****
Leysa Pov
Bekerja di hari minggu bukan hal yang menyenangkan, sepanjang koridor rumah sakit sangat sepi bahkan tak ada antrian seperti hari biasa. Hanya beberapa keluarga yang berkunjung, tapi kalau jam kunjung sudah lewat keadaan sangat sepi hanya ada perawat yang sibuk diruangan. Dokterpun jarang visit kalau keadaan pasiennya tidak daurat, kalaupun terpaksa harus memanggil dokter biasanya kami hanya memanggil dokter di IGD yang selalu ada tiap hari. Yang enak itu, perawat ruang poli. Hari sabtu dan hari minggu mereka libur karena poli tutup pada dua hari tersebut, bekerjapun dengan jam tetap pada pagi sampai siang tanpa shift. Meski pasien yang chek up banyak tapi rasanya itu sebanding.
Sebenarnya alva masih ngotot menyuruhku izin hari ini, tapi aku baru saja cuti dan untuk izin lagi rasanya tidak profesional. Aku janji akan menghubunginya setelah pekerjaanku selesai agar kami bisa berangkat bersama. Tamy dari tadi merecoki dan selalu mengajakku bicara meski tak sekalipun aku menjawabnya. Apa dia gak kenal yang namanya diam. Entah takdir atau sial aku malah dapet tim dan shift yang sama dengannya. Biasanya orang orang ruangan ini sudah terbiasa dengan ku yang hanya diam dan tak pernah mengajakku bicara kecuali masalah pekerjaan, tapi tamy membuatku tidak terbiasa dengan kecerewatannya selalu mengajukan pertanyaan.
" Kau pulang naik apa ley? Kamu gak bawa motorkan, tadi pagi aku liat kamu naik taxi. mau pulang bareng? sekalian aku main kerumahmu? inikan masih siang, aku bosan dirumah"
Seperhatian itu anak ini padaku sampai tahu kalau aku naik taxi datang tadi pagi. Saat ini kami sedang diruang ganti dan bersiap untuk pulang.
" Kita pulang bareng ya, kebetulan hari ini aku bawa mobil? sekalian aja kita jalan jalan dan shopping. inikan hari minggu"
"Aku ada urusan."
Dan tanpa menunggu jawabannya aku keluar berjalan kedepan sambil menunggu jemputan alva, tadi aku sudah mengiriminya pesan untuk menjemputku. Sudah sepuluh menit menunggu akhirnya , dia muncul juga dihadapanku.
"Masuklah."
Dia hanya menurunkan kaca mobil, dan langsung menyuruhku masuk. cishh, mungkin hanya aku yang diperlakukan seperti ini, sedangkan perempuan lainnya yang pergi bersamanya pasti akan dibukakan pintu mobil.
"Hei kunti, jangan Cuma pasang wajah datar gitu. Cepat masuk, kita udah telat."
Tanpa disuruh untuk yang ketiga kalinya aku langsung masuk, sepanjang perjalanan kami hanya hening. Dan tanpa terasa kami sudah sampai dirumah mertuaku, ini kedua kalinya aku kesini, dan jujur saja aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi mereka. aku terbiasa dingin dan datar, jadi aku takut mertuaku tidak akan menyukaiku.
"Kunti bisu, aku tahu kau bisu dan pelit bicara. Tapi tak bisakah didepan orangtua dan keluarga besarku kau berubah jadi sedikit manis." Alva menatapku, saat ini kami masih berada didalam mobil.
" Ku usahakan."
" Dicoba, bukan di usahakan. Kau harus coba dulu baru berusaha."
"Ya"
" Dan sekarang coba kau tersenyum."
Aku dengan ragu, mencoba tersenyum.
"Bukan begitu kunti, Kau bahkan terlihat seperti kakimu sedang diinjak. itu ekspresi meringis bukan tersenyum."
"Tersenyum itu seperti ini." Dia menarik wajahku untuk menghadap kearahnya, kemudian dia menarik kedua pipiku.
"Lihat wajahku, ku contohkan cara tersenyum." Aku menatap wajahnya dan dia memberiku sebuah senyuman, entah kenapa hormon endorfin ditubuhku terangsang keluar dan memberikan sensasi menyenangkan saat melihatnya tersenyum. Tanpa sadar aku ikut tersenyum lebar.
"Nah begitu, bagus." Dia mengacak rambutku pelan.
" Ayo kita keluar."
Sekarang dia membukan pintu untuk ku, mungkin kerana takut ada keluarganya yang melihat jadi dia bersikap sok manis. dia menggenggam jari tanganku membuat kegugupanku sedikit berkurang.
" Wah pengantin baru sudah datang."
Kami di sambut dengan teriakan pria yang langsung membuat semua penghuni rumah menoleh kearah kami. Aku seperti tidak asing dengan wajahnya.
"Gema Jaga mulutmu, jangan berteriak dirumahku."
Pantas saja tidak asing, dia pria waktu itu. sekarang kami sudah jadi pusat perhatian, dengan menampilkan wajah tenang aku tersenyum kearah semua orang yang sedang melihat padaku.
" Wah menantu kesayangan mama udah datang. Kami udah nungguin dari tadi lo."
" Maaf ma, tadi ada sedikit urusan." Alva yang memberi penjelasan pada mamanya.
" Ya udah sini sayang, kenalan sama yang lainnya. kemarin banyak yang gak datang pas kalian nikah."
Aku dikenalkan kesemua orang yang ada diruangan. mereka terlihat ramah, dan tak ada yang memberikan penilaian dengan pandangan mencela. aku bersyukur dan merasa diterima. Aku memilih duduk disamping alva, karena yang lainnya menurutku orang asing.
" Hei, ley. Lama gak ketemu. apa kabar? kamu tambah cantik." Suara gema disampingku mengejutkanku, aku tidak sadar dia juga ikut duduk di dekatku.
" Jangan menggoda istriku, dia tak akan menanggapimu."
" Aku tahu, kemarin saja. aku bahkan tidak dianggap."
" Sana menjauh, jangan menganggu kami."
" Kau selalu bilang kalimat itu. Kita hanya sedang ngumpul dan para orangtua sedang mengobrol jadi apa salahnya aku ikut dengan kalian."
" Kenpa kau kemari?"
" hei Songong. rumahku didepanmu, jadi tentu saja aku bisa datang kesini kapanpun. Kau saja yang jarang pulang. mentang mentang sudah punya istri."
" Dan mana yang lainnya?"
" Siapa?"
" Lery dan yang lainnya?"
" Para sepupumu? Mereka dibelakang, mungkin sedang berenang. "
" Ya sudah kita kesana saja." Alva berdiri dan aku masih diam duduk.
"Ck, kunti ayo"
Jadi aku diajak, ku pikir dia mau pergi dengan gema. aku pun mengekor dibelakangnya. dan gema mengikuti disampingku.
" Hei ley. mau ku beritahu sesuatu.?" aku menoleh tidak minat kearahnya.
" Yakin tidak mau tahu. nanti kau malu lo." Aku tetap mengabaikan kalimatnya dan terus berjalan, alva sudah jauh didepan.
" Baiklah karena aku tampan dan baik hati jadi kau ku beritahu kalau ternyata riselting celanamu turun." dia langsung tertawa
Dia langsung menghentikan tawanya saat aku menoleh kearahnya dan menatapnya tajam, dia pikir aku tertipu. aku bukan orang ceroboh dan sembrono dan jelas tahu kalau aku sudah memperhatikan penampilanku.
"Yah, reaksimu mengecewakanku. Kenapa kau tak refleks memeriksa sih, kenapa tak memasang wajah blushing dan malu. " Jelas tak akan dan jangan banyak berharap.
" Gema sudah ku bilang jangan menggodanya."
" Kau juga sama menyebalkan, kalian berdua sama sama tidak asyik diajak bercanda. istrimu terlalu serius dan kau sisuami pelit."
Gema menggerutu sambil menjauh, sedangkan alva memasang wajah tidak mengerti dengan ucapan gema.
"Kenapa dia?"
Aku hanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu. Sekarang kami sedang berada dikolam renang dan banyak orang yang seusia dengan kami disini. mungkin mereka sepupu alva seperti yang dikatakan gema. Aku mengamati mereka dan ada sekitar delapan orang kecuali gema, lima orang pria dan tiga wanita. Tanpa sengaja mataku bertemu pandang dengan sosok wanita yang sedang berada didalam kolam dan dia langsung memberiku tatapan sinis. Melihatnya disini adalah kejutan paling tidak menyenangkan. dan mungkin ini akan jadi hal yang buruk untuk hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Flat
Teen Fictionkisah tentang dua orang dengan hidup yang berbeda, tentang si Mrs. Flat dengan segala kekurangan eksperesinya dan alvario cowok yang memilih si Mrs. Flat untuk dinikahinya. Lalu akankah si Mrs.Flat yang dingin berubah hangat dan banyak ekpresi. Kare...