PREVIEW

4.5K 568 56
                                    

Seharusnya rumah menjadi tempat ternyaman di saat kita akan berpulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya rumah menjadi tempat ternyaman di saat kita akan berpulang. Tempat teraman yang menyediakan bagian terfavorit untuk mengistirahatkan diri dari ganasnya panas mentari, maupun dahsyatnya hawa dingin yang membekukan kulit. Dunia itu kejam, katanya. Terlalu besar untuk ditinggali. Presensi kecil dan lemah agaknya tak cukup kuat untuk mengeksistensikan diri di sana. Maka setidaknya, 'rumah' adalah satu-satunya destinasi yang bisa melindungi, 'kan?

Tapi sayang, Lalisa Hwang tak merasa seberuntung itu.

Pasca memutuskan untuk pergi merantau dan keluar dari lingkup panti asuhan yang sudah menampungnya sejak lahir, Lisa merasa bahwa hidupnya mengalir lebih buruk dari sebelumnya.

Bak segenggam mimpi mengerikan yang bahkan tak pernah Lisa bayangkan sebelumnya, kini untaian takdir yang ditopangnya seperti tengah menguliti tubuhnya sedikit demi sedikit. Sangat jauh dari asanya, yang berharap untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak jika ia pergi mencari pekerjaan di kota besar.

Kali pertama Lisa pergi jauh dari area panti asuhan, menjadi kali pertama pula dirinya didera kesialan luar biasa. Dompetnya dicuri. Ia menangis sesegukan di tepi jalan, memeluk kedua kaki dengan tubuh bergetar karena ketakutan–tidak tahu harus bagaimana sebab ia tak mengenal daerah ini, dan tak memiliki sisa uang untuk membawanya pulang.

Daerah tersebut seperti berada di pinggiran kota, tempat di mana Lisa harus transit dan menaiki bus selanjutnya untuk menuju ke pusat Seoul. Lisa benar-benar terjebak di sini. Ada banyak sekali pemabuk atau preman-preman dengan penampilan berantakan, berupaya menyulut atensinya dengan menggaungkan suitan dan memamerkan senyum nakal yang begitu memuakkan dari belah bibir beraroma campuran nikotin serta alkohol.

Awalnya gadis yang kini menginjak usia dua puluh tahun itu berpikir kalau dirinya hendak diselamatkan oleh Kim Taeyoon. Pemuda asing itu datang dengan segaris senyum manis walau surainya sedikit berantakan. Tak ada sentakan atau penekanan pada kalimat yang dikuapkan. Raut wajahnya juga tidak mencurigakan, sehingga membuat Lisa percaya bahwa Taeyoon adalah pemuda baik-baik.

Taeyoon menggamit tangan Lisa dengan lembut, menyamakan langkah seakan pemuda itu sedang berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Lisa.

Namun ternyata, secawan madu yang yang sempat Taeyoon tawarkan itu hanya merupakan sebuah kamuflase belaka. Tidak ada minuman manis, tidak ada makanan yang menggugah selera. Lisa seperti disuguhkan dengan tetes-tetes racun yang membuatnya sekarat dari hari ke hari.

Enam bulan berada dalam rumah susun di daerah antah berantah tersebut, membuat Lisa berpikir bahwa agaknya neraka tak lebih buruk daripada tempat ini. Lisa seperti tengah mendapatkan hukuman dari kesalahan besar yang mungkin saja pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya.

Tapi, oh, astaga ... haruskah sampai seperti ini?

Gadis itu berjingkat dengan tubuh gemetar. Wajah dan sekitar lehernya terasa terbakar saat Taeyoon menyiramkan secangkir kopi yang baru saja ia buat.

dwelling | lizkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang