"Halo semuanya. Saya Maitsa Adyananda pindahan dari SMA Bina Harapan. Salam kenal." Gadis bernama Maitsa itu tersenyum ke arah teman-teman sekelasnya yang baru. Bu Guru langsung saja mempersilahkan Maitsa duduk di kursi yang kosong.
"Disini." Kata seorang gadis berambut panjang selengan sembari menepuk-nepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya. Maitsa yang tadi sempat melewatinya merasa tertarik dan duduk di sana.
"Kenalin, Kanaya." Kata gadis itu setelah Maitsa duduk di sampingnya sembari menyodorkan tangannya untuk berjabat. Maitsa melihat uluran tangan itu dan tersenyum. Ia menjabat tangan gadis bernama Kanaya itu.
"Salam kenal, Kanaya." Balas Maitsa lalu merekapun memperhatikan Bu Wulan yang mengajar di depan. Sesekali Kanaya melontarkan beberapa pertanyaan pada Maitsa salah satunya apa alasan Maitsa pindah sekolah ke sana.
"Papa aku pindah dinas ke Bandung, makanya aku ikutan pindah juga. Sebenarnya aku bisa sih tinggal sama kakak dan abang aku di Jakarta, tapi kata mama kasihan papa aku dibiarin pergi sendiri." Jawab Maitsa sangat pelan agar tak membuat bising.
"Welcome to Bandung, Ma. Baru kali ini tinggal di Bandung atau gimana?" Tanya Kanaya lagi sembari mencatat materi yang ada di papan tulis. Kanaya memang tipikal gadis yang ekstrovert dan mudah akrab dengan orang lain, makanya Kanaya terlihat sangat ingin tau perihal Maitsa sekarang.
"Hm, gak juga sih. Dulu sempat tinggal di Bandung umur 5 atau 6 tahun gitu, aku lupa. Tapi ga lama sih, sekitar 2 tahunan." Jawab Maitsa juga sembari mencatat materi di catatannya.
"Kalau aku dari kecil tinggal di Bandung. Ya, anak bandung lah, tulen." Celetuk Kanaya dengan nada asik dan itu membuat Maitsa yang rada introvert itu merasa nyaman berbicara dengan Kanaya yang termasuk orang yang baru dikenalnya.
"Berarti paham Bandung dong? Nanti kalau aku mau jalan-jalan, kamu harus nunjukin jalan dan tempat-tempat yang oke." Kata Maitsa.
"Kalau diajak jalan-jalan, seorang Kanaya ga bakal bisa nolak. Kabarin aja, ok? Oh iya, boleh pinjam ponsel kamu ga?" Tanya Kanaya yang sudah selesai menulis kemudian menengadahkan tangannya menunggu ponsel dari Maitsa.
Maitsa menaikkan sebelah alisnya karena dia heran kenapa Kanaya meminjam ponselnya. Kanaya yang melihat raut wajah bingung dari Maitsa itu langsung menjelaskannya dengan singkat.
"Save nomor hp aku."
Maitsa ber-o ria dan langsung mengambil ponselnya dari dalam tas dan memberikannya pada Kanaya. Kanaya menerima dengan senang hati kemudian dengan cepat mengetikkan nomornya dan menyimpannya di sana. Kanaya juga menelpon dirinya lewat ponsel Maitsa agar ia bisa menyimpan nomor Maitsa.
"Oke, udah aku save. Kalau ada perlu apa-apa, langsung kabarin aja." Kata Kanaya memberikan kembali ponsel Maitsa.
Maitsa menganggukkan kepalanya dengan paham. Gadis itu kemudian tersenyum menampakkan deretan giginya.
***
"Tolongin Ibu bisa, Maitsa?" Tanya Bu Wulan pada Maitsa yang dari tadi bersandar pada dinding kelas koridor sembari menunggu Kanaya kembali dari toilet.
Maitsa langsung mendekat ke arah Bu Wulan yang berdiri di pintu ruang guru. "Ya, Bu. Apa yang bisa dibantu, Bu?" Tanya Maitsa.
"Buku tugas anak kelas lupa ibu bawa ke ruang guru. Kamu bisa bawain kesini gak, Sa? Atau kalau kamu ga bisa bawa, minta tolong sama anak lelaki yang ada di kelas bawain kesini." Jawab Bu Wulan. Maitsa menganggukkan kepalanya menyanggupi permintaan Bu Wulan.
"Baik, Bu. Maitsa ke kelas dulu, Bu." Kata Maitsa lalu berbalik meninggalkan Bu Wulan. Sebenarnya Maitsa merasa canggung dengan suasana di sekolahnya berhubung ini hari pertamanya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPER RINGS [JUNG JAEHYUN]
RomanceDia Pandu Dhanurendra. Lelaki pemilik lesung pipi paling manis yang pernah aku lihat. Dia seorang yang hangat dibalik ekspresi wajahnya yang datar. Perlu diingat, dia lelaki asing pertama yang memelukku walaupun tujuannya hanya untuk membantuku. Dan...