Morgan mengendari mobilnya keluar dari pekarangan rumah Sam. Membuat Sam berpikir bahwa ia telah benar-benar pergi, Morgan hanya ingin tahu, apa yang akan dilakukan pak tua itu selanjutnya.
Ketika Morgan sampai di ujung jalan, ia memutar mobilnya menuju belakang rumah Sam, memberhentikan mobil di tepi pohon mapel memperhatikan rumah itu, menunggu Sam keluar dari rumah. Sepuluh menit Morgan menunggu, Sam belum juga keluar, sepertinya Sam tengah bermain-main dengan dirinya. Morgan mengambil tas di jok belakang mobilnya, mengeluarkan pakaian plastik mirip seperti kostum astronot, melapisi tangannya dengan sarung tangan karet dua lapis, memakai kacamata renang dan mengganti sepatunya dengan sepatu karet yang baru.
Morgan keluar dari mobilnya, berjalan dengan tenang menuju rumah Sam. Ia masuk lewat pintu belakang, mengeluarkan jepit rambut wanita dan memasukkannya ke lubang kunci, memutarnya sedikit dan pintu terbuka. Morgan masuk, pintu belakang yang terhubung langsung dengan dapur sangat dekat dengan gudang yang ia tuju. Morgan berjalan menuju gudang, menuruni tangga dengan tenang bahkan tanpa penerangan. Morgan bisa mendengar suara ribut dibawah sana, entah apa yang tengah Sam lakukan ia tak sabar bermain.
Morgan menatap Sam yang tengah sibuk memasukan koleksinya ke sebuah box, sepetinya ia akan melarikan diri. Morgan memandang ke arah lainnya, di atas meja itu ia masih bisa melihat karyanya, terbaring dengan damai terlihat indah dengan sinar bulan yang masuk melalui lubang kecil di tepi tembok.
Morgan menggeram, Ia berjalan dengan marah ke arah Sam, menarik kerah bajunya dengan cepat. Sam melotot terkejut napasnya tercekat di tenggorokan. Morgan dengan cepat mengeluarkan suntikan yang sudah ia siapkan, menyuntikkannya ke leher. Mendorong serum itu hingga kosong, Memperoleh perlawanan dari sedikit refleksi otot. Sam memejamkan matanya bersamaan dengan tubuhnya yang mulai terjatuh ke lantai.
Morgan tersenyum, "Sudah kubilang untuk menuruti perkataanku, walaupun hasil akhirnya akan tetap sama. Tapi, setidaknya kau masih punya waktu beberapa menit sebelum kematianmu jika kau mengikuti ucapan ku."
Morgan mulai membereskan kekacauan, menyeret Sam, membawanya menuju ruang tamu dan mendudukkannya di sofa. Setelah itu, Morgan kembali ke bawah menempatkan kembali koleksi Sam ke tempat semula, mengepel lantai, menyemprotkan disinfektan dan membawa hasil karyanya ke luar rumah, kembali berkendara meninggalkan desa itu.
🌿🌿🌿
Kepolisian Utara tampak sangat sibuk. Mereka terus mencari kejelasan dari bukti yang ada. Brian tengah frustrasi memikirkan Morgan yang menghilang semalaman. Tapi tak disangka, dengan tenangnya anak yang tengah ia pikirkan itu datang ke hadapannya.
"Darimana saja kau?" Brian bertanya seperti ia adalah seorang ibu yang tengah memarahi anaknya.
"Bermain. Bagaimana kelanjutan kasus itu?"
"Kau tau, Dua saksi itu sangat mencurigakan menurutmu siapa diantara mereka yang menjadi pelaku?"
"Dimana berkas percakapan mereka?"
"Ada di kantorku, sekalian ada yang ingin aku diskusikan denganmu."
Brian membawa Morgan masuk ke kantornya. Ia kemudian menyerahkan dokumen hasil interogasi dengan Tian dan Sirna selaku saksi. Morgan menerimanya, ia membaca hasil interogasi itu, memang ada yang mencurigakan.
"Timku berhasil memecahkan kode itu, menurutmu apakah itu ada hubungannya dengan kasus ini?" Brian menyerahkan hasil pemecahan kode itu, tapi Morgan sama sekali tak melirik.
"Hai Simon," Morgan berkata dengan santai tanpa melihat.
"Bagaimana kau tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING [END]
Mystery / ThrillerMorgan, detektif spesial percikan darah di Kepolisian Utara, adalah seorang pria yang tampan dan karismatik. Namun, tidak ada yang tahu bahwa ia adalah seorang pembunuh yang gila. Kali ini Morgan dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang ter...