Tips Anti Baper

72 34 11
                                    

Haloo part 2 ada di sini. Selamat membaca!


Seminggu aku berusaha meyakinkan diri kalau perasaanku hanya sesaat saja, tidak lebih dari sekedar kagum, hanya suka dalam arti saling menyayangi teman dekat. Dan akhirnya berhasil. 26%. Aku jamin angka jitu akan terus bertambah kalau mentalku ini tidak mudah baper.

Ada beberapa treatment yang ku lakukan untuk mengasah mental. Adalah teman sebangku ku, keylo, aku memanggilnya Kilo, memberikan tips 'cara mudah agar sulit baper' ataupun 'mengasah mental seorang beperan'. Well, orang itu cukup konyol dengan berbagai artikel yang ia baca.

Hanya yang normal saja yang kulakukan dari belasan tips yang Kilo beri. Diantaranya, aku dilarang keras membaca atau menonton novel dan film dengan genre roman. Aku harus menonton atau membaca film dan novel dengan tema 'dark'. Jangan memandang lawan jenis lebih dari 5 detik. Alihkan pandangan dan acuhkan saja yang tidak penting. Ikut organisasi sekolah atau ekstrakurikuler tambahan, apapun itu yang penting bisa mengalihkan perhatian dari Dino.

Aku mengikutinya. Ya... Walaupun sudah terlambat, dan ketuanya ekskulnya terus menyinisiku karena seenaknya bergabung. Tapi dengan backingan guru pembimbing mereka yang sekaligus Guru olahraga, aku diberi hak istimewa karena beberapa kali memenangkan pertandingan antar sekolah cabang bulutangkis bersama Dino.

Walaupun saran Kilo terdengar normal, tapi ada lebih banyak tips-tips konyol yang ia beri. Seperti, aku harus menangis sambil meratap selama dua jam agar supaya bisa menguras jiwa-jiwa kebaperan. Ataupun aku harus menghabiskan setengah kilogram wortel sehari. Ya Tuhan, aku tahu itu menyehatkan tapi tidak dengan alasan dibaliknya.

Kata Kilo, wortel sebanyak itu akan membantu mencerahkan mataku agar bisa melihat lebih tajam kalau para lelaki di sekolah ini semuanya buruk. Memang benar kesehatan mataku akan terjaga, tapi tidak dengan pencernaan ku, perutku akan kembung!

Lupakan tentang itu, sekarang ini aku dan Kilo sedang berjalan di koridor dengan setumpuk buku yang baru kami ambil dari perpustakaan.

"Kemarin gimana Dar, ekskulnya?" Tanya kilo. Minggu lalu aku memberi tahunya kalau aku ikut ekskul paskibraka, dan kemarin adalah latihan pertamaku.

"Buruk. Semuanya udah pada jago. Cuma aku doang yang linlung di sana. Jalan ditempat aja aku sering ketinggalan." Sungguh, kemarin aku seperti keledai bodoh. Banyak sekali membuat kesalahan sampai ketuanya-namanya Satria Darmahendra, menyuruhku keluar barisan karena mengacaukan latihan.

"Ya lagian ngapain masuk ke sana. Udah tahu ketuanya galak kayak singa, kenapa malah kamu join?"

"Heh ingat! Yang ngasih saran kamu ya Lo."

"Iya. Tapikan pilihannya ada empat. Ekskul musik, jurnalistik, sains, sama paskibraka. Kenapa ngga milih musik aja gampang." Benar yang dikatakan Kilo, tapi aku punya alasan untuk tidak memilih ekskul yang ia sebutkan.

"Di ekskul musik ada Naura, pacarnya Dino."

"Yang jurnalistik? Sains?"

"Arghh mereka terlalu ribet, harus nulis ini, neliti itu, cari info ini, praktekin itu. Otakku nggak sanggup. Kalau paskibra kan ku kira cuma modal panas-panasan." Jelasku.

"Heh mana ada cuma modal panas-panasan. Kamu waktu SMP nggak pernah ikut Pramuka? Disitu kan ada peraturan baris-berbaris."

"Ya pernah lah tapi sering bolosnya, makanya ikut ekskul itu supaya punya perbekalan-"

"Perbekalan apa? Emang kamu kira bakal diundang Pak Presiden ke istana buat upacara gitu?" Hish anak ini benar-benar mulutnya.

"Nggak git-"

"Hey kalian!" Ucapanku terpotong karena ada seseorang yang menghentikan kami dari perdebatan. Aku menoleh, melihat siapa itu. Sial! Itu Satria, berjalan ke arah kami dengan wajah datarnya.

"Kalau ngomong nggak usah keras-keras. Suara kalian udah kedengaran tiga kelas dari sini. Kelas saya sedang ulangan. Kamu pikir itu tidak menggangu?" Satria terus mengomel dan kenapa ia hanya menatapku? Bukankah di sini yang mulutnya paling berisik itu Kilo.

Duk.

Lenganku disenggol Kilo, mengode untuk mengatakan sesuatu.

"Eum baik Kak, kita minta maaf," akhirnya aku yang bilang maaf karena Kilo hanya diam. Dasar. Tadi anak ini yang paling berisik, sekarang diam saja seperti sapi kena hipnotis.

"Lain kali tahu tempat kalau mau berisik. Sana balik ke kelas. Jam pelajaran keluyuran." ucap Satria lalu berbalik meninggalkan Kilo dan aku.

"Hahh.. akhirnya pergi juga. Ayokk Dar cepetan ke kelas, ntar Bu Salimi ngamuk lagi."

Aku dan Kilo pergi dari sana, tapi baru beberapa langkah, seseorang memanggil ku dari belakang.
"Dara," panggilnya. Aku mengenali suaranya, orang ini dia,

"Dino?"


-Tbc-

Makasih yang udah mampir. Jangan lupa vote dan komentarnya.

I'm With Three Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang