SEJAK pagi, Taeyong merasakan perutnya yang melilit dan juga terasa nyeri. Ia ingin memuntahkan isi perutnya, namun tidak ada yang keluar, hanya cairan kental yang terasa pahit. Kepalanya juga terasa pusing, terkadang pandangan nya akan menghitam. Seharian Taeyong tidak memakan apapun, mencium bau daging mentah saja perutnya sudah terasa mual, ia tidak bisa memasak. Taeyong hanya meminum teh hangat untuk mengganjal perutnya.
Taeyong meringkuk di atas kasur, seluruh tubuhnya tertutupi selimut tebal hanya menyisakan kepalanya yang menyembul. Tubuhnya terasa dingin, salahnya yang hanya mengenakan kaos kecil dan juga celana pendek. Taeyong terlalu malas untuk berganti baju, ia baru saja merasa lebih baik, perutnya sudah tidak sakit lagi.
Matanya terpejam, meski begitu ia tidak bisa tidur. Pikiran nya kemana-mana, ia hanya takut dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, berharap jika ini semua tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
Akhir nya, setelah bergelut dengan pikirannya ia memaksakan diri untuk bangun, manapakkan kakinya pada lantai yang terasa dingin. Taeyong berdiri didepan cermin, wajahnya terlihat lebih pucat dari pada tadi pagi. Taeyong menghela nafas, mengabaikan tubuhnya yang terasa lemas. Mengganti celana dan juga memakai coat panjang untuk melindungi tubuhnya dari cuaca dingin, diluar sedang gerimis, terlihat dari kaca jendela yang basah. Taeyong berniat untuk pergi keapotik, membeli beberapa obat yang mungkin bisa mengobati rasa nyeri diperutnya.
Tadi bibi kim sempat mengabarinya, jika mereka akan pulang besok siang, itu membuat Taeyong sedikit lega, ia tidak mungkin tinggal sendirian terus dalam keadaan seperti ini.
Jalanan terlihat sepi, tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, wajar saja jika ini memang sudah hampir tengah malam ditambah lagi sedang turun hujan. Dan sialnya, Taeyong lupa membawa payung. Pasrah ketika tubuhnya sedikit basah, untung saja hujan tidak terlalu deras.
Jarak antara apotik dan apartemennya tidak jauh hanya, hanya berjalan sekitar sepuluh menit, maka ia akan sampai.
"Permisi." Taeyong tersenyum ramah, melihat pria manis penjaga apotik. Taeyong mengenalnya karena apartemen mereka hanya beda satu lantai, tak jarang keduanya akan bertegur sapa jika bertemu.
"Oh, hai Taeyong. Ada yang bisa kubantu?" Tanya pria manis itu, yang bername tag Kim Jungwoo.
"Bisakah aku mendapatkan obat nyeri? Perut ku terasa sakit."
"Kau punya penyakit maag?"
"Aku tidak yakin. Sejak pagi aku merasakan mual, kepala ku juga pusing mungkin karena aku tidak memakan apapun."
Jungwoo mengangguk paham, mengambil obat pereda nyeri dan juga vitamin agar tubuh Taeyong jadi lebih baik.
"Seharusnya, jangan biarkan perutmu kosong." Ucap Jungwoo dan menuliskan aturan minum obat pada kertas kecil.
Setelah selesai, Jungwoo memberikan obat itu pada Taeyong. Tapi, tidak lama Jungwoo juga memberikan sesuatu pada Taeyong yang tentu saja Taeyong tidak meminta benda itu.
"Aku tidak membutuhkan ini." Tolak Taeyong, "aku sedang tidak ha—"
"Maaf Taeyong, jangan tersinggung. Hanya untuk memastikan."
Taeyong hanya mengangguk, tidak ada salahnya mencoba ia juga sudah khawatir sejak kemarin. Taeyong membayar obatnya dan meninggalkan Jungwoo yang masih memandangnya dengan sendu.
Taeyong berjalan cepat sedikit berlari hari sudah semakin larut, ia harus cepat sampai. Walaupun dekat tapi Taeyong tetap takut, bagaimana jika ada penjahat? Ia bukanlah seseorang yang pandai berkelahi, lagi pula dengan keadaan tubuhnya yang seperti ini tidak mungkin ia bisa melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROCKABYE - JAEYONG
Fanfiction| BXB | JAEYONG | MALE PREGNANT | MATURE | GAY | Lee Taeyong adalah seorang single parent, memiliki seorang putra yang sangat ia sayangi. Taeyong tidak tahu siapa ayah dari putranya, yang Taeyong ingat hanyalah, ia terbangun dengan keadaan naked, da...