Sempat menjadi lentara pertama dalam monotonnya kehidupan. Sebelum akhirnya terlempar kenyataan karena sinarnya yang tak lagi terang.
"Darimana aja, Kak? Mama telepon dari tadi kok gak dijawab," ucap lembut wanita disebrang sana.
Gaga mendudukkan tubuhnya pada kursi diruang makan. Tangan kirinya mengusap wajah lelah.
"Baru selesai beresin rumah, Ma. Daritadi gak pegang hp. Maaf, ya."
"Gak nyuruh adik-adik mu buat beresin, 'kan?"
"Nggak, Kakak kerjain sendiri kok."
"Pintar!"
"Tumben telfon, kenapa? Mama belum tidur?"
"Belum. Tadi Mama transfer uang ke rekening Kakak, apa udah masuk?"
"Oh, udah kok, Ma. Makasih, ya."
"Iya. Aa sama Adek udah tidur belum, Kak?"
"Belum kayaknya, disini baru jam sepuluh."
"Coba kasih handphonenya, Mama mau ngobrol."
"Iya sebentar."
Gaga melangkahkan tungkainya menaiki tangga, berjalan kearah kamar sang Adik. Diketuknya pintu bercat putih itu. Tak berselang lama, pintu itu terbuka dan menampakkan Jojo dengan balutan piama hitam.
"Mama telfon." Lelaki jangkung itu menyodorkan handphone miliknya kearah sang Adik.
Raut terkejut juga bahagia tercetak jelas diwajah Jojo, anak itu dengan cepat membawa ponsel sang Kakak mendekat kearah Jeje.
Gaga tersenyum, ia masuk kedalam kamar Adiknya, menempatkan tubuh pada kursi belajar milik sang Adik. Lelaki itu berniat menunggu hingga selesai perbincangan antara sang Mama dan Adik-adiknya, tanpa niat bergabung.
Terdengar jelas suara Mama dari seberang sana,
menanyakan bagaimana kabar? sudah makan atau belum? Bagaimana sikap Gaga pada mereka? Dan banyak lagi.Lagi-lagi, kedua sudut bibir itu kembali terangkat. Setiap sang Mama menelfon memang seperti itu, mereka seperti melepas rindu, membicarakan hal-hal yang dilalui setiapa harinya.
Hanya mereka, tanpa dirinya. Entah kenapa ia merasa asing, sang Mama tak pernah melibatkan dirinya dalam perbincangan. Menanyakan kabarnya saja bahkan tak pernah.
Rasa iri dengan jelas pasti tercipta. Hanya saja, Gaga tahu posisi. Bagaimanapun adik-adiknya lebih berhak mendapatkan perhatian lebih dari sang Mama.
"Kak, ini udah." Jojo menyodorkan handphone milik sang Kakak.
Gaga mengerjap, tersadar dari lamunannya. "Tidur gih, udah malem." Ia mengusap lembut rambut hitam adiknya.
"Nanti ah, lagian besok libur."
"Besok kita belanja bulanan, barangkali ada yang mau kamu beli. Ikut, 'kan?"
"Serius? Ikut ikut!"
Gaga terkekeh, mencubit gemas pipi Jojo. "Makanya tidur sana!" Lelaki jangkung itu berdiri, hendak berjalan keluar menuju pintu.
"Aa juga tidur, udah malem," imbuhnya.
Jeje mendelik, dan bergumam sebagai jawaban.
Gaga berjalan keluar dan menuju kamarnya. Direbahkannya tubuh lelah itu, berharap penatnya akan sedikit menghilang.
Lelaki itu kembali menegakkan tubuh, kemudian mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
Ma, jaga kesehatan
||22.56
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangguh; On Going
De TodoIni tentang si tangguh yang tak pernah terlihat rapuh. Bahunya kuat, selalu siap untuk dijadikan sandaran bagi kedua adiknya. Ia yang berusaha menggantikan sosok ibu sekaligus Ayah dalam satu diri. Tugasnya menyalurkan bahagia, tanpa peduli bahwa di...