3

1.5K 152 4
                                    

Akaashi mendapati dirinya terdiam menatap Shouyo yang masih menangis, sisik siren itu berubah menjadi kulit mulus dan dua kaki kecil yang sangat cantik.

Akaashi menelan ludahnya gugup, dan langsung tersadar saat mendengar rengekan dari Shouyo "Akaashi-san... Bagaimana ini, ekorku hilang..." dengan nada lirih dan diselingi dengan isak tangisnya.

Suaranya begitu lembut, Akaashi tak lagi mendengar jeritan kecil yang biasanya ia dengar saat Shouyo mencoba berbicara padanya.

Suaranya murni dapat di mengerti, sangat halus dan merdu, membuat sesuatu dalam diri Akaashi melambaikan bendera putih, tanda menyerah.

"apa aku tidak bisa berenang lagi?" Shouyo kembali berucap dengan isak tangisnya, ia menatap Akaashi yang masih membeku.

Akaashi yang tersadar-pun langsung mendekati Shouyo dan menutupi tubuh telanjang pemuda itu dengan jasnya, mengangkat tubuh mungil itu ke dalam gendongan ala pengantin.

Membawanya ke dalam kamarnya mengabaikan keadaan rumahnya, di atas kasur itulah Akaashi mengobati paha Shouyo.

Untungnya ia memiliki pengetahuan seputar obat-mengobati, jadi dia dengan mudah mengeluarkan peluru yang tertancap di paha Shouyo.

Ia meringis kasihan saat mendengar Shouyo memekik sakit dan kembali menangis.

Saat paha itu sudah ia perban, Akaashi mengambil kemeja di dalam lemarinya secara acak. Lalu memakaikannya ke tubuh mungil Shouyo.

Setelah itu hening, keduanya saling pandang. Dengan Shouyo yang masih sedikit terisak dan Akaashi yang mengelus pipi gempil itu, menghilangkan air mata yang jatuh.

Sampai akhirnya Shouyo membuka suaranya "bagaimana ini Akaashi-san? Apa aku gak bisa mendapatkan ekorku lagi?" dengan wajah sendu. Akaashi menghela nafas, ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

"untuk sekarang aku akan mengajarimu berjalan. Setelah lukamu sembuh, kita akan mencari tau bagaimana mengembalikan ekormu, oke?" usul pria itu dengan nada lembut, yang langsung di angguki oleh Shouyo.

Akaashi lantas mengambil tisu di atas nakas, baru tersadar bahwa sedari tadi mulut Shouyo masih terdapat bercak darah.

~♥~

Shouyo menatap kakinya yang gemetar saat di ajari jalan oleh Akaashi, bukan karena luka yang masih baru di pahanya tapi lebih karena ia tak pernah berjalan. Memiliki kaki saja ia tak pernah!

Tangannya memeluk erat lengan pria tinggi itu, tak ingin jatuh untuk sekian kalinya lagi. Hari sudah hampir malam tapi Shouyo belum juga bisa berjalan.

Bisa sih tapi masih gemetaran, dan jika Akaashi melepaskan lengannya dari pinggang Shouyo, pemuda mungil itu akan langsung jatuh.

"Akaashi-san~ aku capek" keluh Shouyo dengan nada merengek, ia menatap memelas pada Akaashi.

"hahaha baiklah, kita istirahat dulu" balas Akaashi dengan tawa kecil saat mendengar rengekan pemuda mungil itu, ia secara perlahan membantu Shouyo untuk kembali duduk di atas kasur.

Keduanya terdiam dengan posisi dimana Shouyo duduk di pangkuan Akaashi sedangkan pria itu melingkarkan lengannya di pinggang ramping Shouyo.

Memeluknya dari belakang dan kepalanya bersandar di bahu mungil itu. Pemuda cantik itu tak menolak, ia hanya diam menatap kakinya.

Akaashi sungguh tak menduga bahwa bangsa siren bisa berubah menjadi manusia, ia menutup matanya sambil berpikir apa kiranya yang menjadi penyebab Shouyo seperti ini.

Hidung mancungnya itu menempel di tengkuk Shouyo, menciumnya dalam diam dan menikmati kulit mulus itu.

Matanya terbuka tiba-tiba menunjukkan manik biru laut yang indah, saat ia ingat sesuatu. Akaashi kembali menyandar di bahu mungil Shouyo dan membuat pemuda mungil itu bersandar pada dada bidangnya.

Siren [AkaHina] TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang