3. Semuanya Rapuh.

882 82 6
                                    

Halo semuanya. Terimakasih atas antusias kalian untuk menunggu Kak Gaga kembali update lagi. Maaf kalo feel nya kurang, udah lama ga nulis :/ btw, jangan lupa vote & komen untuk update lagi di chapter selanjutnya 👀

Selamat membaca kisah Kak Gaga!

—💫

Atma itu kian merapuh tatkala menangkap buananya tengah terisak. Racauan keluh memenuhi pendengarannya. Usapan halus itu ia ulurkan untuk menenangkan sang lawan. Tangan yang sedari tadi berusaha memberikan ketenangan, kini di tepis keras. "Pergi. Berhenti kasihanin gue." Dengan suara serak, lelaki itu bertutur lirih.

Yang lebih tua menggeleng, lalu menarik kedua sudut bibirnya. "Cerita dulu, Je." Ia berkata dengan suara yang terdengar benar-benar lembut.

Sebenarnya Gaga tadi sempat mendengar racauan adiknya, meskipun hanya samar-samar. Dan ia lumayan peka terhadap permasalahan apa yang sedang Jeje alami hingga membuat si jagoan sekolah ini mengurung diri seharian di kamar.

"Orang lagi nangis malah disuruh cerita, bego lo tai." Gerutunya.

Gaga terkekeh mendengar penuturan sang adik. "Maafin Kakak ya, A." Tangan kekarnya mengusak surai Jeje hingga cukup berantakan.

"Bacot."

Segalak apapun yang namanya Jeje. Di mata Gaga, lelaki itu tetap seperti Adik kecilnya yang menggemaskan. Apalagi dengan keadaan sekarang, mata sayu, juga hidung yang memerah akibat terlalu banyak menangis, membuat wajah adiknya benar benar berantakan hampir mirip seperti anak kecil.

Sedari tadi atensinya tak ia alihkan sedikitpun dari Jeje. Sedih, tatkala menangkap sosok sang adik yang sebenarnya begitu rapuh. Tapi, diluar terlihat seperti brandalan yang di cap brengsek oleh semua orang.

"Pergi, Bego. Malah diem sambil liatin gue, kaya orang bloon tahu gak." Seketika bocah itu membuyarkan lamunan sang Kakak.

Gaga sedikit tersentak, namun tetap melemparkan senyum setelahnya. "Maaf ya, Je. Maaf karena kebahagiaan gak pernah berpihak sama kamu. Kakak jelas tahu, sesakit dan sesulit apa ada di posisi kamu. Gak semua orang bisa bertahan di kondisi kaya gini, tapi Jevan hebat karena masih bertahan di titik ini." Gaga mengusap punggung adiknya halus, kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga sang adik. Bisikan kecil ia lontarkan, "Bertahan ya, sabar dulu. Meskipun cacian bertubi-tubi menghantam kamu, kakak mohon terus kuat untuk saat ini. Kebahagiaan bakal secepatnya berpihak sama Jeje, Kakak janji bakal bantu kamu buat bahagia." Mendengar semua penuturan itu, Jeje hanya terdiam dengan pandangan kosong. Tak tahu harus melontarkan keluhan apalagi. Ia pun tak sanggup menatap sang lawan bicara.

Setelah membisikkan sedikit kata kata penenang, Gaga bangkit lalu menegakkan tubuhnya. Tanpa berpamitan pada sang adik, ia berlalu meninggalkan ruangan hangat itu.

Remaja laki-laki berparas tampan mengayunkan kakinya dengan cukup cepat. Menuruni satu persatu anak tangga, dengan kepala yang menunduk, sembari sesekali mengusap wajahnya kasar.

Gelagat sang kakak yang terbilang aneh, tak sengaja tertangkap oleh pandangan si bungsu yang sedang berada di meja makan dengan beberapa camilan. Spontan mulutnya memanggil-manggil nama sang kakak. Namun tak ada jawaban sama sekali, Gaga terus melangkah hingga melewati pintu utama.

Jojo yang merasa tak ditanggapi, mengedarkan pandangannya hingga keluar jendela. Terlihat sang kakak berlari menuju kearah garasi, dan mengeluarkan mobil hitamnya. Setelah itu, Gaga dan mobilnya lesap dalam pandangan. Jojo bergelut dengan keheningan, serta pikirannya bekerja memikirkan apa yang terjadi pada sang Kakak.

Sebanyak apapun tangisan kamu, saya tidak akan pernah menganggapmu lemah. Nangis, Nak .... Sesekali gak papa buat gak baik-baik aja. Semangat. Perjalanan masih panjang.

Tangguh; On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang