PART 3

0 0 0
                                    

Sebelum baca, aku ingetin lagi
Vote ya kak gratis loh
-
-
Lope ijo nya guys💚
-
-
Happy reading
-
-

Bel pulang sekolah telah berbunyi, para siswa mulai berlalu lalang. Ada yang langsung menghampiri jemputan nya, bermain di lapangan sekolah bahkan ada yang menjalani jadwal piket. Seorang remaja terdiam di dekat gerbang sedang menyaksikan beberapa siswa yang di sambut oleh orang tua nya. Remaja itu adalah Farell, jujur saja Farell iri dengan mereka. Farell ingin merasakan semua hal yang mereka rasakan didalam keluarga, Mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang tak pernah dirinya rasakan sejak lahir. Farell tersenyum ketir saat dirinya melihat salah satu siswa yang sangat dekat dengan ...Ayah.

"Ayah.. sampai kapan kau akan menerima Farell? Bunda, tak seharusnya Farell lahir jika harus seperti ini. Hidup diatas luka dan tetesan air mata" Farell hanya menghembuskan nafas dan berjalan menjauhi area sekolah menuju ke tempat dimana dirinya akan melakukan kerja paruh waktunya. Ya... Farell sengaja untuk bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi nya. Karena ayahnya tak pernah memberikan dirinya sepeser uang pun dan tentunya tanpa sepengetahuan ayah dan saudara kandungnya

Tak terasa dua puluh menit telah berlalu, kini dirinya telah sampai di sebuah kedai sederhana yang mau menerimanya untuk kerja paruh waktu. Di kedai bakso ini, kedai sederhana yang di bangun oleh pasangan suami istri yang sangat ramah dan memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan Farell, hanya saja mereka beda sekolah.

"Permisi bu" ucap Farell menghampiri Bu ranty-istri pemilik kedai bakso- yang sedang membungkus pesanan.

"Eh Farell,  sudah datang toh. Kamu istirahat dulu pasti capek. Kamu sudah makan belum nak?" Tanya bu Ranty sembari membungkus pesanan.

"Farell sudah makan tadi di kantin. Farell juga tidak capek kok bu. Jadi alangkah lebih baik nya jika Farell langsung bekerja. Lagi pula cuci an piring nya juga sudah menumpuk" ucap Farell sembari menggulung hoodie yang di pakai nya menuju ke westafel. Setelah itu Farell melakukan pekerjaan lain seperti melayani pesanan, menyapu, mengepel lantai dan lain - lain. Sekarang sudah jam empat sore, dirinya harus segera pulang. Karena dirinya harus sampai lebih dulu dari ayahnya. Ketika ingin pamit ke pak handi dan bu Ranty, tiba - tiba saja...

"FARELLLLLLLL...... HELP ME PLEASE!!!!!! teriak seseorang dari kejauhan membuat farell menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata yang memanggil dirinya adalah Aurel, anak dari sepasang pemilik warung bakso tersebut.

"Iya? Tolong apa?" Tanya Farell kepada Aurel yang masih mengatur nafasnya.

"Hhh Ah uh bentar gue atur nafas dulu hhah.. bantuin gue please, sudah mumet ini kepala" ucap Aurel sembari mengatur nafasnya dan memegang buku tebal.

"Iya gue bakal bantu, cuma bantu dalam hal apa? Selagi gue mampu sih oke - oke aja"

"Ini mah makanan lu tiap hari rell, kan lu titisan eistein pasti mampu untuk mengerjakan soal - soal aneh ini" ucap Aurel sambil menunjukkan buku tebal yang membuat dirinya pusing ketika membacanya.

"Gausah berlebihan juga kali, tentang apa emang nya?" Tanya Farell yang masih menunggu Aurel membuka halaman bukunya.

"Nih dia, hukum bernard. Sumpah gue pusing banget mikirin tuh soal."

"Hah, hukum bernoulli Aurel" Farell sempat bimbang saat melihat jam yang terus berdetak haruskah dirinya membantu Aurel menyelesaikan soal atau menolaknya agar sampai ke rumahnya sebelum ayahnya sampai. Aurel memperhatikan Farell yang melamun.

"Ga bisa ya rell? kalau ga bisa ga apa kok gausah dipaksa"

"Bisa kok, yaudah sini kita kerjain bareng - bareng" ucap Farell mengambil buku paket nya dan mulai mengerjakan nya satu demi satu. Tak ada kesulitan bagi diri Farell untuk menyelesaikan tugas tersebut. Karena bagi Farell itu " EZ banget".

Aurel yang sedari tadi hanya melihat Farell mengerjakan soal tersebut dengan tenang membuat dirinya penasaran "rell"

"Iya?"

"Lu kan juga makan bakso yang di buat orang tua gue. Gue juga makan itu, tapi kok gue ga sepintar lu ya otaknya. Heran" ucapan aurel yang membuat Farell tertawa.

"Hahaha lu juga pintar kok, cuma semua sudah ada porsinya masing - masing Aurel. Ga harus sama." Ucap Farell sambil geleng - geleng kepala atas ucapan aurel.

"Iya juga sih, pasti jadi lu enak. Punya banyak teman karena lu anak pintar. Kan biasanya begitu" ucap Aurel  sambil mengetuk - ngetuk meja karena dirinya bosan.

"Hm iya, sepertinya" ucap Farell "walaupun itu tidak berlaku bagi gue" sambungnya namun dalam hati.

"Nih sudah selesai, jangan lupa pelajari. kalau gitu gue pulang dulu ya. Hari udah mau gelap" ucap Farell memberikan buku fisika kepada Aurel  yang membuat perempuan itu takjub.

"GILAA! WAW!! OTAK LU BISA - BISA GUE BELI RELL!" Ucap aurel yang sangat terpukau padahal ini bukan hal pertama bagi dirinya.

"Apaan sih, lebay banget lu" Farell merapikan alat tulis nya dan beranjak dari posisi nya. Sebelum pergi dari tempat itu kedua orang tua Aurel memanggil dirinya.

"Nak Farell setelah kami pikir - pikir, lebih baik kamu menjadi tutor fisika untuk aurel. karena aurel sangat kurang di mapel tersebut. untuk biaya nya bisa kamu atur sendiri" mendengar itu aurel sangat senang meski otaknya menolak untuk belajar fisika.

"Nanti akan Farell pikir kan pak bu, kalau gitu Farell pamit sekarang ya soalnya takut sampai rumah kemaleman"

Setelah itu farell melangkah kan dirinya menjauhi perkarangan tempat tersebut. Mempercepat langkahnya agar dirinya masih sempat sampai sebelum ayahnya, Meski kemungkinan nya kecil.

Sesampainya dirumah...

-
-
-

Lanjut ga nih???
Aneh ya??
Jangan lupa vote and comment ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang