1 (R)

270 26 0
                                    

Mata itu perlahan terbuka. Sakit, hanya itu yang dirinya rasakan. Menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, kini fokusnya teralihkan dengan bau obat-obatan yang perlahan memasuki indera penciumannya, kamar bernuansa putih itu terlihat sepi hingga detak jantungnya pun bisa didengarnya sendiri. Rumah sakit tenyata, pikirnya. Hingga akhirnya pintu disampingnya terbuka menampilkan sesosok wanita paruh baya yang melihatnya dengan tersenyum?

Melangkahkan kakinya menghampiri dirinya yang masih terbaring diatas brankar rumah sakit itu, lalu duduk disampingnya.

"Bagaimana keadaan kamu? Apa ada yang sakit?" Seorang wanita paruh baya itu bertanya sambil tersenyum.

"Maaf, anda siapa?" jawabnya bingung sambil memperhatikan wanita paruh baya itu.

"Ihh, kamu jangan bercanda dong sama mama." sahutnya dengan tawa yang sedikit khawatir?

"Maaf tapi saya benar-benar tidak tahu anda siapa."

"Gak mungkin, kan?" Lirih wanita paruh baya itu sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Sebentar ya mama panggilkan dokter dulu." Wanita paruh baya itu bangkit lalu dengan cepat keluar ruangan dengan wajah yang panik.

"Tadi dia bilang mama? Sejak kapan dia jadi mamaku?" Ujarnya dalam hati.

Setelah menunggu beberapa saat, masuk seorang pria paruh baya yang memakai jas kedokteran. Dibelakangnya diikuti oleh seorang suster serta seseorang yang mengaku sebagai mama nya tersebut.

Setelah beberapa menit memeriksa, dokter itu menghela nafas panjang. Antara takut dan juga tidak tega?

"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" tanya wanita itu.

"Tunggu? Anak? Siapa?" Batinnya bingung.

"Begini nyonya, benturan keras yang terjadi dikepala anak anda menyebabkan beberapa memori di otaknya rusak sehingga dia mengalami amnesia. Saya sarankan kepada anda untuk mencoba mengingat kan memorinya yang hilang dengan perlahan, tetapi jika kepalanya merasa sakit harap dihentikan takutnya itu malah semakin mempengaruhi kesehatannya. Selain itu saya akan memberikan resep obat yang akan membantu nya memulihkan ingatan serta tulang punggung nya yang retak." jelas sang dokter.

"Baik dok, terima kasih." jawabnya sambil menatap sendu anaknya.

"Kalau begitu saya permisi nyonya." pamit sang dokter lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan yang diikuti oleh suster.

"Althair. Nama kamu Althair Dewa Langit. Ini mama kamu nak, Safira Berina Langit serta papa kamu, Mahendra Seanno Langit. Kamu anak tunggal kami, beberapa hari yang lalu kamu jatuh dari rooftoop dan tidak sengaja kepalamu menghantam sebuah batu yang lumayan besar." ujar wanita itu dengan tersenyum.

Sedangkan yang diajak berbicara hanya diam dengan wajah bingungnya. Bagaimana bisa namanya berubah dan bagaimana bisa wanita yang dihadapannya ini adalah mamanya? Dan yang paling parah adalah dia itu kecelakaan. Mobilnya menghantam sebuah pembatas jalan bukan nya jatuh dari rooftoop. Gila! Ini benar-benar gila.

"Sudah, tidak usah dipikirkan lagi. Mama bersyukur karena kamu udah sadar, masalah ingatanmu itu tak apa-apa asal kamu sehat."

"Yes, mam." setelah terdiam beberapa saat akhirnya dia menerima jika memang jiwanya masuk ketubuh pria yang bernama Althair.

"Nah, sekarang kamu makan dulu ya. Kamu harus isi tenaga supaya cepat sembuh. Nanti kita buat kejutan buat papa kamu yang sok sibuk itu kalo kamu udah sadar hihi"

Menatap aneh pada wanita yang katanya adalah papanya itu akhirnya dia mengangguk dengan pasrah. Aneh, batinnya melihat wanita itu tertawa cekikikan. Ah, dia rindu pada ibunya. Apa ibunya akan sedih jika tau dia kecelakaan yang mengakibatkan dia mati, mungkin?

TRANSMIGRASION in DREAMS (Slow Update And Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang