"Bangsat ho, naik tangga kesana!."
Changbin dan Minho masih sibuk berlari karna 2 pengawal yang di kirim oleh Johnny untuk mengawal adiknya terus mengejar.
Minho menekan nekan angka dengan panik, namun lift tak kunjung terbuka. Dari pada menunggu lift itu terbuka Changbin berpikir akan lebih baik ia menaiki tangga saja untuk berlari menghindar dari orang yang mengejarnya.
"Kopermu tak usah di geret-geret anjing," kesal Minho melihat Changbin yang menarik dirinya juga koper yang ia bawa dengan susah payah. Dengan berlari Changbin menjawab, "ada binnie di dalam, aku tak tega meninggalkannya."
"Bangsat kau biinnn."
Binnie, itu boneka babi kesayangan Changbin. Kalau di pikir-pikir wajah Changbin saja yang garang, padahal hatinya sangat lumer bak cream cake.
Beralih dari mereka berdua, setelah sarapan tadi Felix sudah di sibukkan dengan alat-alat elektronik di depannya, tentu saja apa lagi kalau bukan komputer dan lain lainnya. Dengan fokus ia telisik satu demi satu. Kalimat per-kata yang jarang orang biasa pahami, penuh angka juga tanda tanda unik.
"Selamat siang Mr. Lflix," suara itu terdengar melalui komputer yang sedang ia otak-atik sekarang yang tentu suara itu terdengar lebih membesar dan sedikit ngebass, layaknya sebuah handphone yang tengah berbicara.
"Siang," balasnya.
Kembali, Felix mengetikkan sesuatu pada keyboard komputernya, dengan lihai ia ketik tanpa menatap keyboard nya matanya fokus pada komputer.
Tik
Tik
Tik
Suara ketikan dari tangan Felix terus terdengar, hingga ia berhenti dan menampilkan sebuah rahasia besar dari perusahaan Lee Donghae.
Ia tersenyum puas— "akhirnya".
Cklek
Jisung datang dengan tumpukkan kertas-kertas di tangannya. Ia hampiri Felix lalu menarik satu kursi putar dan mensejajarkan nya pada Felix.
"Bagaimana?"
Felix tersenyum bangga— "sudah ku bilang, kalian tak perlu meragukan ku."
Jisung hanya mangut-mangut, lalu sedikit mengernyit melihat salah satu disana ada yang mengganjal, "Tuan Lee... memiliki tiga putra?, bukannya hanya Mark dan Jeno saja?."
Felix yang baru sadar akan itu ia kembali menatap komputernya. Ia mengernyit— "kau benar".
Felix menscroll kebawah pada tiap kalimatnya ia abaikan begitu saja. Sampai ia bertemu dengan biodata asli dari tuan Lee. Jelas mereka berdua tersentak kaget, yang berada disana adalah Lee Minho, temannya.
"Minho!."
"Dia putra tuan Lee?."
"Sepertinya begitu."
Dengan lincah jari-jari Felix menekan tombol per-tombol juga menggeser kesana kemari, dan berakhir pada laman perihal putra dari ceo besar di kotanya, yakni tuan Lee juga tuan kim.
"Ada hubungan apa mereka berdua?,"
"Bukannya mereka bersaudara?."
Felix melirik Jisung sekilas, "Benarkah?."
Jisung mengangguk.
"Harus kita selidiki, ikut aku!."
Felix meninggalkan komputer nya yang masih menyala, ia tarik tangan Jisung dan mengarahkan helmnya pada Jisung juga sebuah masker berwarna hitam untuk berjaga berjaga saja, karna mereka sekarang telah menjadi buronan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC : STRAY KIDS
Action[tamat] : 18+ terdapat banyak aksi kekerasan, harap bijak dalam membaca. persahabatan mereka hancur. membuat mereka penuh dengan hasrat saling membunuh. musuhnya, Mark, menginginkan kakaknya kembali walau harus di gantikan oleh nyawa. Mereka bodoh...