Prolog

2 0 0
                                    

Assalamualaikum, Hai!
Sebelum mulai baca, ucap bismillah dulu yuk!

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Sudah? Allhamdulilah..

Sebelumnya, panggil aja aku usma. Jangan panggil author ya, dan aku akan panggil kalian "Phile" yang berarti reader's nya usma.

Ingat, cerita ini hanya fiksi. 100% fiksi.
Selama baca, kalau ketemu typo atau kata/kalimat yang perlu di koreksi, aku sangat sangat berterimakasih kalau kamu mau berbagi kesalahan yang ada di dalam cerita ini.

Mungkin memang, cerita ini belum sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Yang Aku harapkan, Aku bisa terus berkembang dan menjadi lebih baik.

Oke, untuk pembuka memang panjang salamnya. Hehe. Jadi, kita akan bertemu lagi di penghujung cerita.

Selamat membaca, semoga menghibur, dan suka dengan dunia baru yang aku buat!

See u.

With Love,♡

•••

Cinta itu datangnya dari Allah, karena Allah, untuk Allah, dan demi Allah.

- Athaillah Hanaan Dhulfikar -

•••

"Bola mata indah yang menghiasi matanya, sering buatku goyah. 'yang ku rasa ini cinta ataukah nafsu setan semata?'. Kemudian hal ini membuat aku takut, jantungku berdebar ribuan kali lebih cepat. Bila dari awal se-menakutkan ini, lebih baik aku tidak memiliki mata untuk menatap keindahannya yang haram untuk ku nikmati."

-Athaillah H.D-

...

Pagi hari setelah selesai menunaikan ibadah subuh, kali ini Atha bersiap untuk menemani sang ayah dan para santri nya  pergi untuk melaksanakan kegiatan di tiap bulan tertentu apabila ada permintaan. Pagi-pagi sekali juga umi nya sudah sibuk mempersiapkan banyak hal. Siapa yang pergi, siapa yang heboh. Atha jadi paham, mengapa wanita di ciptakan begitu istimewa dengan segala kerumitannya.

"Di sana jangan lupa pakai sweater nya ya, nak? Umi dengar katanya bandung itu sangat dingin, apalagi di malam hari," Uca sang ummi sambil membenarkan letak surban yang melingkar di leher Atha.

"Baik, umi. Atha, abi, dan para santri berangkat dulu ya? Umi hati-hati di rumah."

"Harusnya umi yang bilang begitu, nak." setelah mengucapkan itu, umi Khadijah berganti menatap suaminya, Abi Harris.

"Jagain anak aku ya! Kembaliin dengan keadaan bersih, tanpa lecet!"

Abi Harris yang di pesankan hal tersebut pun hanya bisa mengjela nafas berat. "Sudah benar kamu seharusnya di rumah saja, Atha."

Atha menanggapi ucapan abi, dan umi nya itu dengan senyuman lelah, dan sedikit terpaksa.

"Sudah ya, abi dan umi berdebatnya. Takut kesiangan sampai lokasinya," Ujar Atha menengahi keduanya.

"Yaudah, Hati-hati." Atha mengambil tangan umi nya dan kemudian menyalimi tangan yang sudah tidak lagi mulus itu.

"Bawa pulang jodoh ya, Atha? Hehe."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I, Take Your Picture?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang