Mereka membentakku.
Ohh tuhan, mungkin ini kesalahanku, aku terlalu cerewet malam ini, sehingga mereka terganggu olehku.
Tapi, aku hanya ingin bercanda dengan adik kecilku.
Aku ingin ia tertawa. Maksudku dia baru beberapa bulan dan orang lain sibuk dengan urusan masing-masing.
Namun, sekali lagi mereka membentakku.
Aku diam. Memaksakan sebuah senyuman kearah adik kecilku itu.
Terlalu banyak orang yang membentakku hari ini.
Aku menghela napasku lagi. Kau tak apa Rein, kataku pada diriku sendiri.
Raut wajah adik kecilku bingung. Sepertinya ia merasakan perubahan moodku.
Selama ini aku berusaha menjaga perasaan orang lain?
Tapi siapa yang menjaga perasaanku?
Tak adakah?
Tahukah kalian? Perasaanku selembut bulu domba, berwarna putih, namun terkadang gelap karena terkena debu.
Masih tegakah kalian menyakitinya?
Dan jawabannya ya.
Kalian tidak perlu mempermasalahkan perasaanku lagi.
Karena mungkin aku akan melupakannya.
Dan kalian akan menyakitinya lagi.
Menyakiti perasaanku yang selembut bulu domba.
21 April 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Camerein
Short StoryBenda itu. Aku memang tak mempunyainya. Tapi, tunggu! Aku mempunyainya, di dalam tubuhku. Apa yang ada di dalam sana? Kalau kau mau, kau bisa mencari tahu. . . . Copyright© 2015 by calcoprhone All right reserved . . Credit cover: @expellianmus