C h a p t e r | 07

55 15 3
                                    


           HARI berikutnya Kim Sana hanya bisa terdiam di dalam kamarnya. Banyak hal yang ia pikirkan semenjak pulang dari kediaman Jeon setelah mengobrol banyak dengan ibu mertuanya. Dan Jungkook sama sekali tak menyadari perubahan sikap Sana yang terlihat lebih tenang dengan menghindari alkohol juga obat-obatan sekarang. Tapi ada satu fakta yang masih menyebabkannya susah untuk menerima Jungkook, tentunya karena dirinya terlalu kotor untuk lelaki sebaik sulung Jeon itu.

Jangan pikirkan pernikahan ini. Hiduplah seperti yang kau inginkan. Jangan urusi hidupku, karena akupun tak akan mengurusi segala urusan hidupmu.

Perkataan seperti itu yang keluar langsung dari mulutnya sendiri, tentunya membuat Jungkook sakit hati. Manusia mana yang tidak akan tersinggung? Bahkan Sana pesimis jika ada manusia berhati malaikat yang baik-baik saja dengan perkataan buruknya.

Sana kemudian bangkit dari ranjangnya, mencoba melupakan apa yang membuatnya pusing hari ini dan berganti pakaian―bersiap untuk berenang. Bibi Choi yang melihatnya tersenyum―menemukan bahwa nyonya besarnya itu sudah mulai membaik dan terkadang menyibukan dirinya dengan hal positif. Tetapi tentu tak mudah, kini Sana kembali terdiam di ujung pinggiran kolam renang yang ada di kediamannya dan Jungkook. Rumah mereka memang sangat luas seperti istana, di basement terdapat ruang fitness, di sekeliling rumah terdapat taman yang indah, di bagian belakang ada lapangan berkuda dan tentunya dua kuda miliknya dan milik Jungkook. Lalu di atas, tepatnya lantai 2 ada kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Jungkook serta di bagian samping ada balkon dan perpustakaan yang sering menjadi ruang baca bagi mereka. Kim Sana belum pernah mencoba untuk mengelilingi rumahnya sendiri―tubuhnya benar-benar sudah limbung, sering lemah dan tidak sehat karena pengaruh obat-obatan.

Ia menghela napasnya gusar lalu memandang tepian kolam yang beriak memantulkan cahaya di siang hari. Betapa indahnya, pikirnya. Mungkin kalau Sana bisa bereinkarnasi kelak atau terlahir kembali, ia pasti akan memilih menjadi air saja yang selalu bebas kemanapun dalam bentuk apapun―tidak terikat―tidak dapat digenggam dan bagusnya tidak dimiliki oleh siapapun, bahkan menjadi anak dari ayahnya yang kejam atau menjadikan Yoon―orang yang ia kasihi dulu terjebak akan nasibnya yang buruk. Air yang tenang seperti sungai dan penuh energi layaknya ombak. Pasti Kim Sana akan bahagia.

"Kak Sana!" Sana menolehkan wajahnya, suara Jeon Taehyun begitu lantang di pendengarannya. Ia melihat bagaimana Taehyun yang menghampirinya disertai gadis cantik di belakangnya yang tersenyum begitu cantik.

"Kau datang?" Ujar Sana senang, ia tersenyum lalu menganggukan kepalanya memberi salam pada gadis pirang sahabat Taehyun itu. Memang akhir-akhir ini adik iparnya jadi lebih sering mengunjungi rumahnya dan Jungkook. Entahlah, Sana hanya merasa senang saja ada kehidupan baru yang selalu hadir, ia jadi tak merasa kesepian di rumahnya yang besar ini.

"Kemarin aku baru saja menonton film bersama Chaeryeong, ah kakak sudah kenal gadis ini 'kan?" Taehyun kembali tersenyum cerah mengenalkan Chaeryeong.

"Lee Chaeryeong." Seru gadis berambut kecokelatan itu sambil mengulurkan tangannya. Sana tersenyum begitu hangat, Taehyun memang sudah pernah menceritakan permasalahannya.

Sana menyambut uluran itu dengan senyuman juga kesan ramah yang membuat Chaeryeong senang, namun sorot matanya terlihat pucat. Sana yang juga menyadari bagaimana matanya tak berbinar secerah gadis di depannya yang masih sangat muda dengan sorot mata yang begitu bahagia itu jadi berpikir, apakah dirinya pernah terlihat sebahagia itu di masa lalu?

Sementara Sana yang memandang Chaeryeong begitu kalut dengan masa lalunya, tak berbeda juga dengan Chaeryeong yang memandang Sana dengan berbagai pikiran berkecamuk di otaknya. Inikah wanita yang selalu Taehyun coba lindungi? Apakah seberharga itu Sana di hidup Taehyun?

Ending Scene [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang