Terima kasih

315 51 19
                                        

Dispensasi (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated K+

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC (sebisa mungkin untuk dibuat IC), melokal ala anak SMA Indonesia, setitik nuansa islami, dsb.

Untuk #NHFD13/2022

• Melokalkan NaruHina, Beautiful Memories •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin.

2. Terima kasih

•••

Naruto mengira, perjalanan dispensasinya sudah berakhir di Bandung kemarin—tetapi Hinata seakan-akan selalu mengajaknya mencari kesenangan dunia dalam seni tertinggi bolos dari mata pelajaran yang tak terlalu disukai. Sang gadis Hyuuga lah yang selalu menjadi orang pertama dalam merekomendasikan nama Naruto agar diberi keringanan untuk tak mengikuti pelajaran-pelajaran nan ingin sang pemuda hindari. Dari segala pemeran pendidikan dan seluruh konferensi. Terkadang pula agak tidak berkenaan dengan jurusan SMA si Uzumaki. Namun, entah—Naruto selalu saja mengikuti.

Merasakan seluruh rasa katering nasi kotak, terkadang sang Uzumaki dan Hyuuga itu membandingkan rasa mana yang terenak. Interaksi mereka rata-rata dipengaruhi oleh pemikiran mereka yang acak.

Seperti saat ini, sang pemuda hanya dapat termenung, tersesat di ruangan laboratorium kimia sekolahnya tanpa tahu apa yang harus dilakukannya. Hanya demi menghindari matematika. Sedikit tak peduli bahwa ujian akhir semester yang menentukan kenaikan kelas sudah berada di depan mana. Pun tak begitu paham akan yang saat ini dilakukan oleh Hinata. "Hinata, terima kasih atas tawaran dispensasinya. Tapi, ini kita sedang apa?"

Hinata kini tengah berfokus pada alat-alat di laboratorium kimia—yang entah Naruto tak tahu namanya. Namun, gadis itu tak menjawab pertanyaan sang Uzumaki—dan malah memperlihatkan api dari sesuatu yang dikerjakannya!

"Aku berhasil! Naruto, maaf, tapi tolong cepat videokan dan foto proses pengeluaran apinya!" Dengan segera Naruto hanya dapat menurut, mengeluarkan ponselnya untuk merekam segala yang terjadi di laboratorium kimia sesuai dengan perintah Hinata.

Gadis itu tampak menulis sesuatu di atas kertas, sangat-sangat serius—bahkan Naruto tak pernah melihat wajah itu saat Hinata belajar mempersiapkan olimpiade kimia. Tentunya, menjadi salah satu kenangan yang berharga bagi sang pemuda. "Sebenarnya kau sedang apa?"

Hinata menyelesaikan tulisannya, hanya coretan tak terlalu terbaca. Namun wajah gadis itu tampak berseri dan bercahaya. "Aku ikut lomba penelitian—OPSI. Jatuhnya mirip-mirip olimpiade juga, sih."

"Wah? Kau ini ambis sekali, Hin. Terus ini sedang meneliti apa? Di sini aku kerjanya sebagai apa, nih?" Naruto menatap kagum gadis itu. Mereka yang terpisahkan oleh dua meja—tetapi dari sini pun, pemuda itu masih dapat menangkap seluruh aktivitas Hinata.

"Pengembangan bahan bakar dari plastik yang tak mudah terurai." Hinata menjelaskan. "Oh, ya, maaf sekali Naruto. Aku tiba-tiba panggil begini. Namun, bisa bantu aku menjadi sesi dokumentasi untukku? Nanti di bagian ucapan terima kasih aku mencantumkan namamu, deh!"

Jelas, Naruto tak dapat menolak. Selama seminggu lebih mengambil dispensasi hanya untuk menemani Hinata di laboratorium kimia. Walaupun terkadang pemuda itu tak mengerti hal-hal yang tengah dibicarakan oleh Hinata, tetapi dengan bayaran dua kali—Naruto merasa cukup.

DispensasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang