BAGIAN : 3

763 11 0
                                    

Perempuan seperti aku ini simple sekali kok. Asal bisa kerja nyaman, gaji besar, dan banyak teman yg welkam itu bikin aku betah kerja. Tapi ada saja tantangan bagi karyawan baru yg adaptasi dengan lingkungan kerja. Seperti pak Handoyo yg mata keranjang, selalu bisa membantu tapi punya maksud tertentu dibalik kebaikannya. Sedang bagian auditor yg seorang cewek senior tapi ijasahnya cuma D3, terlihat judes dan selalu mencari kesalahanku. Bahkan laporan dariku selalu dianggap salah. Suatu hari ia tidak masuk kerja karena cuti, tentu saja tugasnya dilimpahkan ke pak Handoyo. Sedang pak Handoyo malah cuci tangan dan melimpahkan tugas ke aku.

" Kamu kan sarjana kumlot akuntansi, kenapa bingung tanya tugasmu sendiri ? " tanya Bu Titik yg mau cuti.

Aku tidak protes dia tampak iri atau bagaimana, hingga aku memilih diam dan tanya kepada pak Handoyo managerku. Ee pak Handoyo malah menggodaku.

" Santai saja..nanti sore kamu ikut aku dinner di resto " Lezat "." kata pak Han sambil melirik belahan blazer di dadaku yg agak rendah hingga tampak belahan dadaku yg menantangnya . Aku menghela nafas dan masuk ke dalam ruangku untuk mencari file data pembukuan dari Bu Titik.

Tiba2 datang seorang cowok yg kemarin mengantarku pulang. Pak Iksan membawakan flashdisk kepadaku.

" Kamu cari ini toh..ini semua data audit Bu Titik dan semua bagian keuangan. Kamu kerjain ya. Jangan lupa simpan baik2 flesdis ini." kata pak Iksan yg kemarin sempat mencium bibirku. Hatiku lega. Aku tancapkan USB ke labtopku dan muncul device baru yg kucari.

" Terima kasih banyak pak "

" Jangan bilang siapapun." katanya sambil melangkah keluar dari ruanganku. Kok bisa omong jangan bilang siapapun sedang didalam ruanganku ada pak Handoyo. Heran juga aku ketika menoleh ke belakang mau tanya pak Han, malah ditagih lagi.

" Kamu jadi mau minta file Bu Titik nggak ? Kalau jadi, ntar ikut makan malam denganku." kata pak Han sambil menurunkan kaca matanya melirik ke arahku.

" Nggak ah. Sudah dapet filenya "
" Dapet darimana, yg pegang saja aku koq. gak usah sok tahu "

Pulangnya pak Han sudah nunggu di mobilnya kalau aku mau numpang dengannya. Aku gak kepikiran mau pulang terlambat gak masalah toh aku sudah bisa handle tugasku yg rangkap dengan tugas Bu Titik.

" Mau pulang gak sih ? Aku duluan ya ?" ancam pak Handoyo di luar koridor kantor.

" Duluan deh.." kataku cuek. Kadang aku asal nyeplos saja gak kepikir makin malam susah cari taxi atau bus. Di luar sudah berisik teman2 starter motor dan mobil meninggalkan aku masih kerja sendiri di kantor. Pak Han sudah tidak kedengaran suaranya yg nyinyir terus.

Tiba2 aku mendengar seperti ada suara pintu kaca disampingku berderit, aku menoleh tidak ada siapapun. Mungkin ada cicak atau ganjal meja yg lepas. Merinding bulu kudukku dalam kantor yg sepi. Tapi tiba2 blaserku seperti ada angin yg menyapu diatas pundakku. Tanganku reflek meraba pundakku.

" Mau pulang sekarang ? Biar kuantar lagi sampai rumahmu." suara itu khas kuhafal sejak aku masuk kantor ini. Pak Ikhsan CEO kantorku.

" Ah bapak. Malu nih ngrepotin aja." kataku sambil bergegas mematikan desktop dan memasukkan map ke dalam laci, mengumpulkan alat tulis, mengambil tas tangan dan hp lalu berdiri.

Entah kenapa aku jadi merasa sangat nyaman dan bahagia ketika disapa pria tampan ini, tidak seperti pak Handoyo yg genit. Saat sampai di samping mobilnya, pak Ikhsan membukakan pintu untukku dijok disampingnya. Mobil melaju keluar dari halaman kantor ke pintu gerbang yg berbatas jalan raya. Aku lihat mobil pak Johan belum juga pergi dari depan pintu gerbang seperti berharap aku numpang ke dalam mobilnya. Pas lewat kaca mobil sudah ditutup pak Ikhsan sambil membunyikan klakson pertanda menyapa pak Handoyo. Tapi pak Handoyo tidak membalas klakson malah terus melongokkan kepala melihat ke belakang, mungkin menunggu saat aku keluar kantor. Kasihan. Mobil yang kutumpangi melaju lewat kanan mobil pak Handoyo.

Flasss! Pak Ikhsan memacu mobil tanpa menoleh ke kiri arah mobil pak Handoyo yg melambat. Aku menoleh tidak melihat apapun dari kaca gelap mobil pak Ikhsan. Aku tidak bayangkan apa yg dirasakan pak Handoyo saat ada mobil melintas di sebelah kanan. Mungkin saja ia masih penasaran kepadaku, apakah aku dapat tumpangan atau tidak.

***

"Kenalkan ini keluarga besarku.. duduklah di sofa.. santai saja.." sambut pak Ikhsan sambil persilahkan aku bersalaman dengan keluarganya. Ada pak Indra, dan beberapa lelaki setengah tua yang tidak kukenal menyalami tanganku sambil tersenyum. Tapi tidak ada orang yg kini bekerja di dalam kantorku.

Aku jadi tersipu malu ketika pak Indra merangkul pundakku sambil memberi gelas berisi anggur merah.

"Inilah karyawan kita yg kita terima sebagai keluarga baru Raden Mas Sudarsono"

Aku jadi tersanjung sekaligus bahagia karena telah dimasukkan dalam keluarga besar pemilik perusahaan.

"Sekarang kamu sedang merayakan hari jadi perusahaan keluarga. Semoga hari ini membawa keberuntungan kamu Tasha" kata Pak Ikhsan. Ternyata tamu undangan sangat banyak. Penyanyi lawas yg hanya kukenal lewat tv om Krisbiantoro tampak datang menjadi penyanyi sekaligus MC.

Betapa aku sangat terkejut ketika pundakku digoyah dan dicubit tangan seseorang.

"Bangun Tasha.. udah siang tuh." kata ibuku.

SANG PENUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang