Death Moon Curse

248 51 14
                                    

Terimakasih untuk antusiasnya, rainbow!

Semoga kedepannya kalian mau baca, vote, dan komen terus

Oh ya, kalian juga bisa loh komen di setiap part paragraf atau dialog, gak harus nunggu di akhir. Supaya lebih excited akunya :)

 Supaya lebih excited akunya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, rainbow!

.

.

.

.

"Jeem, ajak dia berdansa.."

Jeem seketika menatap bundanya yang baru saja mengatakan itu. Sebelum Realine memberikannya isyarat, mungkin Jeem memang terlihat agak terkejut. Tapi kini pria itu langsung menangkap maksud sang bunda.

Realine sepertinya ingin menjodohkan Jeem dengan Ariana. Tatapan antara dia dengan ibunda Ariana juga sudah sangat tertebak oleh Jeem. Jadi Jeem pun mengikuti alur permainan yang diinginkan bundanya itu.

Bukan karena apa-apa, tapi karena jujur Jeem juga tertarik oleh paras cantik dan penampilan Ariana.

Tanpa menunggu lama, Jeem langsung mengulurkan tangannya kepada Ariana.

Ia membawa gadis itu ke area dansa, dan memulai mengikuti irama seperti pasangan-pasangan lainnya yang sedang berdansa.

Di sini, berdansa bahkan saat baru kenal pun bukanlah suatu hal yang aneh. Justru itu bisa jadi sebuah cara pengenalan diantara berbagai metode biasa lainnya. Sepasang pria dan wanita berdansa, dan biasanya karena alunan musik klasik yang diputar itu bertempo pelan, mereka bisa sambil berbicara dan saling berkenalan.

Seperti halnya Jeem dan Ariana sekarang.

Tangan mereka bergenggaman, kaki mereka bergerak sinkron sesuai alunan musik, dan mata mereka saling bertatapan dengan senyum. Belum ada hal yang aneh dan semuanya masih terasa wajar.

Jeem tidak berdebar, ataupun merasakan gejolak apa pun juga. Begitu pun Ariana yang tetap menyembunyikan banyak hal dalam dirinya dan menutupi itu dengan sebuah senyuman saja.

Sampai Jeem memulai percakapan..

"Kau.. Menempuh pendidikan jauh-jauh di London, kenapa tidak disini saja?"

"Karena aku mendapatkan tawaran.."

Seiring dengan dansa mereka yang masih berlanjut, Jeem bertanya lagi. "Bagaimana rasanya hidup di London sendirian dari kecil, tuan putri?"

"Menyenangkan, sampai aku hampir lupa dengan kampung halamanku di sini." Jawab Ariana singkat.

"Sampai kau juga tidak tahu banyak tentang calon pemimpin Wittlekish yang sedang berdansa denganmu ini, ya?" Menanggapi sindiran Jeem itu, Ariana hanya tersenyum tipis.

EXOUSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang