Tension

419 47 12
                                    

Berakhir Taehyung memantapkan hati untuk pergi dengan Jimin. Keduanya kemudian melangkah ke pintu, Taehyung kini sudah ada di luar apartemen Jungkook, dan Jungkook separuh badannya keluar. Tidak sepenuhnya, karena dia tengah bersandar pada kusen pintu.

"Kau akan pergi kemana Taehyungie?"

Taehyung menatap Jungkook. Entah perasannya saja atau memang selalu ada sesi berpamitan sebelum keduanya berpisah. Setiap dia akan berpisah dengan Jungkook, keduanya menyempatkan waktu untuk berbicara sebentar alih-alih langsung berpisah. Dan itu menyenangkan untuk Taehyung, dan mungkin untuk Jungkook juga.

"Ke club sebentar" matanya tidak lepas dari Jungkook yang nampak terlalu cantik malam ini.

"Dasar playboy, pasti kalian akan menggoda cewek-cewek disana"

Taehyung sedikit tertawa, dia tidak punya intensi itu sama sekali. Tapi kalau para cewek-cewek disana yang justru tergoda, bahkan ketika dia hanya diam saja. Tentu itu bukan salahnya kan.

"Hei...haha...tidak Hyung, aku hanya menemani Jimin"

"Aku jelas jelas melihat kissmark di lehermu dua hari yang lalu, bagaimana bisa masih menyangkal?"

Baru saja Taehyung akan menjawab, dengan jelas ia mendengar Jimin sedikit berteriak dari ujung lorong. Mengatainya brengsek karena membiarkannya menunggu selama 30 menit di lobby lantai dasar.

Secara reflek Taehyung melingkarkan tangannya di pinggang Jungkook dan mendorongnya pelan masuk ke apartmen, tidak ingin Park Jimin melihatnya.

"Tunggu dibawah sebentar lagi" Taehyung balas berteriak pada Jimin.

Dia hanya berharap tetangganya tidak ada yang memarahinya karena berteriak, lagipula dia tidak yakin semua kamar disini terdapat penghuninya.

"Apa yang kau lakukan?" kali ini Jimin berjalan lebih dekat.

"Sudah kubilang aku ada urusan sebentar"

Jimin kemudian menghentikan langkah, memicing padanya penuh arti. Apa yang dilakukan sahabat tengilnya itu malam-malam begini di depan unit apartemen tetangganya. Makhluk seperti Taehyung tentu saja tidak akan menghabiskan waktu dengan basa-basi saja. Ia tersenyum miring, sepertinya tidak perlu menunggu dua bulan, motor yang menjadi taruhannya dengan Taehyung sepertinya akan cepat sampai.

"Baiklah...baiklah, selesaikan urusanmu. Aku akan menunggu dengan tenang tidak berbicara apapun dan tidak akan mengeluh okee...baik -baik...aku akan menunggu di mobil...aku akan.."

Jimin terus meracau sambil berjalan mundur, senyum jahil tidak luntur dari bibirnya. Seakan mengerti dengan situasi yang terjadi, Kim Taehyung jelas memiliki "sesuatu" dengan tetangga apartemennya. Dasar makhluk denial.

Setelah memastikan Jimin pergi, Taehyung menatap Jungkook yang kini membiarkan badannya bersandar pada lengan Taehyung. Mata bulatnya yang begitu cantik menatapnya dengan senyuman jahil yang juga terpatri.

"Kenapa tidak membiarkan Jimin kesini?"

"Hmmm tidak, dia pasti akan menggodamu, jangan dekat dengannya. Dia nakal" Taehyung tidak serius mengatakannya, dia bahkan menggunakan nada jahil. Hanya saja dia tidak suka kalau Jimin melihat Jungkook, apalagi dengan keadannya yang sekarang - memakai dress.

dan Jungkook sukses tertawa. Apa pemuda di depannya cemburu? Tidak. Terlalu cepat kalau Jungkook menyimpulkan itu.

"Apa bedanya denganmu?"

"Heii...aku good boy Hyung, hanya untukmu"

Senyumnya bahkan terlihat polos sekali, padahal tangannya di pinggang Jungkook daritadi tidak berhenti mengusap. Taehyung rasanya bisa dibuat gila hanya karena merasakan kulit halus itu. Jungkook tidak melakukan apapun tapi rasanya tensi antara keduanya terus naik.

PulchritudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang