Tiga

382 61 25
                                    

Kalau Haechan diizinkan untuk mendeskripsikan sosok pria yang tampak berwibawa disana, Haechan akan mendeskripsikan pria tersebut dalam tiga kalimat.

Dadda adalah orang paling hebat yang pernah ia temui.

Dadda adalah orang paling keren di muka bumi.

Dadda adalah orang yang paling ia sayangi di seluruh dunia.

Seulas senyum tipis terpatri di sudut bibir Haechan. Ia mengintip di dekat pilar batu, menatap tuan Seo yang tampak begitu berwibawa memimpin diskusi. Katakan saja jika ia memiliki cara pandang yang berbeda dari kakaknya. Jika Hendery memandang Seo Johnny sebagai pria kasar yang sok berkuasa, maka Haechan berpendapat bahwa Dadda mereka adalah orang paling lembut di dunia.  Dadda mungkin sering memberi arahan dengan tegas pada pekerjanya, terkesan dingin dengan kalimat yang menusuk. Namun, ia tidak pernah menggunakan tuturan kasar kepada mereka. Ia selalu menggunakan tutur kata yang halus.

Haechan mengerti, mungkin itu cara Dadda menyayangi mereka. Jika Dadda tidak sayang, tidak mungkin pria menuju setengah baya itu mau repot-repot menampung Haechan dan Hendery, kan? Memberi dua anak itu kesempatan mengenyam pendidikan dan makan yang enak. Setidaknya, mereka dapat tidur dengan nyaman dalam sebuah ruangan hangat. Mereka dapat menjalankan pinta sang bunda untuk selalu tetap bersama.  Hendery dan Haechan tidak perlu bergelung berdesakan dengan teman sekamar mereka di panti, atau memutar otak mencari cara untuk bertahan hidup. Seo Johnny dan Seo Ten sudah sangat berbaik hati mengulurkan tangan mereka dan memberi kehidupan yang cukup layak untuk mereka.

"Kalian kan juga anaknya, sudah sepantasnya jika tuan Seo memberi kehidupan yang lebih layak dari ini untuk kalian." Begitu kurang lebih komentar Doyoung saat pertama kali mendengar kisah hidup Shin bersaudara. Kening pemuda Kim itu mengerenyit tidak suka. Ia teringat pada tingkah manja si nona muda yang terus saja mengetes kesabaran.  Gadis Seo itu begitu dimanja oleh orang tuanya. Sangat kontras dengan perlakuan Tuan Seo pada Hendery dan Haechan.

Haechan yang waktu itu mendengar rentetan gerutu Doyoung soal betapa menyebalkan Catherine dan tidak adilnya tuan Seo hanya bisa terkekeh kecil.

"Dadda seperti itu pasti ada alasannya." Kurang lebih begitu jawaban Haechan. "Aku tidak apa-apa. Asalkan bisa bersama Dadda dan kakak, aku rasa aku baik-baik saja."

Huft!

Haechan menghela nafasnya pelan. Pemuda berkulit cokelat itu dengan telaten menghidangkan kukis dan minuman dingin untuk rekan kerja tuan Seo. Hatinya kembali riang. Ia diperintahkan untuk mengantar kukis dan minuman ke taman. Itu artinya, ia memiliki kesempatan untuk berdekatan dengan Dadda dan mendengarnya berbicara penuh wibawa. Katakan saja ini berlebihan, tapi kejadian seperti ini sangat langka buat Haechan. Biasanya, ia hanya diperintah untuk menyiapkan, urusan menghidangkan akan dilakukan oleh asisten rumah tangga yang lain.

Bibir hati milik Haechan tidak berhenti bersenandung riang. Ia bersemangat sekali diizinkan berada berdekatan dengan Dadda. Biasanya, jika Dadda mengadakan diskusi di rumah, atau ada rekan kerja Dadda yang datang, Haechan dan Hendery tidak diperkenankan keluar.

"Haechan, siapkan makan siang!"

Ujar seorang gadis yang masuk ke dapur sembari membenarkan tatanan rambutnya. Beberapa kali ia menarik cermin kecil dari saku, mematut pantulan wajahnya sembari mengerdipkan sebelah mata. Perona berwarna merah muda di pipi gadis itu tampak begitu mencolok dengan kulitnya yang pucat. Jangan lupakan garis hitam disekitar mata yang begitu tajam, menegaskan bentuk mata si gadis yang besar. Juga polesan perona bibir berwarna merah muda.

Tidak ada yang menampik jika gadis itu memang terlihat cantik. Namun, Haechan perlu jujur jika penampilan si gadis hari ini benar-benar berlebihan. Ia bahkan dapat mencium aroma parfum yang digunakan si gadis saat ia lewat.

(Not) A Cinderella StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang