Morgan melukis dengan kuas barunya hingga pagi menjelang. Ponsel yang sedari malam ia matikan, kini ia hidupkan. Begitu banyak pesan dari Brian yang menanyakan keberadaannya, Morgan memilih mematikan kembali ponselnya. Ia membereskan semua alat yang ia gunakan untuk membuat seni. Setelahnya Morgan bersiap untuk kembali ke Utara.
Di tengah perjalanannya. Morgan memutar arah. Ia tak jadi ke Utara. Ia mengendari mobilnya menuju barat, tempat yang lebih terpencil dari Utara. Mengendari mobilnya menuju sebuah desa kecil di bagian barat. Begitu sampai, Morgan memarkirkan mobilnya di tepi. Ia tak keluar dan hanya memperhatikan para lansia yang tengah berbincang santai dan berolahraga dari dalam mobilnya. Memang desa ini kebanyakan di huni oleh lansia. Menunggu hingga waktunya tiba, matanya mengawasi dengan serius ke arah lansia yang tengah bermain catur sambil tertawa bersama dengan temannya. Permainan catur yang menakjubkan.
Morgan sudah mengamati lansia itu selama sebulan. Selama itu pula ia menahan hasratnya. Kali ini rupanya sang lansia itu yang akan menjadi korbannya. Tapi, waktu adalah sesuatu yang harus diperhitungkan dengan jelas. Tidak boleh ada kesalahan. Dan Morgan sudah yakin mengenai lansia itu. Prosesnya kelak harus benar. Harus rapi dan seapik mungkin. Morgan tidak boleh tertangkap. Tidak sekarang. Selama seminggu terakhir ini, Morgan menyiapkan segala sesuatunya. Semua harus berjalan sesuai rencananya. Malam ini lansia itu akan mengalami hal yang menyenangkan.
Namanya Bapak Sam. Dia dulu seorang pengajar biologi di salah satu sekolah menengah yang bergengsi di Utara. Banyak murid yang menyukainya karena ia sangat ramah dan penyampaian materinya sangat mudah di mengerti.
Morgan mengawasi Sam. Memperhatikan para lansia itu yang mulai pergi. Sam juga akan segera pergi menuju rumahnya. Sam melambaikan tangan pada para temannya sebelum akhirnya ia membereskan caturnya dan masuk ke rumah.
Akhirnya.
Morgan merunduk bersiap untuk menyergap, lalu...
Belum. Ada minivan petugas kebersihan yang berhenti di depan rumah Sam, tak sampai tiga meter dari mobilnya yang terparkir.Pria paruh baya dengan rokok di tangannya itu keluar dari mobil. Berbincang-bincang sedikit sebelum akhirnya Morgan melihat Sam menyerahkan beberapa lembar uang ke pria itu. Saat pria itu sudah masuk kembali ke mobilnya, dan pergi meninggalkan rumah Sam.
Untung saja Morgan tidak bertindak tadi, jika tidak ia mungkin sudah tertangkap. Morgan menghela napas, mendinginkan diri, menyakinkan bahwa ia tidak ceroboh dan berbuat salah. Sejauh ini ia masih sejalan dengan rencananya tidak ada yang berubah.
Keberuntungan datang padanya. Listrik padam, membuat pencahayaan di sekitar menghilang. Morgan tak menyangka ia akan seberuntung ini. Dengan tetap tenang, Morgan turun dari mobilnya. Melangkah dengan perlahan menuju rumah Sam yang ada di sebrangnya.
Bapak Sam masih berdiri di depan pintu, ia sibuk memilah kunci yang ada di depannya. Meraba-raba mana yang kunci rumahnya. Ditambah matanya yang sudah tak sejelas dulu membuatnya susah melihat, belum lagi gelapnya malam karena padam listrik. Morgan berjalan seringan angin, ia merogoh saku jaketnya, mengambil seutas benang gigi.
Bapak Sam sudah menemukan kuncinya. Ia membuka, lalu masuk. Morgan mendengar derik putaran kuncinya. Lalu....
SEKARANG.
Morgan berdiri di belakang punggung yang membungkuk, menekannya sambil melingkarkan seutas benang gigi tadi ke lehernya. Dengan satu gerakan cepat dan tegas, Morgan mendorong Sam masuk dan dengan cepat menendang pintu, membuatnya tertutup. Tidak akan ada yang mencurigai suara keras itu, kebanyakan dari mereka tengah sibuk menyalakan lilin. Sam terkesiap panik. Tapi sudah terlambat.
"Kau milikku sekarang," kata Morgan kepadanya. Sam terdiam membeku, keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Morgan mendorong sedikit tubuh Sam, seolah menyuruhnya untuk berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING [END]
Misterio / SuspensoMorgan, detektif spesial percikan darah di Kepolisian Utara, adalah seorang pria yang tampan dan karismatik. Namun, tidak ada yang tahu bahwa ia adalah seorang pembunuh yang gila. Kali ini Morgan dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang ter...