2.

8 3 0
                                    

'
'
'
'

'
'
'






'
'
'

***

Violet CarsonRose[Cinta, kasih sayang, rendah hati, dan ketulusan]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Violet Carson
Rose
[Cinta, kasih sayang, rendah hati, dan ketulusan]

--by Pinterest

'
'
'


"Heh, jangan berjalan seperti itu! Kau bisa mengotori dindingnya, bodoh!"

Tersentak hebat. Violet kemudian berusaha untuk menghindari dinding dan berjalan tegak seperti orang normal lainnya. Dia tidak tahu siapa yang berteriak seperti itu namun yang pasti semua pelayan disini membencinya. Tidak ada minat untuk menoleh kearah suara tadi, dia justru terus berjalan sebagaimana amanah pimpinan Katrin kepadanya. Dia harus menyelesaikan pekerjaan menyapu teras paling depan dengan cepat. Jika tidak, dia akan habis oleh beberapa orang nanti malam.

"Tidak sopan, sudah diberitahu, dia malah berjalan tanpa terima kasih. Anak pembunuh memang bebal sekali!"

Aku tidak peduli... Aku tidak peduli... Aku tidak peduli... Aku tidak peduli...

Omong-omong, suara orang tadi sudah lenyap. Kakinya juga mulai menapaki sebuah ruangan yang penuh dengan alat pembersih. Dia telah sampai ditempat cuci jemur dan gudang. Tidak ada orang didalamnya, tempat ini hanya akan terisi jika pagi dan siang. Selebihnya, tidak ada yang mau berlama ditempat tersebut kecuali seorang kakek yang tengah duduk dikursi reot dengan kepulan rokoknya.

"Sial, kenapa harus ada dia?" Bisiknya.

Tetap beralih kepada tujuan utamanya walau harus berjalan pincang, dia berusaha untuk tidak menghasilkan suara berlebihan. Ia takut jika kakek-kakek sialan itu mengetahui kehadirannya. Jika saja tua bangka itu mengetahuinya, naas sudah nasibnya karena kakek itu mengincar dia.

Violet menahan rasa sakit disekujur tubuhnya sembari terus melangkah. Sekaligus, beberapa kali meremas perutnya agar tak terasa lara terus. Lalu, langkah terseoknya hampir sampai dilemari dimana sapu dan alat pembersih lantai lainnya digantung.

Tuhan tolong, rasa laparku ditahan. Aku mohon, aku tidak mau kena lagi. Cukup sek-

"Datang tak diundang, pulang pun tak akan aku lepaskan." Violet melotot hebat, dengan refleksitasnya, tubuhnya meronta agar lepas dari lingkaran lengan diperutnya. Walau harus dengan rasa sakit disekujur tubuhnya, dia meronta terus-menerus tanpa suara. Kakek sialan ini sangat terobsesi dengan Violet. Apapun akan ia lakukan agar bisa mendapatkan tubuh Violet sepenuhnya. Cukup satu kali gadis itu merasakan diremasnya bagian dada oleh tua bangka tersebut. Itu menjijikan, Violet benci perlakuan rendahan seperti itu.

"Hen-hentikan!" Sentakannya itu diikuti dorongan yang cukup lemah karena sisa tenaganya menipis. Hal tersebut membuat si tua bangka menerbitkan senyuman sensualnya. Begitu pula dengan bibirnya yang dijilat oleh lidah dia sendiri.

Another Dimension : Second Life - KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang