Bab 13 Terpisah

14 1 0
                                    


....
Nuy berbalik, menatap Ryu dengan mata berbinar setelah melihat hasil tembakan kali itu tidak meleset terlalu jauh dari sasaran. Nuy memegang kedua tangan Ryu dan mengguncangnya seperti yang dulu pernah mereka lakukan. Keduanya berpandangan dan tertawa bersama, lalu melepaskan genggamannya. Ryu menahan tawa melihat Nuy lari menjauh darinya dengan wajah bersemu merah.

**

Sejak hari itu, Nuy terus belajar memanah membuat Ryu tampak tersenyum bahagia saat melihatnya selalu membawa busur dan anak panah. Tidak hanya batang pohon yang menjadi sasaran, tetapi buah yang menggantung di pohon pun jadi incarannya. Tembakannya pun makin baik dan jarang meleset.

Pemuda dengan bulu halus di wajahnya itu pun bangga telah mengajarkan kepada Nuy. Selain gadis yang telah membuatnya jatuh hati dan kagum melihat kemampuannya terus meningkat. Ryu ingin selalu berada di samping Nuy, tetapi entah mengapa tiba-tiba datang perasaan yang tidak dimengerti. Dia akan pergi meninggalkan Nuy sebelum tahu perasaan gadis itu kepadanya. Karena gadis itu terlihat masa bodoh dengan segala bentuk perhatian yang dia berikan selama ini.

Ryu menoleh saat mendengar suara ranting patah dari sebelah kiri. Nuy sudah berdiri di sana sambil membawa dua ekor burung kecil hasil buruannya. Dua binatang kecil itu diletakan di dekat Ryu yang masih menatap Nuy tanpa berkedip.

"Hei," sapa Nuy seraya melambaikan tangan di depan wajah Ryu. "Masih bagi sudah melamun aja. Kenapa?"

Ryu mengerjap. "Karena kamu," jawab Ryu seraya memalingkan wajah dengan cepat.

"Iya. Aku kenapa?" tanya Nuy lalu duduk di depan Ryu yang sedang membuat api.

Ryu menoleh dan kembali menatap wajah gadis cantik dengan bibir tipis yang ada di hadapannya. Mereka saling bertatapan, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Ryu.

'Aku sangat mencintai kamu, Nuy, tapi tidak akan pernah mengatakan itu secara langsung karena aku ingin kamu menyadari suatu hari nanti. Betapa besar rasa cinta ini untukmu,' batin Ryu yang menahan sesak dalam dada.

"Ditanya malah diem aja, sih. Jawab dong, Ryu," kata Nuy.

'Tanpa kujawab, harusnya kamu tahu, Nuy, batin Ryu sembari menatap Nuy kembali.

"Bagaimana aku tahu kalau kamu tidak mau jawab?" tanya Nuy seolah bisa membaca pikiran Ryu.

Ryu agak terkejut, tetapi masih diam. Dia serius dengan api supaya tidak membakar habis burung kecil yang ada di atasnya. Tidak berapa lama, Ryu memberikan kepada Nuy yang menunggunya seperti anak kecil. Jongkok di depannya dan selalu melihat ke arah burung yang sudah kehilangan semua bulunya.

"Ryu, ini aku kembalikan padamu, ya," kata Nuy seraya mengangsurkan busur panah Ryu.

"Kenapa?" tanya Ryu menghentikan aktifitasnya mengunyah.

"Ini milikmu dan aku hanya pinjam. Makanya sekarang aku kembalikan," ujar Nuy lirih.

Ryu meraih tangan Nuy dan mengajaknya berdiri, lalu menatap wajah yang menunduk. Dengan penuh perasaan Ryu menyentuh dagu Nuy membuat gadis itu mengangkat kepalanya.

"Nuy, busur ini sudah kuberikan untukmu," ujar Ryu. "Tolong kamu jaga dan gunakan dengan baik, ya."

"Kamu kenapa gitu sih?" tanya Nuy mencoba mencari jawaban di manik hitam Ryu.

"Nggak apa-apa, cuma ingin kamu selalu inget sama aku terus," jawab Ryu yang langsung disambut dengan cubitan kecil di pinggangnya.

Nuy segera menghentikan aksinya, setelah Ryu berteriak minta ampun.

"Bagaimana kalau tidak mau, Ryu?"

Ryu menatap Nuy yang belum mengalihkan pandangan darinya. Dia tahu sosok gadis itu memang suka keras kepala. Apa pun kemauannya harus dituruti, jika tidak akan cemberut dan tambah cuek.

The Magic of Linex (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang