PROLOG

26 2 0
                                    

"Ma, gue mau ngomong sesuatu." Kata Pandu pada Maitsa saat gadis itu sedang menulis materi pelajaran di catatannya.

"Apa?" Tanya Maitsa tetap fokus pada kegiatannya.

"Gue mau nembak cewek." Jawab Pandu dengan nada sedikit riang. Tanpa Maitsa lihatpun, bisa dipastikan lelaki itu sedang bahagia sekarang.

Maitsa seketika menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah Pandu yang duduk di kursi Kayana. Nembak?

"Nembak?" Tanya Maitsa spontan dan raut wajahnya terlihat berbeda dari sebelumnya. Namun Pandu terlalu tidak peduli hingga tak menyadari perubahan itu.

"Iya, kayanya ini waktu yang pas buat nyatain perasaan gue ke Kanaya."

Maitsa terdiam dan perasaannya begitu mencelus mendengar kalimat Pandu barusan. Perasaannya tak karuan dan terasa acak-acakan. Jantungnya bekerja lebih cepat sekarang.

Maitsa bergumam lama sembari meremas tangan kanannya dengan kuat.

"Maitsa, ayo. Kamu bisa kendaliin perasaan kamu!" Teriak Maitsa pada dirinya sendiri dalam hati.

Maitsa menarik napas dalam-dalam lalu mencoba menata kembali ekspresi di wajahnya. Gadis itu tersenyum sekarang.

"Bagus deh. Buruan gih, jangan sampai kaya di film-film tuh, kena friendzone." Kata Maitsa setelah bisa mengendalikan dirinya sendiri. Gadis itu sedikit tertawa seolah-olah menyindir padahal sekarang ia tengah berusaha menahan gejolak di dalam dadanya.

Pandu tertawa mendengar kalimat Maitsa barusan. Tentu saja lelaki itu tak akan membiarkan hal semacam friendzone terjadi dalam hubungannya dengan Kanaya.

Melihat tawa Pandu membuat dirinya semakin teriris. Bisa-bisanya lelaki itu tertawa. Apa ia tak tau bagaimana perasaan Maitsa sekarang?

"Iya, tapi masih mikirin caranya gimana. Ada saran gak?" Tanya Pandu dan itu kembali menusuk Maitsa. Pandu, orang yang ia sukai itu meminta saran padanya bagaimana cara menyatakan perasaan pada Kanaya sahabat Maitsa sendiri.

Mata Maitsa mulai terasa panas menghadapi ini sekarang. Dirinya buru-buru mengambil pena dan kembali menulis di catatannya agar lelaki itu tak melihat bahwa dirinya bisa saja menangis sebentar lagi.

Baru saja Pandu ingin bertanya lagi, tiba-tiba datang Kanaya yang menjadi topik pembahasan.

"Saran apa nih?" Tanya Kanaya pada Pandu dan Maitsa. Pandu yang takut akan ketahuan lalu bangkit dari posisinya dan menyuruh Kanaya untuk duduk di kursi miliknya.

"Kepo aja lo bawel." Pandu mengacak rambut Kanaya dan Maitsa bisa melihat itu dengan jelas dari pantulan botol minumnya yang ada di atas  meja. Dirinya menggigit bibirnya menahan perasaannya.

"Apaan sih kak, jadi berantakan ih!" Kata Kanaya menjauhkan tangan Pandu. Pandu tersenyum menampakkan giginya lalu pamit kembali ke kelasnya. Sebelum itu ia berbisik di telinga Maitsa.

"Nanti kita lanjutin ya, Ma. Gue WA, ok?"

Pandu kemudian pergi berjalan keluar kelas bersama beberapa temannya yang juga berkunjung ke kelas itu. Maitsa mengangkat wajahnya dan melihat Pandu dari belakang.

Maitsa merasa kesal sendiri. Dirinya tak pernah sepatah hati ini selama ini.

PAPER RINGS [JUNG JAEHYUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang