Hati andika terasa enggan untuk pulang, tapibagaimana lagi, emang seharusnyakan dia pulang.
Tadi pagi dokter daniel datang menjenguk untuk terkhir kalinya.
"Nah sekarang anda sudah boleh pulang Andika" Kata dokter yang ia kagumi itu. "Anda harus menghadapi masadepan dengan dagu terangkat. Kalo ada apa apa anda bisa konsultasi dengan dokter Gavin, atau langsung datang kepadaku. "
Nah, itulah ucapan selamat tinggal dari laki laki yang di pujanya. Seharusnya ia harus segera membuang jauh jauh ilusi seorang pria remaja yang tidak berdasar sama sekali. Tapi sorot mata pria itu begitu aneh waktu mereka berjaba tangab. Ya, mau tidak mau sulit bagi remaja ini menerjemahkan apa arti sorot mata itu.
Gila. Mengapa ia harus berpikiran sedemikian jauh? Tentunya Dokter Daniel kini telah melupakan kehadiran dirinya di dunia ini. Itulah sebab ia berusaha mengajak kedua orang tuanya bercakap cakao dengan wajah ceria.
"Aku yakin tubuh ku akan sangat berisi setelah pulang ke rumah, sudah lama aku tidak menikmati makanan kesukaanku" Katanya
"Jangan khawatir" Kata ibunya sambil tertawa.
"Bi nita telah menyiapkan oseng kangkung kesukaanmu, ditambah dengan tumis tahu bumbu kecap." Benarkah? " Tanya Andika pura pura antusias.
Ada apa dengan dirinya? Bukankah ia selalu mencintai rumahnya? Tapi mengapa ia segan pulang ke rumah tempat ia di besarkan? Beberapa saat kemudia ayahnya telah membelokan mobilnya ke halaman rumah kecil yang terletak di tengah kota Tasik.
Bi Imas segera membukai pintu bagi mereka begitu mendengar deru mobil berhenti di depan rumah. Wanita setengah tua yang sudah lama bekerja di rumah kedua orang tua Andika sangat bahagia saat melihat Andika pulang kembali.Ia juga bersyukur wajah anak ini tampak mulus. Padahal beberapa kali ia ikut menjenguk anak ini di rumah sakit, ia merasa cemas melihat wajah andika yang selalu di balut tebal.
"Lebih baik kamu langsung ke kamar Dika" Katanya "kamu masih harus banyaj istirahat! "
"Baiklah" Jawab dika yang merasa pusing hanya karena menumpang mobil belasan menit. Tapu sekilah ia melihat senyum ibunya yang penuh rahasia. Ada apa dengan ibu?
Begitu memasuki kamar pribadinya, ia tersentak kaget melihat beberapa ikat bunga penuh dengan mawar merah, itu bunga kesenangannya.
"Oh ibu... Mengap ibu masih membeli bunga..? " Serunya terharu. Ia tahu tiga bulan di rumah sakit telah menghabiskan uang orang tuanya.
"Bukan kita yang membelinya" Sergah sang ayah dari belakang istrinya. Wajah suami istri itu tampak begitu bahagia.
" Kalau begitu siapa?
"Kamu baca sendiri kartunya" Kata ibu andika dengan wajah berseri seri.Lalu andika mengahmpiri tiga ikat bunga yang masing masing di gantungi kartu kecil. Ia membaca kartu nama dokter Daniel Putra Gabriel, dengan ucapan selamat menghadapi masa depan yang cerah, selamat kembali ke rumah, dan selamat menempuh hari hari bahagia.
Mata anak ini berkunang kunang. Ia memegang keningnya, di mana bekas luka masih bermukim. Benar, dokter Daniel sama sekali tidak melupakan dirinya. Betapa indah bunga mawar kirimannya! Betapa indah kata kata yang ia tuliskan dalan kartu ucapan itu. Jantungnya berdebar kencang ia merasa bahagia.
"Ada apa denganmu, dika? " Tanya sang ibu yang cemas melihat wajah putranya tegang.
Maaf karena selalu penuh dengan typo
Pengennya up yang panjang gitu tapi gak tau lagi dah otak nge lag.
KAMU SEDANG MEMBACA
DanielAndika (Sacrifice Love)
Teen FictionAndika Tama mengalami kecelakan, yang menjadikan ia kenal dengan Dokter Daniel Putra Gabriel. Mereka saling jatuh cinta, Sampai akhirnya dokter Daniel melamar Andika untuk menjadi teman hidupnya. Tentu saja Andika sangat bahagia, namun ia tidak tah...