"Ka... Zuha." Ucapnya sambil menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Kedua telinga itu berdiri setiap kali ia mengucapkan namanya sendiri. "Kazuha. Tomo bilang namaku Kazuha." Ucapnya dengan nada riang.
"Kazuha, aku pergi dulu ya." Ucap Tomo yang sudah siap dengan jas kerjanya sudah ia pakai. Dasi sudah tersimpul rapi, dengan sepatu sudah tersemir bersih. Segeda mencari keberadaan Hibrid manisnya berada.
Kazuha segera berlari ke arah sumber suara. Lalu tersenyum simpul. Baru hendak menjawab "Iy-" Kazuha langsung terdiam ketika dengan sengaja Tomo memberikan ciuman mendadak di pipi kanannya. Hanya beberapa detik, dan di tutup dengan kekehan jahil Tomo. Sebelum pria dewasa itu benar-benar pergi,
"Sampai jumpa nanti malam, Kazuha."
Setelah sosok itu pergi, tangan Kazuha terangkat. Memegang bekas kecupan Tomo di pipinya yang masih terasa. "Itu tadi apa?" Gumamnya masih bingung.
_
Hibrid mungil itu memasang masker, dan memegang sapu di tangannya. Ruang bersantai, ruang makan, dapur dan ruang tidur yang mereka tempati kini sudah selesai ia bersihkan dengan mudah. Terlebih dia bukan hibrid sembarangan, dia menggunakan kemampuan mengendalikan anginnya untuk membersihkan lebih cepat dari manusia pada umumnya. Tanpa meninggalkan satu debu pun.
"Semua sudah beres."
Setelah membersihkan rumah, Kazuha memilih untuk menonton televisi. Manik rubynya menatap tajam pada remot televisi, mengingat apa saja yang Tomo katakan kemarin. (Ya, selama hari minggu Tomo mengajarinya banyak hal. Dari menggunakan penanak nasi, menghangatkan makanan malam mereka yang sudah dingin menggunakan oven, menggunakan internet di komputer, hingga menyalakan televisi. Meski tidak begitu paham namun secara garis besar, Kazuha sudah mampu memahami itu semua.)
Akhirnya layar televisi menampilkan drama dari salah satu channel televisi ternama di Teyvat. Meski terlihat tidak tertarik, Kazuha tetap fokus dengan pemain utama di film tersebut ketika hendak menyatakan cinta melalui sebuah puisi.
"Jadi, kata kata indah itu adalah puisi?" Gumam Kazuha takjub. Matanya berbinar binar ketika pemain pria itu kembali membaca sajak puisi yang ia tulis untuk sang gadis. Lalu di tutup oleh adegan ciuman yang manis, yang tentu saja tidak berlangsung lama.
Pipi kazuha langsung bersemu merah ketika adegan itu berlangsung. Entah kenapa dia malah malu, dan segera membuang muka ke samping. Ingatan tentang Tomo mencium pipinya tadi kembali terputar di benaknya.
"Aku bertanya apa kita sepasang kekasih sekarang?"
"Ya, tentu saja. Tidakkah kau sadar jika ciuman itu mengungkapkan seluruh perasaanku padamu?"
Telinga kucing Kazuha langsung berdiri bergetar mendengarkan dialog dari para pemain Film. Wajahnya sudah merona parah mendengar itu semua. Entah kenapa sekarang isi kepalanya penuh dengan wajah Tomo.
"...kau benar-benar membuatku tidak berkutik. Aku mencintaimu, bambang."
"Aku juga mencintaimu, maemunah."
Ketika Kazuha mengintip ke layar televisi, drama itu sudah habis dan menampilkan cast dari pemain drama aneh yang belum lama dia tonton.
"Apa maksud dari mencintaimu?" Gumam Kazuha berpikir keras. Kucing itu menghela nafas setelah menyerah dalam kebingungannya.
_
Tomo menarik diri dari Childe yang sedang bergelayut manja di pundaknya. "Pergi dariku, Childe. Sebelum aku menendang bokongmu."
"Ayo, kawani aku ke arcade."
"Pergi saja sendiri. Seperti om om kurang belaian saja." Desis Tomo kesal. Dia sudah selesai merapikan barang barangnya, komputer yang biasa dia gunakan juga sudah dia matikan. Siap untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
cheese [TmKz]
Fanfiction"Kalau kesepian enaknya pacaran, atau ngewibu? Tapi kalau ngewibu punya waifu gepeng." Childe masih tertawa. Dengan tertawa yang sama seperti sebelumnya. Tawa meledek Tomo. "Tau tidak tentang hibrid?" "Tau." Jawab Tomo pendek. "Beli itu saja." - B...