Oca Berubah 2

19 2 0
                                    

...

"Ca, gue kangen sama lo" ujar kevin pelan.

Kevin menghela nafasnya menyesali sikapnya selama ini pada oca. Kalau saja dia tak menyakiti oca, mungkin sekarang oca masih menjadi oca yang dulu.

"Maafin gue ya ca" ucapnya lagi pelan.

Kevin kembali melanjutkan pekerjaannya, walaupun fikirannya tak bisa fokus karna terus memikirkan oca.

---

Oca bersorak dengan penuh semangat saat menonton pertandingan bian.

Tentu saja bian menjadi lebih semangat saat oca menyemangatinya.

"Bian semangat!" Teriak oca sekencang kencangnya.

Bian yang mendengar teriakan oca memberikan flying kiss pada oca.

Hal ini membuat para suporter biar yang lain berteriak histeris menatap bian.

Oca hanya tertawa geli melihat ini.

Tiba tiba oca merasa kepalanya sangat sakit dan kakinya lemas, oca terduduk sembari mencengkram kuat ujung roknya.

"Mungkin karna cuacanya terlalu panas" ujar oca pelan sembari menggelangkan kepalanya.

Oca berusaha mengatur nafasnya agar sakit dikepalanya segera hilang.

Dan tidak berapa lama pertandingan selesai, pertandingan dimenangkan oleh team bian tentu saja.

"Oca" panggil bian menghampiri oca.

Oca mendongkkan wajahnya dan menatap bian sambil tersenyum.

"Lo hebat bi" ucap oca tersenyum.

"Siapa dulu, fabian bagaskara" ujar bian membanggakan dirinya.

Oca tertawa melihat bian yang terus membanggakan dirinya.

"Bentar ya, abis ini kita balik" ucap bian sambil mengusap lembut rsmbut oca.

Oca mengangguk sembari menatap bian yang kembali berlari ke tengah lapangan untuk menerima hadiah.

Sepulang dari pertandingan basket bian mengajak oca makan eskrim sambil menikmati sunset didekat danau yang dekat dengan sekolah mereka.

Tentu hal ini membuat oca sangat bahagia.

"Eskrim lo ca" ujar bian memberikan eskrik untuk oca.

Bian duduk disamping oca sambil sesekali tersenyum mencuri pandang melirik oca.

"Bi, lo tau gak kenapa senja itu lebih romantis dibandingkan sama fajar?" Tanya oca menoleh ke arah bian.

"Karna cahanya senja lebih keorenan dan indah" jawab bian.

"Jawaban lo gak salah sih, tapi bukan itu jawabannya" ucap oca lagi sambil menatap lurus kedepan, menatap matahari yang mulai terbenam menyisakan berkas cahaya jingga keorenan yang sangat indah.

"Terus yang bener apa ca?" Tanya bian.

Oca tersenyum sembari menyandarkan kepalnya dilengan bian "karna hakikatnya perpisahan itu lebih dingat daripada pertemuan" jawab oca.

Bian tersenyum mendengar jawaban oca, sambil mengusap lembut rambut oca.

"Tapi gue inget kok gimana pertama kali kita ketemu sampai sekarang" ujar bian.

"Lo juga harus inget, gimana nanti kita berpisahnya ya bi" celetuk oca.

"Ngomong apa sih lo ca, gak jelas ah" omel bian menatap oca kesal.

"Bi.." panggil oca tanpa menoleh ke arah bian.

"Apaan ca?" Sahut bian.

"Gue boleh minta satu hal gak sama lo bi?" Tanya oca mendongakkan kepalanya menatap bian.

"Apaan? Kalo gue bisa kabulin ya bakal gue kabulin buat lo ca" jawab bian tersenyum.

"Kalo nanti, suatu saat, gue berada dikondisi terlemah gue, dan gue minta lo buat bawa gue kesini liat sunset kayak gini, tolong lo kabulin ya bi" ujar oca tersenyum kembali menatap cahaya senja yang perlahan mulai menghilang.

"Lo itu ya ca, ngomongin apaan sih? Gak jelas banget ah" ucap bian kesal.

Ada rasa khawatir di hatinya saat mendengar perkataan oca barusan.

"Gue cuma bilang kalo bian, kalo, kalo suatu saat itu terjadi, lo janji harus ngabulin permintaan gue" ucap oca lagi.

Oca mengakat lengannya dan mengarahkan jari kelingking mendekat ke wajah bian.

"Janji dulu dong bi" ucap oca lagi sambil menggoyang goyangnya jari kelingkingnya.

Bian menghela nafasnya kasar menatap oca, dengan hati yang berat bian mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking oca untuk janjinya.

"Okey sudah distempel, awas kalo lo boong" kata oca lagi sembari mempoutkan bibirnya.

"Iya iya, bawel banget lo ah" jawab bian menatap oca.

Oca mengerjap ngerjapkan matanya yang terasa sangat berat, kepalnya pun tiba tiba terasa sangat sakit.

"Aduh" keluh oca mencengkram kuat kepalanya.

Bian yang melihat oca kesakitan mendadak panik.

"Ca lo kenapa ca?" Tanya bian panik memangku tubuh caca yang tiba tiba melemas.

"Bi kepala gue sakit banget bi" jawab oca pelan sambil terus memegang kepalanya.

"Ayo ca gue bawa lo kerumah sakit ya" ujar bian.

Bian membopong oca dan menaikkan tubuh oca ke punggunya, bian berdiri dengan hati hati.

Sekuat tenaga bian menggendong tubuh oca dan berlari secepat mungkin menuju rumah sakit terdekat.

"Ca tahan ya ca" ujarnya sepanjang jalan sambil sesekali menoleh ke arah oca.

...

To Be Continue~

GOODBYE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang