39. To Live Together

60.2K 5.3K 377
                                    

“To Live Together.”

•••••

Hari demi hari, Andien merasa ia terlalu menyukai Dirga. Bagaimana tidak, setiap Dirga tidak berada bersamanya selama di Jogja ini, rasanya selalu kesal dan ingin ikut dengan lelaki itu.

Andien rasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Harap-harap cemas semoga saja ini bukan pertanda Dirga telah memeletnya, dengan ilmu hitam dari dukun atau apapun itu.

Saat dirinya menceritakan itu kepada Melan melalui panggilan video, Melan justru menertawainya dan membalas dengan tegas, “Andien, lo itu lagi jatuh cinta. Nggak usah ngelak lagi.”

Semalam sebelum tidur ia diceramahi habis-habisan oleh Melan karena terlalu lugu persoalan seperti ini. Dicap tidak punya pengalaman padahal sudah pernah pacaran.

Yah, Melan tidak tahu saja bagaimana cara Dirga memperlakukan dirinya. Seratus persen berbeda dari mantan pacarnya atau para laki-laki yang  pernah mendekati Andien. Jika diingat-ingat soal Dirga lagi, rasanya Andien tidak mampu menahan semburat merah di pipinya.

Hari ini Dirga sudah berjanji akan jalan-jalan berdua dengan Andien, setelah kemarin seharian penuh lelaki itu sibuk dengan Ayah Andien. Mulai dari ngobrol di teras dengan ditemani  dua cangkir kopi, kemudian pergi berdua untuk mendatangi penjual mobil antik yang sudah lama Ayah gadis itu incar, berbekal informasi dari Rion akhirnya mereka berdua berangkat tanpa Rion karena kakak dari Andien harus pergi bekerja, lalu saat kembali di sore hari pun Andien tidak sempat menghabiskan waktu dengan Dirga lagi karena lelaki itu langsung mandi sedangkan Andien harus membantu para wanita di rumah untuk menyiapkan makan malam.

Seusai makan malam, Dirga tidak dapat menemui Andien juga. Lelaki itu diajak bermain catur hingga larut malam. Andien menggunakan akalnya untuk ikut bergabung, sekedar duduk saja di dekat Ayahnya dan Dirga. Tetapi lama-kelamaan dia merasa bosan karena kedua orang itu sangat fokus dengan permainan mereka sampai tidak menghiraukan kehadiran Andien.

Dan ya, mereka masih di rumah Rion. Agar bisa berkumpul dengan keluarga besar selagi Andien masih disini.

Lusa mereka berdua sudah harus kembali ke Jakarta dan Andien mulai gelisah akan hal itu. Dia ingin lebih lama lagi bersama keluarganya. Tetapi ia masih memiliki pekerjaan di Jakarta, bisa tidak dapat gaji kalau dia terlalu lama libur.

“Mau kemana, sayang? Kok udah dandan aja.”

Mamanya datang dari balik pintu kamar hingga mengejutkan Andien. Gadis itu tengah mengoleskan lipgloss di bibirnya, memutar tubuh dan mengangkat kedua alisnya beberapa kali, menunggu komentar dari Mamanya terkait penampilan Andien.

“Udah cantik banget anak mama mah. Mau kemana emang?” Lagi, Mamanya bertanya.

Andien menggulung rambutnya ke belakang dan menggunakan jepit rambut ukuran sedang untuk pengganti ikat rambut.

"Mau nonton sama Mas Dirga, ma."

Dirga memang sudah berjanji akan menemani Andien hari ini, dan bioskop tentu saja bukan pilihan Dirga. Tetapi Andien kukuh ingin menonton bersama Dirga karena nyatanya mereka belum pernah sekali pun menonton film berdua.

“Pantesan rempong. Tapi kamu nggak mau makan dulu?”

Andien menggeleng, ia tidak mau makan saja saat keluar dengan Dirga.

“Mama mau nitip apa? Biar Andien beliin nanti.”

Mamanya tersenyum hangat, kemudian menggeleng. "Kamu have fun aja sama Dirga, gak usah mikir bawain mama apa-apa dulu.”

[6] Stop, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang