Haiii, part 3 di sini. Selamat membaca
Dara," Dino menghampiriku.
"Ada apa? Tanyaku mencoba
menahan kegugupan, sementara Kilo di sebelahku menatapnya dingin."Hari ini ada waktu nggak? Aku-"
"Nggak! Dara nanti mau latihan paskib." Sambar Kilo tiba-tiba.
"Hah? Dar, kamu sejak kapan ikut paskib?" Dino terlihat bingung dan kaget karena aku tidak memberitahunya tentang ini.
"Eum, kemarin."
Dino terlihat akan bicara lagi sebelum Kilo segera mengintrupsi, "Udah nanti aja ngobrolnya. Kita mau ke kelas dulu. Bye Din. ayo Dar," ajaknya mendahuluiku. Aku yang ingin menyusul Kilo tersentak oleh tangan Dino yang meraih lenganku.
"Istirahat ke kantin. Kita bicara di sana." Setelahnya Dino berbalik pergi.Aku baru akan memperhatikan punggungnya menghilang sebelum panggilan Kilo menyadarkan ku.
"Dara, ayo cepat!"
"Iya-iya."
~
Sesampainya di kelas dan menyerahkan buku kepada Bu Salimi, Aku dan Kilo kembali duduk di bangku belakang.
"Lo, nanti gimana Aku jelasin ke Dino?" Tanyaku.
"Bilang aja mau jauh-jauh dari Dino biar nggak baper," Jawabanya enteng.
"Yang serius Kilo."
"Yaudah bilang kamu mau ngisi waktu luang karena-blablabla," begitu sekiranya saran Kilo. Tidak perlu kita dengarkan semuanya karena telah didominasi oleh hal konyol.
~~
Jam istirahat telah berbunyi. Aku dan Dino duduk di meja kantin paling pojok. Hanya es jeruk punya Dino yang ada di meja.
"Jadi gimana Dar?" Ucapnya mengungkit masalah tadi.
"Tiga hari yang lalu Aku ikut ekskul paskibra."
"Kenapa?"
"Mau coba keluar dari zona nyaman sama-"Kalimat ku belum selesai namun Dino sudah menyelanya, "Kenapa nggak bilang atau setidaknya cerita sama aku?"
Apa Dino lupa ya, belakangan ini dia yang seakan menghilang. Dan sekarang bilang begitu.
"Din, kamu nggak ingat, beberapa hari ini siapa yang ngilang? Kamu sulit Aku temui, bahkan chatku pun nggak Kamu baca.""Aku sibuk Dar," ucapnya singkat lalu meminum es jeruknya.
Sibuk pacaran. Batinku
"Jadi bukan salahku kalau Kamu nggak tahu."
"Denger-denger Kamu jadian ya sama Jihan. Sejak kapan?" Tanyaku. Dino terkejut dan buru-buru berucap, "Tahu dari mana?"
"Udah rame kok. Kaget ya Din? Aku aja yang temen deketnya kamu kaget, kok bisa nggak ada angin nggak ada hujan langsung jadian." Kataku dingin. Entahlah, aku merasa dihianati oleh sikap Dino yang ini. Walaupun sebenarnya Aku juga patah hati saat mengetahui telah menaruh hati pada Dino.
"Itu, aku bingung ngasih taunya. Tapi Jihan orangnya baik kok, dan Aku suka sama dia," Dino terdengar gugup dan menghindari tatapanku. Namun, ada yang membuatku bingung, kok bisa dia sampai bingung untuk cerita padaku. Apa dia pikir Aku akan memarahinya. Tapi sudahlah Aku tidak mau terlarut dengan masalah konyol ini. Cukup fokus pada usaha move on ku agar berjalan lancar. Jangan ganggu Dino dengan kekasihnya.
Aku mengalihkan pandanganku dari Dino ke jam tangan. "Sudah mau bel, Aku pergi dulu ya. Selamat untuk hubunganmu sama Jihan. Semoga bertahan lama," setelah mengatakan itu Aku beranjak pergi ke kelas meninggalkan Dino yang masih duduk di kantin.
~~~
Tak terasa sudah jam dua. Aku harus ke lapangan sekarang. Ini hari kedua ku di ekskul baru. Jangan sampai membuat kesalahan yang tidak perlu seperti, terlambat.
"Kilo ayo cepat beres-beresnya." Desak ku pada Kilo yang masih berkutat mencari penanya di kolong meja.
"Iya sabar. Nah ini ketemu. Kukira diambil Asep lagi. Ayok."
Akhirnya Aku dan Kilo keluar kelas, berjalan beriringan hingga sampai di tepi lapangan dia membisiki ku.
"Hati-hati, Kak Satria galak banget itu," lalu ia lari ke parkiran.Aku juga tahu Satria galak, tapi itu nggak masalah kecuali dia pakai kekerasan. Sekarang dia lagi berdiri di tempat teduh, ada beberapa adik kelas yang lagi selonjoran.
"Hai kak," sapa ku. Tapi dia hanya mengangguk.
"Yang lain kemana, kok cuma ini?" Tanyaku saat melihat hanya sedikit yang hadir.
"Rapat"
"Di mana?"
"Di ruang rapat," selain galak, orang ini cueknya minta ampun.
"Rapat apa?"
"Rapat khusus senior."
"Senior? Aku juga ikut kan ya?" Tanyaku karena aku sudah kelas sebelas di sini.
"Nggak perlu."
"Kenapa?"
"Kamu masih newbie," sontak ucapnya itu membuat para adek kelas itu tertawa cekikikan.
"Terus ngapain Kak Satria nggak ikut rapat, kan ketuanya?"
"Nunggu kamu. Saya mau bicara."
"Huh?" Aku agak terkejut sebenarnya, tapi apa yang ingin ia bicarakan?
"Soal apa?"
Tbc.
Segini dulu chapter kali ini. Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Jangan lupa vote dan komentarnya
❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Three Boys [On Going]
Teen FictionAku dan tiga pria. Awal yang menyebalkan terjebak friendzone dan kau berusaha move on untuk mendapatkan usaha yang sia-sia. Siapa sangka partner yang ku gunakan untuk pelarian adalah ekskul paskibraka. Dengan ketua yang tidak ramah seperti Satria. ...