3 (R)

225 22 2
                                    

Pagi ini Althair telah siap dengan seragam sekolahnya. Satu kata yang terlintas di benaknya, membosankan. Hey! Althair sudah menjadi seorang CEO disaat umurnya yang masih muda, 27 tahun. Tapi lihat sekarang, ia kini kembali menjadi anak SMA? Sungguh membosankan jika dihadapkan dengan buku-buku pelajaran serta ocehan guru yang membuat telinganya menjadi panas. Sudahlah, setidaknya Althair sudah diberi kesempatan untuk hidup untuk kedua kalinya mungkin?

Althair siap dengan seragam sekolah yang tidak dimasukkan ke dalam celana, dua kancing teratas terbuka yang menampilkan kaos hitamnya, dasi yang hanya digantungkan dileher, serta tas yang disampirkan di bahu kanannya, kini Althair turun menggunakan tangga. Sesampainya di meja makan rumah, Althair sudah disambut oleh adegan mesra orangtuanya yang sedang tertawa sambil berpelukan. Sial sekali ia, orangtuanya itu selalu menebar kemesraan dimanapun dan kapanpun.

"Ekhem." Deheman keras dari Althair membuat pelukan itu terlepas.

"Sayang, kamu mau sekolah?" Mamanya itu bertanya sambil menatapnya meneliti.

"Ihh sayang kamu gak boleh manggil dia sayang, yang boleh kamu panggil sayang itu hanya aku!" Sahut pria paruh baya itu dengan nada yang sok manja.

"Menggelikan." Gumamnya lirih yang sialnya didengar oleh pria paruh baya itu.

Pria paruh baya itu mendelik sinis, "Apa? Kamu iri kan pasti sama papa, kamu kan jomblo dari lahir."

Sialan, pria tua ini selain bucin juga menyebalkan. Sialnya ucapannya itu benar, batinnya.

Althair memutar bola matanya malas, "Iri? Nothing."

"Sudah, kalian ini selalu aja bertengkar. Pusing tau gak dengerinnya."

"Dia dulu yang mulai sayang."

"Mana ada!"

"Stop! Al, kamu beneran mau sekolah?"

"Yes mam, why?"

"Kamu gak salah style kan, biasanya seragam kamu selalu rapi tampilan kamu selalu goodboy malah hampir kayak cupu. Kenapa sekarang malah kek badboy?"

Sial ternyata ia dulu cupu? Pantas saja ia tak berani mendekati gadis itu. Pikirnya.

"Bosan ma." Hanya itu yang terucap oleh mulutnya.

"Yasudah kamu sarapan dulu ya, mama enggak mau kamu sakit. Setelah itu kamu diantar oleh supir seperti biasa."

"Aku bawa mobil sendiri aja."

"Gak boleh, kamu baru aja sakit. Gak biasanya juga kamu bawa mobil sendiri?"

"Aku mau mulai hidup baru ma, aku gak mau hidup dengan bayangan masa lalu yang enggak aku ingat."

"Ya sudah, apapun yang penting kamu senang. Iyakan pa?"

"Sure, honey."

Setelah berdebat dengan sang mama, kini Althair tengah perjalanan menuju sekolahnya. Tak sulit untuk mencari letak sekolahnya karena dimobilnya tertera map digital, maklum mobil mewah. 15 menit berkendara dengan kecepatan sedang kini Althair masuk ke area parkir sekolah, banyak tatapan mata yang mengarah kepadanya. Tak apa Althair sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Dengan gerakan slow motion bak di film, ia membuka pintu mobil. Berdiri disamping mobilnya dengan raut wajah datar dan dingin khas dirinya dulu, persetan dengan sifat pemilik tubuh yang dulu karena sekarang tubuh ini miliknya.

"Woh, Althair!" Seru seorang laki-laki, otomatis dirinya menolehkan pandangannya pada laki-laki dengan pakaian yang terlihat rapi tersebut.

Althair melangkahkan kakinya menuju laki-laki itu, kini dia berhadapan dengan mereka bertiga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRANSMIGRASION in DREAMS (Slow Update And Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang