Is it possible?

359 46 1
                                    

Siang ini Jimin bertemu dengan Soekjin, sepupunya yang sangat dia sayangi. Satu-satunya sepupu yang sangat dekat dengan Jimin dan selalu ada untuk Jimin kapanpun Jimin membutuhkannya. Jimin sudah menganggap Soekjin seperti kakak kandungnya sendiri. Dan bagi Soekjin, Jimin seperti bocah lima tahun yang sangat polos dan menggemaskan. Bahkan Soekjin tidak segan-segan menjadi garda terdepan Jimin, jika ada anak lain yang menjahili sepupunya itu, ia akan memberi perhitungan kepada mereka.

"Haaa uri Jiminieee.. Aku sangat merindukanmu tau." Soekjin memeluk Jimin dengan sangat erat. Menyalurkan kerinduannya yang membuncah. Padahal mereka baru berjumpa 2 minggu yang lalu, saat Soekjin datang ke rumah Jimin untuk membicarakan masalah pernikahannya dengan Namjoon sang kekasih.

"Aku juga merindukan hyuungi" Jimin membalas pelukan tersebut dengan tidak kalah erat dan tidak lupa senyum yang merekah saat bertemu dengan sepupunya tersebut.

Saat ini mereka berada di kediaman keluarga Park, kebetulan Jimin memang berencana mengunjungi kedua orangtuanya. Namun orangtua Jimin tidak sedang berada di rumah. Ayah Jimin masih berada di perusahaannya, sedangkan ibu Jimin sedang menghadiri reuni bersama dengan teman-teman SMA nya. Maka dari itu Jimin menghubungi sepupunya tersebut untuk menemaninya mengobrol sembari melepas rindu.

Topik yang mereka perbincangkan tidak terlalu berat, sampai pada akhirnya Jimin bertanya sesuatu kepada Soekjin

"Soekjin hyung, apakah ada hal yang tidak hyung sukai dariku?"

"Kau ini bicara apa Minnie? Tentu saja aku sangat menyukaimu. Mulai dari ujung rambut sampai ujung jemppol kaki. Kau sempurna dan menggemaskan di mataku. Tidak ada yang tidak aku sukai." jawab Soekjin sambil menyentuh rambut dan juga jempol kaki Jimin

"Hahaha hyuungie. Bagaiman dengan sifatku? Apa menurutmu aku ini terlalu kekanakan?" tanya Jimin lagi. Tentu saja Soekjin merasa ada hal aneh dengan pertanyaan Jimin

"Katakan padaku, kenapa kau bertanya hal-hal seperti itu Minnie-yaa? Itu sangat aneh menurutku"

"Ugh, entahlah hyung. Teman-teman Jungkook bilang aku ini sangat kekanakan dan juga manja. Mereka bilang Jungkook tidak bahagia denganku karena sifatku itu hyung. Dan itu sangat mengangguku hyung. Apa benar yang mereka ucapkan itu hyung?"

"APA?? Kurang ajar sekali mereka yang mengatakan itu, beritahu aku cepat Minnie siapa orang yang berani mengatakan hal kejam itu padamu!!! Akan aku beri pelajaran mereka dengan panci pink-ku." ucap Soekjin dengan berapi-api. Ia sangat tidak suka dan membenci orang-orang yang bermulut tajam, terlebih hal itu melukai sepupu kesayangannya.

"Hyuungie jangan seperti ini, aku tidak mau ada kekerasan." Jimin cepat-cepat menarik tangan sepupunya itu untuk kembali ke tempat duduknya.

Soekjin pun mulai menetralkan emosinya, dan mencoba untuk berpikir jernih saat ini. Mengapa ada orang yang tega mengatakan hal tersebut kepada sepupunya yang baik dan polos ini.

"Menurutmu sendiri, apakah Jungkook merasa tidak bahagia jika bersamamu Minnie-ya?" tanya Soekjin lembut ketika sudah berhasil meredakan emosinya.

"Entahlah hyung, aku tidak tau. Selama ini Jungkook selalu menuruti segala permintaanku. Dan dia juga tidak pernah berkata kasar padaku, dia juga selalu tersenyum padaku. Tapi kita tidak pernah tau isi hati seseorang yang sebenarnya kan hyung?" Jimin menceritakannya sambil menundukkan kepala. Terlihat sekali bahwa dia saat ini sedih dan juga bimbang.

Melihat sepupunya yang seperti itu, membuat Soekjin sangat iba. Dan segera mendekap sepupu kesayangannya itu.

Grep

"Jangan dengarkan ucapan orang-orang jahat itu Minnie. Mereka hanya membual. Jungkook sangat cinta padamu dan bahagia bersamamu. Kalau tidak, mana mungkin dia bertahan hingga satu tahun ini kan?" Soekjin masih berusaha membuat sepupunya itu tenang dengan mengatakan kalimat penyemangat yang diharap tidak membuat Jimin bersedih lagi.

What if ...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang