***
Leysa Pov
Hari pertamaku mulai bekerja setelah cuti, dan sialnya pagi ini aku datang terlambat dan mendapatkan tatapan sinis dari ketua tim dan kepala ruangan. Ini semua salah Alva, aku menunggunya semalaman untuk minta penjelasan siapa veria veria itu. tapi dia malah tidak pulang semalaman, biasanya dia akan tetap pulang walau hampir pagi. Lah semalam, aku bahkan rela tidak tidur untuk menunggunya pulang.
seharusnya apa peduliku kalau dia tak pulang, dan salahku yang mau saja menunggunya sedangkan dia malah asyik dengan perempuan itu, hari ini aku sangat tidak semangat untuk bekerja. Untung tidak ada pasien yang butuh pengawasan intensif. semua pasien yang ku pegang hanya dalam masa bedrest. Ada perawat baru dalam timku, meski tidak pernah berakrab ria dengan yang lainnya, tapi bukannya aku tidak tahu siapa saja rekan seprofesiku. Mungkin dia masuk saat aku cuti. perempuan cantik, supel dan periang, dia bahkan menegur dan tersenyum pada siapa saja yang ditemuinya.
"Hei, aku baru melihatmu. kau baru cuti ya.?" dia mengajak ku bicara. saat ini diruangan hanya ada aku dan si perawat baru. teman yang lainnya sedang menjadi asistan dokter untuk visit ke pasien, aku hanya mengabaikannya. dari tadi aku mengamatinya dan dia terlalu banyak bicara. aku tidak suka berurusan dengannya.
"Kita belum kenalan, aku Tamy? nama mu siapa?" dia mengelurkan tangannya.
"Leysa" aku menjawab singkat dan tetap fokus pada Askep yang sedang ku tulis, dia menurunkan tangannya dan terdengar helaan napas.
" Mau kubantu."
Dia harusnya tahu tanpa bertanya karena ini juga pekerjaannya. menulis askep, catatan perkembangan pasien, hasil visit dokter, dan evaluasi pasien. bukannya menjawab, aku menyodorkan deretan map yang berisi status pasien, sebentar lagi shift pagi akan selesai. dan aku tidak mau pulang terlambat karena belum menyelesaikannya.
"Kau tinggal dimana?" dia mulai pembicaraan lagi, apa dia tak bisa hanya diam,duduk dan menulis.
"mm. Kau pulang naik apa?"
"Mau pulang bareng? kita bisa makan siang dulu, aku tahu tempat makan yang enak dan murah. nanti ku traktir sebagai salam perkenalan, mau ya?"
" Apa kau sudah menikah?" ini pertanyaan sensitif, aku langsung memberinya tatapan peringatan. dan untung sepertinya dia mengerti, dia tak bertanya apapun lagi. suasana jadi hening .
akhirnya pulang juga, aku tidak suka suasana rumah sakit. tapi anehnya aku malah jadi perawat yang bekerja dirumah sakit. Dulu waktu di bangku kuliah aku merasa salah jurusan dan ingin berhenti saja. Tapi biaya yang sudah ku keluarkan sudah cukup banyak dan untuk pindah kejurusan lain rasanya mubazir. Dan aku selalu bilang pada diriku sendiri, mungkin memang takdirnya jadi perawat. lama lama aku juga menikmatinya, karena aku bisa melihat manusia dengan sikap yang kompleks. ada yang berlebihan dan rapuh menghadapi masalahnya padahal hanya hal sepele, ada yang begitu tabah padahal dia sedang sakit parah. Ada pasien cerewet dengan sejuta komplain ada yang arogan dan sok memerintah dan membentak, tapi hal paling memyenangkan saat mereka tersenyum tulus dan mengucapkan terimakasih karena telah merawat mereka. saat itu rasanya kita adalah orang yang berguna untuk orang lain.
"Leysa tunggu, aku ikut kedepan dong. boleh ya?" Tamy lagi.
" Naiklah."
" Kau mau langsung pulang? "
" Menurutmu."
"Kita makan siang sekalian ya. Aku sangat lapar tadi pagi gak sempat sarapan? kalau makan sendirian itu gak enak. temani aku yah. aku yang traktir deh?"
Dia menyebalkan, cerewet dan sok akrab. Ini sudah sampai didepan, dia kan hanya bilang menumpang sampai kedepan. aku menepikan motorku.
"Yah, kau benar benar hanya mengantarku sampai sini yah. tidak mau menemaniku makan siang?" Dia turun dan menatapku dengan puppy eyesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Flat
Teen Fictionkisah tentang dua orang dengan hidup yang berbeda, tentang si Mrs. Flat dengan segala kekurangan eksperesinya dan alvario cowok yang memilih si Mrs. Flat untuk dinikahinya. Lalu akankah si Mrs.Flat yang dingin berubah hangat dan banyak ekpresi. Kare...