Hellow!!
Happy Reading!! Hope you enjoy guys!!
I love youuuu♡♡♡♡!!!
Stay healthy!!Kejadiannya sudah lama, tapi kenangannya masih ada.
—Lilyanna.
"Ma, aku berangkat dulu ya?"
Rebecca menatap sendu kearah Ibu nya yang hanya diam dan terus melamun. Ia menghela nafasnya pelan, menghampiri sang Ibu lalu menyalami tangannya.
"Eca sayang Mama". Bisiknya pelan di telinga Sandra—Mama Rebecca. Lalu mengecup kening wanita paruh baya tersebut.
Berjalan menjauh dengan wajah yang tertunduk merasakan matanya memanas. Rebecca meninggalkan kediamannya dan berangkat ke sekolah dengan taxi.
Perlahan air mata Sandra turun mendengar bisikan putri kecilnya, Eca kamu sudah besar nak, kira-kira begitulah isi batinnya.
Didalam taxi pun Rebecca hanya diam dan menatap kearah jendela yang menampakkan pemandangan kota saat pagi hari. Banyak kendaraan yang lewat, para pedagang juga sudah mulai menata barang jualan mereka.
Tak lama matanya menangkap sosok orang yang ia kenal sedang menatap kearah ban motornya yang terlihat bocor.
Rebecca menoleh kearah supir, "Berhenti sebentar Pak".
Taxi itu berhenti tepat disamping sang pemuda, Rebecca dengan segera turun dan menghampiri nya.
"Bocor ya Kak?"
Theo menoleh, "Hm. Ngapain turun?"
Mendengar itu sontak Rebecca tersentak, "A-ah itu aku tadi liat kakak kayak lagi kesusahan. Makanya aku turun, mau nawarin buat berangkat bareng mumpung pake taxi". Jawabannya dengan panjang lebar.
"Gausah gue bisa sendiri", balas Theo dengan acuh.
"Beneran? Bentar lagi kan bel masuk?"
Baru saja Theo akan menjawab tapi sudah terdahului oleh supir taxi pesanan Rebecca. "NENG? ayo atuh saya juga mesti nyari orderan lagi".
"IYA PAK BENTAR", lalu menoleh kearah Theo dan tanpa izin menyeret laki-laki itu untuk ikut masuk kedalam taxi. "Nah gini kan enak gak perlu debat lagi. Maaf Pak udah buat nunggu, silahkan dilanjutkan".
Theo mendengus kesal, "Ngga ada sopan santun banget lo sama kakak kelas. Orang tua lo nggak ngajarin kalau sama orang baru harus sopan?!"
Deg
Gadis itu terdiam, bahkan ia lupa kapan terakhir kali diajarkan sesuatu oleh kedua orang tua nya. Mendongak ia menatap mata Theo yang terlihat marah.
Dadanya kembali sesak. "Maaf", lirihnya dengan senyum kecut.
Setelah itu semua kembali hening sampai tiba disekolah keduanya. Theo keluar lebih dulu diikuti oleh Rebecca yang baru selesai membayar taxi itu.
Ketika sampai dikelas, Rebecca meletakkan tas nya di meja dan menjadikannya bantal. Perkataan Theo tadi benar-benar menyakitkan baginya, walau itu adalah suatu kebenaran tapi tetap saja.
Tak lain dari Rebecca, Lily pun terlihat murung dan hanya berdiam diri yang membuat semua teman sekelasnya heran. Tak biasanya Ratu keributan berdiam diri.
Anthea ataupun Jeslyn hanya memilih diam, lebih baik mereka bertanya saat jam istirahat agar leluasa.
Bel masuk telah berbunyi, lalu diiringi Bu Sri yang masuk dan pelajaran dilaksanakan dengan khidmat tidak seperti biasanya.
******
"Kenapa?"
Pertanyaan dari Jeslyn memulai percakapan mereka. Sedangkan Anthea hanya diam, menunggu jawaban dari kedua sahabatnya.
Hening.
Tapi itu semua tidak bertahan lama ketika isakan dari Lily mulai terdengar. "Mama hiks K-kak Lyn".
Grep
Jeslyn langsung merengkuh tubuh Lily ketika gadis itu mulai menangis. Selama ini Lily sangat jarang membahas tentang kedua orang tua nya. Mereka memaklumi karna tahu apa yang terjadi.
Rebecca terdiam dan menunduk, ia mendongak ketika melihat Anthea yang mengelus tangannya. "Kak Eca, kenapa?"
"Nggak papa kok", jawab Rebecca dengan senyum kecil.
"Kalau ada apa-apa cerita ya, kita saudari kan? Jangan di pendam sen—". Ucapan Anthea terpotong ketika Rebecca langsung memeluk nya dan Jeslyn secara bersamaan.
Tangisan kedua gadis itu terdengar begitu pilu dan menyesakkan. Jeslyn mengelus rambut kedua orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu dengan sayang.
Disini, walau mereka seumuran tapi Jeslyn lah yang paling tua. Dia bagaikan saudari bagi ketiganya, sikapnya yang random tidak menutupi sikap dewasanya.
"Udah gapapa ya, jangan nangis terus. Nanti cantiknya diambil sama Thea loh". Bisik Jeslyn pelan, mencoba menghibur.
Anthea yang mendengar nya segera berpose cantik dengan wajah songong yang dibuat-buat. Sontak hal itu mengundang tawa Rebecca dan Lily.
"Iya nih, jadi aku tambah cantik dan mempesona".
Lily memutar bola mata nya malas lalu menonyor kening Anthea, "Gaya banget najis".
"Apasih sirik banget iyuuww".
Melihat pertengkaran mereka membuat Rebecca dan Jeslyn tertawa terbahak-bahak. Menurut mereka ini adalah hal lucu, seperti kucing dan tikus.
Diam-diam Jeslyn bersyukur karna bisa mengalihkan rasa sedih keduanya. Dia ingin, apapun yang terjadi itu adalah hal yang baik untuk mereka.
Tanpa mereka sadari, dari jarak yang tak jauh dari mereka, berdiri seorang laki-laki yang melihat dan mendengar semuanya dari awal.
Sudut bibir nya naik keatas. "Kau membuat ku semakin tertarik dengan mu babe".
Gumam laki-laki itu sebelum akhirnya memilih untuk pergi.
Jeslyn menoleh kebelakang, dia merasakan ada seseorang yang menatap mereka. Siapa tadi?
Thanks for Reading!!!
Love you (๑'ᴗ')ゞ♡♡♡♡♡!!!
—Alen
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆 𝐀 𝐌 𝐄 [ DISCONTINUE ]
Historia Corta[ DISCONTINUE ] I want to live like you, but God says this is my way.