Nona, Jean Disini

494 54 2
                                    

Tidak jadi untuk mengantar Arian, mereka semua berbalik menuju kerajaan. Dengan pria yang tadi menyelamatkan Yena, diajak oleh ayah Yena untuk ke mansion.

Saat sampai di mansion, ayah Yena langsung menanya-nanyai pria tadi, Arian yang terus merasa bersalah dengan Yena yang di sebelahnya. Mereka semua duduk di sofa panjang.

"Kau dari mana? Bangsawan sebelah? Prajurit? Warga mana?" Ucap ayah Yena bertubi-tubi, membuat pria itu kelabakan. Ayah Yena ini, exited sekali.

"Saya Jean, hanya warga biasa yang sedang berburu dan kebetulan saja sampai masuk kawasan ini"

"Kenapa pemanah ahli sepertimu hanya warga biasa? Aku tidak percaya, lagipula panah yang kau pakai itu terlihat mahal" Sela Yena. Senjata Jean tadi memang terlihat mahal, meskipun Jean lebih dominan menggunakan serangan tanpa senjata, namun pergerakannya benar-benar terlatih, tapi pakaian yang dipakai hanya pakaian warga biasa, tanpa logo kerajaan atau model khas suatu kota ataupun negara.

"Dulu ayah saya adalah jenderal, saya tidak tau jelas dimana kota atau kerajaan yang di abdi nya, karna ayah saya memang sudah meninggal saat saya belum lahir, karna suatu penjajahan. Ayah saya memberi warisan panah ini, karna ayah saya memang pemanah ahli dan ia mendapatkan ini dari pemimpinnya"

"Sekarang saya hanya sebatang kara, menjadi warga biasa yang suka mengeksplorasi alam. Saya tidak tau harus mengabdi kepada siapa, karna saya cukup sadar bakat saya"

Entah apa yang membuat Jean terbuka dengan ini, dari kalimatnya seperti menginginkan untuk menjadi bagian dari kerajaan ini, Yena tentu merasa itu. Entah apa tujuannya.

"Bagaimana jika kau menjadi penyawal anakku, Yena" Tawar ayah Yena gamblang, Jean yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, senyum yang sedikit mencurigakan.

"Aku tidak perlu" Jawab Yena dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau bahkan hampir pingsan tadi, nona" Benar-benar pria ini, mengesalkan sekali.

"Kau bisa mulai besok, kamar mu di lantai yang sama dengan Yena" Putus ayah Yena sepihak, sedangkan Yena hanya bisa mendecak kesal.

"Bagaimanapun, orang-orang itu bisa menyerangmu kapan saja, setidaknya untuk minggu minggu terakhir ini kamu di kawal ketat" Jelas ayah Yena, membuat Yena hanya bisa mengangguk. Toh, Jean hanya menjadi pengawal untuk ini saja, setelah semuanya membaik, Jean mungkin di pindahkan tugasnya. Yena cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri, kali ini kebetulan saja ada musuh yang menyerang tiba-tiba, entah apa motifnya.

Kami semua disuruh untuk masuk ke dalam kamar, Yena tentu saja ke kamar Arian, hanya sekadar menanyai nya saja, mungkin itu memang berkaitan dengannya. Jika itu benar, kasihan sekali dia, mempunyai musuh seorang serigala? Yena mendesis pelan, ia mungkin sangat syok dengan manusia serigala ini. 'Mungkin beberapa hari ini Arian akan tinggal di sini saja, ataupun selamanya, aku tidak masalah.' Pikir Yena

"Arian, apakah tidak apa-apa?" Tanya Yena setelah membuka pintu kamar Arian.

"Kak... Aku baik-baik saja, kakak gimana? " Tanya Arian yang reflek berdiri menghampiri Yena, mengikuti langkah Yena yang duduk di sofa.

"Aku tidak apa-apa, kok" Senyum Yena, membuat Arian memiringkan duduknya menatap Yena intens.

"Kakak masih senyum gini buat aku? Maaf ya kak... Arian tidak bisa bantu kakak tadi" Arian menundukkan kepalanya, jarinya ia lilitkan di bajunya.

Yena menarik tangan Arian kemudian menangkup pipinya, menatap Arian seakan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Kamu harus jaga diri ya... Aku takut mereka ternyata mengincar mu. Apakah kamu punya musuh?" Arian terdiam, matanya melirik ke kanan dan ke atas.

"T, tidak.. Kak, mungkin?" Arian terlihat ragu, Yena hanya menghela nafas pelan.

"Em... Kak, Oliver??" Ucap Arian yang membuat Yena menepuk kening nya pelan.

"Ayo kita ke Oliver, aku takut saja dia depresi" Yena melantur..

Arian menggelengkan kepalanya pelan sebelum berlari kecil mengikuti Yena.

Arian melihat Yena yang lari kecil menuruni tangga, kemudian langsung menghadang pelayan yang kebetulan lewat, Arian bergegas turun dan menyusul Yena.

"Kucing itu sudah kami masukkan tempat nya, nona" Jawab pelayan setelah Yena bertanya.

"Baiklah, terima kasih" Yena pun berjalan pelan menuju Oliver, si kucing lucunya, maksudnya... Kucing lucu keduanya.

Arian terlihat mendahului Yena dan menggendong Oliver gemas, membuat Yena membuang nafasnya kesal.

Lihat, Oliver hanya fokus ke Arian yang sedang mengelus-elus dan menciumi kepala Oliver. Yena terkekeh melihatnya.

"Dua kucing ini, lucu sekali" Ucapan Yena membuat Arian mendongak dengan pipi nya yang memerah.

Yena menyengir gemas dan menarik pipi Arian yang sudah memerah itu, membuatnya semakin memerah.

"Nona" Ah, pria ini..

Reverse Harem: Treasure Boy's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang