03 || Nasehat Bunda

66 5 0
                                    

Vote+komen
Selamat membaca!

•••

- ☘ Zyva, Jovan dan Jezkiell terpaksa pindah dari SMA lamanya karena pekerjaan ayahnya. Mereka diterima dan masuk di SMA Galactic, atau biasa dikenal orang dengan SMA GLC.

SMA paling populer dan banyak diminati oleh para pelajar di Jakarta dan luar kota, dengan fasilitas terbaik setiap gedung. Jurusan di sekolah ini ada tiga. IPA, IPS, dan Bahasa-Budaya. Seperti kebanyakan SMA lainnya.

- ☘ -

06.10 a.m

Pagi yang indah di meja makan, Zeela menatap ketiga anaknya yang sedang makan dengan mengenakan seragam sekolah SMA. Rasanya baru kemarin mereka bermain, sekarang waktunya memulai perjalanan baru jenjang sekolah.

Mungkin Zeela akan terbiasa melihat anak-anaknya tumbuh dewasa terlalu cepat. Karena tidak bisa dipungkiri kalau perasaan cinta juga turut hadir mewarnai masa SMA.

Jeffrino menghela napas panjang.

"Ingat pesan ayah. Jangan cari masalah! Ayah gak mau terus-terusan ketemu kepala sekolah. Udah cukup bandelnya di SMP sama SMA yang dulu. Awas aja kalau kalian bikin ulah!" Titah sang ayah di angguki paham oleh ketiga anaknya.

"Ini termasuk buat kamu Ell." Jezkiell mendongak, menatap sorot mata tajam ayahnya. "Kok cuma Ell?!- ckk... Iya-iya Ell gak akan bikin ulah."

"Tapi dengan satu syarat..." Jezkiell menjeda kalimatnya seraya tersenyum.

"Ayah harus setuju kalau nanti Ell punya pacar."

"Kocak lo! Jaga diri sendiri masih gak bisa! Mau jagain anak orang. Belajar aja dulu, biar gak bego-bego amat." Cerca Jovan.

"Coyy... Mata lo gak sepet belajar mulu? Hidup tuh butuh pemanis. Lagian nih, kalau Ell punya pacar, mungkin lebih semangat belajarnya." Jawab Jezkiell enteng.

"Pftt... Oh ya?" Jeffrino menyeringai. "Oke... Ayah bakal lihat, seberapa lama Ell dapat pacar."

Jeffrino mengulurkan telapak tangan, pertanda ia telah setuju akan syarat yang di ajukan Jezkiell kepadanya. Tentu dengan senang hati Jezkiell menerima jabatan tangan ayahnya.

"Gak ayah gak anak, sama aja." Sindir Jovan seraya memutar bola matanya.

"Zyva juga mau cari pacar."

Ucapan Zyva membuat kaget tiga pria di meja makan. Netra ketiganya saling bertemu lalu menoleh ke arah Zyva yang tersenyum seraya menunggu jawaban dari mereka. Tentu saja jawabnya...

"GAK BOLEH!!" Tolak ayah dan kedua kembarannya bersamaan.

Senyum Zyva memudar, jawaban yang berbeda dengan apa yang ia pikirkan.

"Awas aja kalau lo beneran nekat punya pacar! Gue gak bakal segan, buat nyakitin cowok yang deket sama lo. Inget itu!" Ancam Jezkiell seraya menodongkan sendok serealnya ke arah Zyva.

"Apa sih! Gak usah ngatur-ngatur hidup gue!" Sentak Zyva yang mulai kesal dengan ucapan adiknya. Terlalu over protektif padanya.

"Gue ngomong gitu juga buat kebaikan lo! Mikir kek, siapa yang bakal repot kalau lo disakiti sama cowok ntar."

"Tinggal nyari cowok yang sayang sama gue, simpel kan?" Jawab Zyva dengan enteng.

Jezkiell menahan emosinya, ia kehabisan kata-kata menanggapi Zyva. Pemikiran kembarannya ini sangat dangkal tentang laki-laki.

"Ayah gak ngebolehin Zyva punya pacar! Sekalipun cowok itu sayang sama Zyva, jawaban ayah tetep gak boleh." Titah Jeffrino

Zyva adalah putri satu-satunya di keluarga Digantara, anak yang Jeffrino sayangi setelah Zeela sang istri. Ia tak mungkin mudah melepas Zyva begitu saja untuk orang lain. Apalagi untuk hal main-main seperti ini.

"Kok gitu?!...ayah pilih kasih sama Zyva! Ell tadi boleh."

"Clay, dengerin bang Bian." Zyva mendengus kesal, sekarang kakaknya juga ikut menasehatinya.

"Cowok diluar sana gak sebaik yang lo pikirin. Sekarang ada bang Bian yang selalu ada buat Clay, jagain dan temenin Clay. Jadi, gak usah kepikiran pingin cari pacar ya."

"Bang Bian sama aja!"

Ada apa dengan pagi ini? Zyva merasa seperti dikekang oleh keluarganya sendiri. Mereka seakan-akan mengendalikan dirinya seperti robot. Menjengkelkan!

"Coba lo tanya bunda, jawabannya juga bakal sama." Celetuk Jezkiell.

"Kalau bunda sih terserah, kalau udah waktunya bakal ketemu cowok juga. Keputusan ada di hati Zyva, bunda cuma kasih pendapat yang terbaik buat Zyva." Sahut Zeela dengan lembut membuat hati Zyva terenyuh mendengarnya.

Senyum Zyva kembali mengambang memenuhi wajah, memang hanya bunda saja yang dapat mengerti perasaannya.

"Bunda kok malah ngomong gitu?! Clay itu cewek bun, Bian gak mau Clay kenapa-kenapa."

Zeela tersenyum,"Iya Bunda ngerti, tapi bunda juga pernah muda, dan masa muda gak dateng dua kali. Yang penting jaga kepercayaan bunda, gak boleh aneh-aneh, gak boleh keblablasan, selalu kabari bunda biar bunda gak khawatir. Zaman udah modern juga kan? Kalo bunda ngelarang-ngelarang nanti kalian malah nekat dan gak mau cerita."

"Tuh dengerin... Bunda aja ngebolehin, kok kalian yang repot! Tenang aja, Zyva bakal jaga diri. Zyva udah gede." Sela angkuh Zyva, karena mendapat pembelaan.

"Ini nasehat bukan cuma buat Zyva, tapi buat Bian sama Ell juga." Zyva mengangguk seraya memberikan banyak finger heart kepada Zeela.

Lain halnya, Jovan dan Jezkiell yang kesal dengan ucapan bunda yang tidak bisa diajak berkompromi.

"Okee kita akhiri perdebatan pagi ini, sekarang waktunya kalian berangkat sekolah. Bunda gak mau kalian telat dihari pertama masuk SMA."

Zyva beranjak dari kursi untuk menghampiri Zeela, dan memberi kecupan di pipi seraya tersenyum. "Terimakasih bunda..." Ucapnya, lalu pergi meninggalkan meja makan.

- ☘ -

To be continued...

ZYCELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang