
Kau ingat saat aku bertemu gadis itu? Prilly? Gadis yg masih polos, ia juga belum mengetahui siapa aku. Bahkan aku tak ada keinginan sedikit pun untuk memberitahunya. Biarlah waktu yg membuka semuanya.
About the girl? Dia sangat cantik. Mata coklatnya, pipi chubby nya dan bibir nya yg ranum.
Prilly. Nama itu terus terngiang di kepala ku. Dan setiap aku memikirkannya, jantung ku berdegup kencang.
Tok tok tok
"Den, makan malamnya sudah siap Den."
Suara Bibi Merry, kepala pembantu di rumah membuyarkan lamunan ku. Aku menghela nafas pelan dan beranjak turun dari ranjang super ku.
"Iya Bi.. Tunggu sebentar" sahut ku pada Bibi Merry dan segera menuju ke dining room.
Menikmati makan malam seorang diri? Sudah menjadi hal biasa untukku. Mama ku meninggal 2 tahun lalu karena sebuah penyakit yg di deritanya. Kanker darah.
Aku tak ingin mengingat-ingat kejadian itu lagi. Bukan karena aku ingin melupakan mama ku, tapi karena aku tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan.
Sementara papa ku, sangat sibuk mengurusi perusahaanya di California dan mengurus yayasan sekolahnya.
***
Mobil Jaguar hitam ku memasuki halaman sekolah berwarna hijau tosca yg indah itu. Beberapa security juga menyalami ku dengan menundukan kepala mereka dengan hormat.
Aku memarkirkan mobilku di dekat pohon mahoni yg rindang. Dibawah pohon mahoni, itu sudah menjadi tempat favoritku memarkir kendaraan.
Saat aku selesai mematikan mesin dan hendak keluar, sesuatu di kaca spion tertangkap di pengelihatan ku.
Mobil ber plat nomor B 119 LTC. Lamborghini putih milik Prilly.
Dengan cekatan aku merapikan kupluk hitam ku, menyematkan kaca mata biru di kerah baju ku dan keluar dari mobil.
Mobil Prilly berhenti di tengah halaman parkir dan keluarlah seorang malaikat tanpa sayap dari Lamborghini itu.
Rambutnya yg berwarna kecoklatan serta agak ikal di bagian bawah dan terkena hembusan angin membuatnya semakin mempesona.
Aku mengenakan kaca mata biru ku, agar tidak ada yg melihat ekspresi ku saat melihat nya.
"Selamat pagi Li, apa yg kau lakukan? Kau tidak masuk ke dalam? Umm.. apa kau menunggu seseorang?"
Tanya Prilly yg berada tepat di depanku dan sukses membuatku salah tingkah. "Eng, pagi Pril, aku menung-umm aku tak menunggu siapa pun" jawabku sambil menggaruk tengkuk ku yg tidak gatal
Ku lihat dari ekspresinya ia menahan tawa, dan wajahnya itu sangat menggemaskan.
"Aku akan masuk ke dalam, kau ikut?" Tanya nya pelan masih sambil tersenyum
"Ya, tentu saja"
Aku dan Prilly memasuki lorong. Banyak mata yg tertuju pada kami dengan pandangan tak suka, pada Prilly tepatnya.
Oh God, aku tak memikirkan ini sebelumnya. Dekat dengan ku sama saja ia dalam bahaya, batin ku.
Itu karena mayoritas siswi di sini mengejarku. Tapi tak ada satu pun yg membuatku tertarik, karena mereka hanya mengejar harta ku, bukan hati ku.
Gadis yg ada disamping ku saat ini, gadis yg masih polos. Entah jika ia mengetahui semua apa ia akan mulai mengejar harta ku juga atau kah...
Aku kahawatir dengan apa yg akan terjadi pada Prilly jika mayoritas siswi itu mulai iri kepada Prilly.
Aku menoleh ke sebelah ku, dia tersenyum? Dia tetap berusaha tersenyum melihat tatapan seperti itu di sekelilingnya?
Such a nice pretty girl, batin ku bersorak.
Dan akhirnya aku sampai di depan kelas Prilly, dan ada Fely di depan pintu kelas jurusan hukum itu.
Ghina menyunggingkan senyuman simpul kearah ku, dan aku pun segera membalasnya.
"Pril, aku akan kembali ke kelas ku, masuklah kedalam." Kata ku pada Prilly
"Baik, terima kasih Ali. Good bye" balas nya sambil melambai tangan kecil pada ku.
Aku mengangguk dan tersenyum kepada Prilly kemudian kepada Ghina. Yg di balas senyuman masing-masing.
Aku kemudian menuju ke kelas jurusan bisnis. Dimana saat aku masuk di sambut senyum dari sejumlah siswi dan lambaian beberapa siswa.
Aku menarik kursi ku di sebelah Kevin sahabat ku semenjak SMP. Dan yg ada di depan Kevin adalah Mila.
Gadis pujaan- umm, maksudku kekasih Kevin. Gadis cantik berambut hitam se-pinggul dan berpostur tubuh cukup tinggi untuk perempuan.
***
Bel pulang pulang pun berbunyi. Aku ingin bilang pada Kevin aku akan menemui Prilly, tapi- ia sudah pergi dengan Mila.
Aku memutar bola mata ku malas dan langsung menuju kelas Prilly. Aku melangkahkan kaki memasuki kelas Prilly,
Tapi tidak ada seorang pun di dalam sana. Too late! Aku menepuk keningku dengan bingung dan kesal lalu menuju ke halaman parkir.
Di mobil aku memutar lagu I won't give up oleh Jason Mraz. Kepala ku mengangguk-angguk sesuai dengan irama musik.
Hingga tiba lah aku di rumah ku yg megah ini. Sungguh megah, bahkan hampir seperti istana.
Bahkan terkadang aku heran bagaimana ke-empat pembantu ku bisa membersihkan rumah ini dengan cepat (?)
Karena menurutku membersihkan rumah sebesar rumah ku ini memerlukan lebih dari 6 orang. Sedangkan di pekarangan ada 4 orang security yg selalu mengawasi rumah ku ini.
Aku yg lelah memikirkan semua ini, jadi aku lebih memilih masuk ke kamar dan mengistirahatkan diri ku yg gagal menemui Prilly siang ini.
-------------------------------------
Hi.. Aku capek nih, segini aja udah panjang kan ya??Give votes n comments ya.. Biar Nat cepet lanjutinnya dan jangan cuma 'next' doank tapi comment yg lain..
BTW 'Nat' itu nama panggilan aku 'Natasha' okay?..
Regards
Natasha Swift
KAMU SEDANG MEMBACA
PART OF MY LIFE
Fiksi Penggemar"Aku tak pantas untuk mencintai mu. Karena aku akan segera pergi. kau layak bahagia bersama orang lain.." -Prilly Violetta Latuconsina "Hidup takkan sesulit itu jika kau menjalaninya dengan sepenuh hati. Dan mati tak akan semudah itu, jika kau punya...