1

307 36 1
                                    

"Aku gak mau berantem, April," ucap Glen berjalan keluar dari kamar, memasang jasnya. "Kalau kamu cuma mau curiga tanpa alasan yang jelas dan bikin aku telat lagi hari ini, go to another person. I'm busy, anyway."

April terkekeh sinis. "Yes, that's you are. Kabur dari masalah. Kamu gak pernah mau kasih penjelasan yang jelas dan beresin masalah kita. Kamu selalu kabur with your stupid suit and your ugly tie."

Glen tak menjawab apa-apa lagi. Pria itu hanya memasang kaus kakinya, lalu berjalan ke arah rak sepatu untuk meraih sepatu hitamnya. Setelah rapi, pria itu pun berjalan keluar rumah. "Aku pergi."

April hanya bisa melipat kedua tangannya di depan dada, tak menjawab apapun. Bahkan, makanan di meja makan belum disentuh sama sekali. Mungkin, April akan menjadi orang yang menghabiskan semua sarapan itu lagi, pagi ini.

Mungkin, kini April adalah orang yang paling menyebalkan bagi Glen. Orang menyebalkan yang selalu mempermasalahkan segala sesuatu, tapi menurut April, semua masalah itu takkan ada jika Glen mau memberikan jawaban dan penjelasan. Orang menyebalkan yang merindukan Glen yang dulu. Orang menyebalkan yang sejujurnya adalah orang tersayang bagi Glen. Orang menyebalkan yang berstatus sebagai istri Glen.

Pernikahan mereka akan menginjak delapan tahun, bulan ini. Usia mereka pun sudah memasuki kepala tiga. Semuanya baik-baik saja sampai ada perbedaan pendapat yang mengantarkan hubungan mereka jadi sebeku ini.

Usai membuang makanan yang seharusnya menjadi sarapan mereka, April pun berjalan menuju kamar. Potret berbingkai perak itu menampakkan sepasang suami istri yang memakai jas hitam dan gaun putih, mengukir senyuman bahagia. Senyuman itu sudah jarang sekali April temukan di wajah Glen. Begitupun sebaliknya.

April membuka nakas meja kecil yang ada di sebelah tempat tidurnya. Dia meraih sepasang sepatu kecil berwarna cokelat yang dia beli beberapa bulan lalu. Dia tak memiliki alasan yang jelas untuk membeli sepatu bayi tersebut. Dia hanya membelinya karena menurutnya itu lucu dan menggemaskan.

April memasukkan sepatu itu kembali ke posisi awalnya.

Kurang lebih, memang itulah yang menyebabkan hubungan mereka jadi dingin. Perbedaan pendapat mengenai anak. Glen adalah seorang pria yang mementingkan pendidikan dan pekerjaan. Pria yang disiplin dan memiliki hidup yang tertata rapi. Untuk usianya yang sekarang, dia merasa bahwa pekerjaan adalah segalanya sehingga memiliki anak hanya akan membuat konsentrasinya pecah.

Di sisi lain, April adalah seorang penulis dongeng anak-anak. April selalu menyukai anak-anak. Sejak awal, mereka sepakat untuk menunda memiliki anak karena masih banyak yang ingin mereka lakukan terkait pekerjaan, tapi menurut April, rasanya tak adil jika mereka semakin tua dan itu bisa memperkecil kesempatan April untuk memiliki anak. Delapan tahun terlalu lama baginya. April selalu mencoba mengerti selama delapan tahun ini, tapi bagi April, Glen tak pernah bisa mengerti perasaannya.

Padahal, dulu tak seperti ini.

Padahal, dulu, pria yang menyandang status sebagai pria tertampan dan terpintar di kampus itu selalu mengejarnya, menyayanginya, dan mengerti perasaannya. Pria yang dulunya kerap mengenakan pakaian lusuh dan sepatu bolong itu memang tak memiliki apa-apa ketika April pertama kali bertemu dengannya. Namun, dia memiliki senyuman yang indah. Dia memiliki ilmu dan tekad yang besar, itulah kenapa kini dia bisa berada di posisi yang tinggi di perusahaannya.

Pria yang namanya selalu berada di posisi tertinggi pada ujian semester. Pria itu adalah Glen, suami April, milik April seutuhnya. April sangat mencintai Glen. April hanya tak bisa sejalan dengannya dalam beberapa hal. Bagi April, secinta apapun dia dengan Glen, bukan berarti semua pendapat Glen bisa dia terima.

April menjatuhkan posisinya di atas kursi goyang di ruang kerjanya. Dia masih harus mengerjakan dongeng yang belum selesai. Namun, pikirannya terlalu lelah untuk itu. April pun menoleh ke arah langit biru dari balik jendela.

April menutup matanya. Langit biru yang dihiasi kapas-kapas putih itu melemparkannya ke sebuah memori masa lalu. Dia ingat sekali, pagi itu, langit pun sebiru hari ini.

Hari dimana dia pertama kali berbicara dengan Glen.

Whatever Happens [Miniseri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang