Bagian 2 : They are Meet Again

234 45 3
                                    

Di pertengahan September, setelah memecahkan kasus alasan kematian dari seorang Politikus. Hange mendapat liburannya, tersenyum mengejek ke arah Moblit dan sengaja pamer tiket pesawat untuk berkunjung ke negeri Patung Liberty berdiri menjulang dengan lengan yang tidak lelah mengangkat obor.

"Bingo! Selamat bekerja bahkan di akhir pekan, Mob."

"Ck, aku tidak mau mengangkat telepon mu jika kamu kesusahan selama liburan!"

"Hih! Kamu mendoakan liburanku kacau!?"

"Bukan begitu, setiap kali kamu pergi sendirian, pasti selalu saja terjadi masalah."

Dan benar. Hange kehilangan dompet tepat setelah ia selesai berkeliling kota. Yang tersisa hanyalah dirinya, dan sebuah ilustrasi mini patung Liberty.

Ia duduk lesu, ponselnya turut hilang. Ia tidak bisa menghubungi Moblit untuk meminta bantuan, syukurlah Paspornya aman. Namun, apalah daya jika seluruh uangnya sudah raup kena rampok!? Hange hanya bawa uang pas-pasan. Dia memang agak ceroboh.

"Wajah kamu muram, ku tebak, kamu bangkrut?"

Suara baritone yang tak asing muncul dalam jangkauan indra Hange. Ia mendongak, menatap tidak percaya pada sosok pemuda di hadapannya. Berdiri, menatap datar, dengan wajah yang Hange yakin dialah sosok yang selalu muncul di dalam mimpinya selama ini.

"Le ... Vi?"

"Hah? Kamu mengatakan sesuatu? Jadi, aku benar, kamu bangkrut?"

Tertawa sarkas di dalam hati. Konyol jika pemuda di hadapannya mengenal dirinya. Yang mengalami mimpi aneh jelas hanya Hange, namun ia tidak pernah menyangka. Sosok pemuda yang selalu hadir dalam tidur lelapnya sebagai mimpi, benar-benar nyata.

Perasaan aneh menyeruak ke permukaan, menghantar bulir-bulir hangat kini menumpuk di pelupuk mata. Siap tumpah namun Hange berusaha menahan.

"Hey,"

"A-ah!" kacau, air mata Hange tumpah begitu saja. Ia mengalihkan pandang sambil terisak, rasa sakit di dadanya tak tertahankan. Hange tidak pernah menyangka, sikap seperti inilah yang pada akhirnya ia tunjukkan setelah sekian lama.

Pertemuan pertama, mengapa rasanya seperti pertemuan tentang dua rindu yang akhirnya melebur?

"Kamu bisa minum ini dulu,"

Namanya Levi Angus, walau nama belakangnya berbeda dari Levi yang ada di dalam mimpinya. Hange entah mengapa begitu yakin, mereka adalah Levi yang sama.

Tumbler biru tua, saat membuka tutupnya, Hange bisa mencium aroma harum dari daun mint dan teh juga sedikit perasan lemon. Ia meneguk sekali, dan ketagihan sampai di tegukan ke tiga. Enak. Selama ini dia hanya mengkonsumsi kafein sebagai nutrisi bantuan untuk tidak mengantuk sepanjang bekerja. Mengantuk sedikit, ia bisa-bisa salah memeriksa bagian tubuh mayat-mayat itu.

"Jadi, kamu di rampok? Dan sekarang karena tidak punya uang kamu tidak bisa kembali ke hotel?" tanya Levi

Mereka duduk berdampingan di sebuah taman, pemuda itu sepertinya bukan orang yang berada. Pakaiannya biasa saja, bahkan sepatu yang membalut kakinya tampak lusuh. Ia hanya bisa menawari teh, dan membeli dua bungkus roti isi yang sudah dingin. Tapi, Hange tidak mau mengeluh sebab sudah merasa terbantu. Walaupun masalahnya belum selesai di situ saja.

"Ya, aku agak ceroboh." jawab Hange, hatinya masih melankolis. Ia masih menangis dan terisak sesekali, tidak bisa mengalihkan pandang dari wajah Levi.

Ingin peluk. Ingin menangis di dalam pelukannya. Mengatakan bahwa, Hange menangis karena merindukan sosoknya. Padahal, mereka hanya sepasang orang asing yang baru berkenalan sejak tiga puluh menit lalu. Levi mungkin akan mengira Hange orang aneh. Syukurlah, Levi hanya mengira Hange menangis karena kehilangan uang.

"Lalu, bagaimana kamu akan pulang ke Berlin?"

"Apa? Bagaimana bisa kamu tahu aku tinggal di Berlin?"

Levi tidak menjawab. Ia menatap Hange dengan raut wajah datar, kemudian mengalihkan pandang dan mengubah topik obrolan.

"Di jalanan yang kamu datangi itu memang rawan perampokan. Polisi hanya sekedar berjaga di sana, tapi kalau kamu tidak punya uang, sulit untuk membuat laporan kehilangan atas tindak kecerobohan sendiri." ucap Levi

"O-oh, aku lupa tentang Polisi. Harusnya aku melapor," gumam Hange

Sosok di sebelahnya mendengus geli, "Cih, tidak berubah sama sekali."

"Hah? Apanya?"

"Bukan apa-apa."

Levi bangkit, membersihkan bagian celana belakangnya. Kemudian kembali menoleh menatap Hange, "Aku punya penawaran. Bagaimana kalau kamu ikut dengan ku?"

Tbc.

Makassar, 05 Juli 2022

[Hi, jadi, aku mau bertanya. Aku suka nulis shortfiction di memo hp, pairnya LeviHan tentu saja. Walau sesekali aku juga nulis EreMika atau Sugawara x OC. Kalau waktu luang aku suka banget ngetik cerita random.

Kalau aku publish di Wattpad jadi cerita Oneshot, ada yang mau baca? Kalau ada, aku publish, deh ... Hehe. Nanti InsyaaAllah, aku updatenya tiap hari. Ceritanya udah numpuk di memo dan cuma jadi bahan bacaan aku doang kalau lagi suntuk mikirin ide cerita.

Terima kasih atas votenya, ya. Sampai bertemu di chapter berikutnya!]

-Nuii Matsuno.

KAKURENBO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang