Part 4

1.4K 315 68
                                    

Jarrel dibuat menganga lebar begitu menginjakkan kakinya di unit penthouse milik pemuda yang tadi memperkenalkan dirinya sebagai Haiden. Netra bak serigalanya tak berhenti menelisik setiap sudut penthouse- interior yang berkelas dan elegan memberi kesan mewah yang sangat jelas, berbanding terbalik dengan apartmennya dulu yang terkesan jauh lebih sederhana.

" Aduh..." Pekiknya ketika dahinya menubruk punggung tegap pemuda di depannya.

Haiden membalikkan tubuhnya dengan netra yang memicing menatap Jarrel yang tengah mengusap-usap dahinya pelan.
" Lo jalan sambil nutup mata?" Tanya nya sarkas.

" Lo tuh yang berhenti sembarangan bikin dahi mulus gue nabrak punggung lo" ujar Jarrel dengan raut wajah kesal.

" Ck! Ngapain ngikutin gue?" tanya Haiden.

" Ya menurut lo aja anjir, ini kan penthouse lo. Kalau gue nggak ngikutin lo terus gue mau kemana lagi?" Ujarnya menggebu gebu hingga rasanya ia ingin mengacak ngacak wajah tempan pemuda didepannya.

" Lo bisa nunggu disana" Tunjuk Haiden pada sofa panjang di ruang tamu yang sempat mereka lewati tadi.

" Ya lo belom nyuruh gue duduk, gini gini gue juga punya sopan santun" ujar Jarrel.

" Yaudah iya, lo tunggu disana dulu. Gue mau ambil minum bentar" Jawab Haiden yang kemudian melangkah kembali menuju showcase; tempat dimana ia menyimpan berbagai jenis minuman .

Tanpa banyak bicara Jarrel beranjak mendudukkan tubuhnya- menunggu Haiden yang tak berselang lama ikut mendudukkan tubuhnya didepan Jarrel seraya membawa dua kaleng cola.

Pemuda Kivandra tersebut lantas mengerutkan dahinya dengan bibir yang mengerucut lucu.
" Gue nggak suka cola"

" Emang ada yang bilang ini buat lo?" Balas Haiden seraya membuka kaleng cola dan meneguknya sekilas.

Sial, rasanya Jarrel ingin mengubur diri menahan malu- lagipula kenapa ia percaya diri sekali hingga berpikir jika pemuda tinggi ini membawakan minuman untuknya.

" So?" Haiden kini beralih menatap Jarrel lekat.

" Gue kan udah bilang gue bakal nyicil buat ganti rugi" Jelas Jarrel penuh penekanan.

" Sorry, tapi gue mau lo ganti rugi sekarang juga" balas Haiden, ia ingin melihat sejauh mana pemuda manis ini bertindak. Lagipula jika diperhatikan dengan seksama, Jarrel nampak seperti anak dari keluarga berada- pakaiannya yang ia tahu berasal dari brand cukup mewah, serta motor sportnya yang juga tidak bisa dikatakan murah. Pikirnya, mungkin pemuda manis itu ingin membohonginya dan berpura pura menjadi orang tidak mampu agar di bebaskan untuk tidak ganti rugi.

" Argghh, gue nggak punya uang. Lo nggak ngerti bahasa manusia ya?" Pekiknya frustasi seraya mengacak acak rambut halusnya.

" Boleh juga akting lo" Haiden tersenyum sinis seraya bergerak menyandarkan tubuhnya pada pinggiran sofa.

Jarrel yang mendengarnya pun dibuat bingung. Apa tadi katanya? Akting?. Apa pemuda itu sudah gila bercanda di tengah tengah rasa ke-frustasiannya?
" Wah gila, gue saranin lo periksain otak lo"

" Dari pakaian dan motor lo aja semua orang tau lo berasal dari keluarga berada"

" Kalau mau jadi penipu ulung gue saranin lo belajar lagi" sambung Haiden.

Ucapan pemuda Ganendra tersebut sukses membuat Jarrel menganga lebar. Dirinya hanya tidak habis pikir dengan ucapan yang terlontar dari bibir tebal itu.

Dengan buru-buru ia meraih dompetnya di saku jaket, lalu membukanya tepat di depan Haiden.
" Liat ini, uang gue tinggal gocap. Cuma cukup buat beli makan nanti"

00.00//FIRST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang