Prolog

14 2 2
                                    


~~~~~~


"Hidup itu sebuah pilihan, kita sendiri yang memilih karakter apa yang akan kita perankan dalam cerita itu. Ada karakter Protagonis, ada Antagonis dan ada juga figuran."

Abel bernafas pelan "Dan gue memilih sebagai antagonis" melanjutkan ucapannya

"Lo tau antagonis itu kakternya seperti apa? Memang dia akan bahagia di awal dan menderita di ending cerita itu."

Raut senyum smirk terpajang jelas dari wajah gadis itu.

"Penilaian lo salah terhadap antagonis, lo pikir antagonis itu sudah bahagia dari awal? Lo salah. Justru dia yang lebih menderita. Sang antagonis hanya berusaha merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya"

Matanya yang tadi terfokus pada situasi jalan raya di depannya kini beralih menatap tajam sosok cowok jangkung di sampingnya. Ia menyeringai

"Dan jika andainya gue menjadi antagonis, gue gak takut. Meski akhirnya gue harus mati dengan pilihan gue itu"


~~~~


"Tolong rahasiakan ini dari Papito dan Mamita gue mohon."

Pria itu menatap sendu pada gadis lemah didepannya. Bibir pinknya hilang di ganti dengan warna pucat pasi.
"Dari awal gue udah wanti - wanti ini.
Harusnya lo stay di sana aja Bella" ia bernafas berat. "Keadaan lo semakin memburuk disini. Kenapa lo malah milih balik, kenapa lo harus milih SMA Mecubhakti. Lo malah milih tempat yang merusak tubuh lo sendiri"

"Lo salah" Nada suara Abel kini meninggi. "justru keadaan gue udah mulai memburuk 2 tahun terakhir."

Dengan tenaga belum stabil gadis itu bangkit dari posisi duduknya dan berganti dengan duduk bersandarkan kasur rumah sakit tersebut.

"Gilanya kenapa gue harus melihat berita dan foto sialan itu. Psikis gue semakin rusak karna itu. Ini sangat gak adil buat gue. Gue marah. Gue sangat benci jika barang gue itu disentuh."

Bulir bening yang tadi ia coba tahan jatuh begitu saja seketika. "Ini alasan kenapa gue memilih balik kesini karena gue gak mau mereka tau kondisi gue."

Abel terdiam sejenak "Gue sayang mereka, Gue gak mau membuat mereka semakin khawatir dengan kondisi gue yang semakin memburuk ini"

"Psikis gue rusak karena bajingan sialan itu. Setiap malam gue gak bisa tidur dengan tenang. Hampir setiap hari gue menangis begitu memori menyakitkan itu muncul kembali. Apakah adil jika mereka bahagia diatas penderitaan gue. Setidaknya sebelum gue mati mereka harus merasakan sakit itu"

Tak ada lagi yang bisa cowok itu ucapkan. Sepuluh tahun sudah ia melihat penderitaan yang di rasakan oleh Abel. Tampa suara ia memeluk gadis lemah itu sekejap mengecup hangat puncak kepala Abel hanya sekedar memberikan kekuatan.


Tbc .

Rabu, 6 April 2022

Mirabella || Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang