Haloo! chapter 6 di sini. Selamat membaca
Author POV
_____________________________________Jam sudah menunjukkan pukul 07:15 saat Dara sampai di depan sekolah. Ada sembilan sampai sepuluh anak yang berada di sana, termasuk Jihan yang kehadirannya tidak ia duga. Satpam yang berjaga menatap mereka galak sambil berkacak pinggang. Mendengus, kenapa setiap pagi ada saja murid nakal yang tak tahu aturan berhasil membuatnya kesal.
"Tunggu sampai upacara selesai baru kalian boleh masuk. Kalian ini kenapa terus telat. Apa sekali saja tidak bisa bla bla bla ...," Omelan satpam itu tidak ada yang menggubris. Mereka hanya bisa mencibir diam-diam, dan beberapa ada yang mengobrol menjadikan pelarian dari pada mendengar ocehan yang sudah sering sekali mereka dengar. Namun, tidak untuk Dara. Ini pertama kali dia telat selama bersekolah di sini.
Salahkan pada kakaknya yang pagi-pagi sudah ribut ingin makan rendang padahal Mamanya sudah memasak. Dia beralasan kalau lidahnya sudah terlalu lama makan masakan Eropa dan merindukan makanan dengan cita rasa rempah Indonesia. Jadi dia membawa motor Dara saat sang empunya sedang mandi dan pergi tanpa ijin. Dan saat Dara sudah buru-buru mau berangkat, dia harus melihat motornya raib dan si tersangka tak kunjung datang.
Mau minta antar Ayahnya tapi beliau berada di luar kota ... mengurus bisnis batiknya. Jadi Dara harus puas dengan layanan jasa ojek online dan berakhir terlambat. Terpaksa mendengarkan omelan pak satpam, Dara lama-lama jenuh juga.
"Hai. Kamu Dara kan...?" Tanya orang di sebelahnya. Jihan.
"Iya," jawabnya singkat. Dara tidak merasa perlu basa-basi menanyakan nama Jihan, karena, siapa sih orang seangkatannya yang tidak mengenal perempuan ini.
"Kamu kenapa telat?"
"Motorku dipakai Kakak pas tadi mau berangkat."
"Kok nggak bareng Dino aja, dia temen dekatmu kan?" Ucapan Jihan membuat Dara tidak nyaman saat mendengar kata 'teman'.
"Bukannya sekarang Dino pacar mu. Mana mungkin Aku berani minta tumpangan sama dia. Nanti pacarnya ngambek," ucap Dara dengan nada jenaka. Jihan terkekeh mendengarnya dan berkata, "Dino sering cerita tentang kamu, tapi kita malah jarang ketemu. Sekalinya ketemu malah dalam situasi kayak gini."
Dara menanggapi dengan tersenyum tipis, "takdirnya begini."
Sementara kedua orang itu sibuk berbincang, suara gerbang yang dibuka mengalihkan perhatian mereka yang ada di sana. Pak satpam melotot lagi sebelum berbicara, "Cepetan masuk. Terima hukuman kalian."
Sepuluh anak itu pergi ke lapangan, sampai di sana, upacara belum benar-benar selesai. Hanya para guru saja yang sudah meninggalkan lapangan, dan lainnya tinggal menunggu instruksi pembubaran.
Di tengah lapangan itu mereka menjadi sorotan. Ditatap oleh banyak pasang mata membuat Dara agak gugup, terlebih tatapan orang paling tajam yang ada di dekatnya membuatnya semakin merunduk. Sial ... itu Satria. Dara tidak tahu kalau Satria yang akan jadi pemimpin upacara kali ini. Apa yang akan dipikirkan pria itu tentangnya nanti?
Sementara perintah pembubaran diinstruksikan, Dara mengedarkan pandangannya mencari Kilo, barang kali anak itu melihatnya balik.
"Bagus ... lumayan berkurang ya yang telat. Mau dihukum apa hari ini?" Tanya guru BK santai. Entahlah, mungkin minggu kemarin yang telat terlalu banyak dan kali ini berkurang, jadi ekspresinya tak sehoror biasanya.
"Palingan juga kayak biasanya Buk ... ngapain pake ditanya lagi," celetuk salah satu murid laki-laki.
"Jawab aja kamu Rio!" Sentak guru BK itu.
"Sekarang, kalian yang laki-laki cuci bersih toilet lantai dua! Yang perempuan di sini aja kalian panas-panasan hormat bendera, biar ilang make up nya," ucap guru BK itu atau yang biasa disapa Bu Rida.
"Hiesel awasi yang laki-laki. Satria sini gantiin ibuk ngawasi perempuan," perintah Bu Rida pada dua orang yang kebetulan berada di sekitarnya. Satria datang menghampiri saat Bu Rida pergi. Matanya tertuju pada Dara yang dari tadi sudah hormat bendera. Tanpa disadari, Dino juga berjalan ke sini.
"Dara."
"Jihan."
Suara serempak itu membuat mereka berdua menoleh. Jihan yang melihat kehadiran Dino sontak tersenyum cerah.
"Hai. Ngapain ke sini?"
"Kenapa telat lagi? Pasti gara-gara sepupu kamu kan yang bikin ulah," ucap Dino seolah sudah berulangkali melihat keterlambatan Jihan.
"Kali ini bukan salah Rio. Ini salahku juga karena bangun kesiangan, jadi kita telat deh," jawabnya tak ambil pusing. Saudara sepupu itu, Jihan dan Rio memang tinggal serumah karena rumah Rio sedang direnovasi. Jadi dia menumpang sementara di keluarga Jihan.
Berbeda dengan kedua pasangan itu yang berbincang akrab. Dara harus menghadapi orang yang tidak menyenangkan.
"Kenapa telat?" Satria memulai interogasi.
"Itu Kak ... tadi motornya pas mau dipakai malah dibawa kakakku. Jadi ya ... telat hehe," jelas Dara sambil tersenyum canggung.
"Lain kali biasakan disiplin. Saya tidak mau anggota ekskul ada yang tidak bisa mengatur waktunya."
"Iya Kak, maaf. Besok nggak diulangi lagi."
"Yaudah lanjut hormat yang bener. Itu yang di sebelah jangan ngomong mulu!" Sindirnya pada Jihan. Dino yang sadar pun segera mengalihkan perhatian pada Dara.
"Tadi Bang Ahsan udah cerita. Besok bareng Aku aja," ucap Dino.
"Nggak usah nant–"
"Yang tidak ada keperluan di sini bisa pergi," sela Satria membuat Dara bungkam.
Jihan meraih lengan Dino, membawanya mendekat dan menepuk pipinya dua kali.
"Istirahat nanti ketemu lagi, pergi dulu ya," ucapnya tersenyum manis, sementara Dino hanya mengangguk. Dara yang melihat itu hanya bisa pura-pura tidak tahu. Dasar. Walaupun Dara secara gamblang mengatakan dia akan melupakan perasaannya pada Dino, dalam lubuk hati terdalam tetap saja ada setitik ketidakrelaan.
Pertemuan pertamanya dengan Jihan yang berstatus sebagai pacar Dino seperti perkiraannya. Tidak menyenangkan.
≈•≈
Jam pelajaran kedua Dara baru diijinkan pergi. Karena kelasnya searah dengan Satria di lantai dua, jadi mereka berjalan beriringan.
Sampai di kawasan kelas 12, matanya melihat Elio yang sedang menyapu koridor. Mau tak mau dia menegur saat melewati.
"Kak Elio ngapain?"
"Ngelipet jalan tol. Lo nggak liat gue lagi nyapu?!" Jawabnya asal
"Eh? Dara!" dan setelah sadar dia pun girang sendiri membuat Dara mundur selangkah saat Elio tiba-tiba berbalik.
"Ciee ... yang tadi dihukum. Gimana enak?" serunya jahil.
"Panas dikit," walaupun begitu, Dara masih ada hati menjawab yang mana membuat Elio makin menjadi.
"Utututu kasian ... sini lap dulu keringatnya," ujarnya menggelikan, mencoba meraih kepala Dara yang langsung ditepis oleh Satria.
"Tangan Kamu banyak kuman," ucapnya datar. Elio yang dikatai seperti itu tidak terima.
"Sembarangan Lo papan catur," cibirnya balik.
"Dar, minta nomor WA nya dong. Biar tambah akrab kita," ucapnya dengan senyum khas buaya.
"Nggak ada. Dar, cepetan ke kelas," ucap Satria mutlak bahkan sebelum Dara menjawab.
"Eh apaan Lo nyuruh-nyuruh! Dar, bagi nomor dulu," Elio berusaha mencegah kepergian Dara.
"Maaf ya Kak, permisi dulu," Dara pergi tanpa mendengar perkataan Elio. Sementara Elio hanya bisa menatap kesal pada Satria yang sama sekali tidak peduli dan masuk kelas begitu saja.
Tbc
Kita bersambung di sini dulu, besok bakal lanjut lagi. Koreksi jika ada yang salah, dan jangan lupa tekan tombol votenya 。◕‿◕。
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Three Boys [On Going]
Teen FictionAku dan tiga pria. Awal yang menyebalkan terjebak friendzone dan kau berusaha move on untuk mendapatkan usaha yang sia-sia. Siapa sangka partner yang ku gunakan untuk pelarian adalah ekskul paskibraka. Dengan ketua yang tidak ramah seperti Satria. ...