Bab 18 Balas Budi

11 1 0
                                    


....
Hanna hanya terkekeh, lalu menyuruh anak buahnya untuk membunuh Nuy menggunakan senjata yang lain dengan kedua sisi ujungnya membentuk kait.

Ryu terbelalak, lalu berteriak memanggil Nuy sekuat tenaga. “Nuuyyy!!!”
“Nuh, bangun! Buka matamu!” pekik Ryu lagi.

**
Suara Ryu menggema tidak hanya membangunkan Nuy, tetapi juga sampai ke telinga seekor cymora yang berada tidak jauh dari tempat itu. Binatang itu tampak melangkah membawa mangsa di mulutnya.

Nuy membuka mata, lalu mencoba fokus melihat kilatan cahaya yang ada di depannya. Dengan cepat Nuy berkelit, lalu memberikan tendangan di bahu orang itu dan membuatnya terjerembab.

“Hajar!” teriak Hanna. “Sudah aku bilang, jangan berani melawanku.”

Kini Ryu yang menjadi bulan-bulanan Hanna dan anak buahnya hingga babak belur. Pemuda itu hanya bisa pasrah, setelah tahu permainan Hanna yang sangat licik. Hanna telah menggunakan kelemahan mereka untuk menekan dan membuatnya tidak berdaya.

Ryu bisa menahan sakit yang mendera seluruh tubuh, tetapi tidak sanggup melihat Nuy yang dihajar dalam keadaan terikat seperti itu. Air mata Ryu tidak mampu dibendung lagi, saat Hanna menginjak kaki Nuy yang terluka dengan sengaja.

Nuy berteriak kesakitan. Napasnya pun tersengal-sengal dengan keringat membasahi keningnya. Hal itu tidak membuat Hanna menghentikan aksinya, tetapi malah makin menjadi dan tidak menaruh rasa iba sedikit pun.

“Nuy, lawan!” teriak Ryu mulai gemas melihat Hanna yang makin keterlaluan.

Nuy menoleh lalu menggeleng pelan.

“Nuy, dengerin!” teriak Ryu lagi. “Lebih baik kita mati karena melawan, daripada mati sia-sia karena pasrah dan menyerah.”

“Bicara apa kamu?” sela Hanna seraya memukul Ryu dengan keras.

Ryu membungkuk sambil melirik Nuy yang masih diam. Pemuda berharap Nuy membalas tatapannya untuk bisa melakukan perlawanan bersamaan.

“Nuy, sekarang!” pekik Ryu seraya melompat saat anak buah Hanna menyerangnya.

Hanna melihat ulah Ryu pun marah dan memerintahkan untuk menghajar keduanya, sedangkan dia mengambil tepat duduk di bawah sebawah pohon yang rindang sambil menikamati buah-buahan yang dihidangkan.

Ryu mengangkat badannya, lalu bergantung dengan kepala di bawah sambil berusaha melepas ikatan di pergelangan tangannya. Sesekali ekor mata Ryu melirik Nuy, yang sedang berusaha mengelak dan menangkis serangan anak buah Hanna.

Nuy menggunakan punggung lawan untuk membantunya naik dan bergantung di atas sambil melepas ikatannya. Tidak berapa lama, Nuy sudah turun dan berdiri dengan sebelah kakinya. Dia mencoba memberi isyarat kepada Ryu, dia sudah tidak mampu untuk bertahan lebih lama lagi. Namun, Ryu menatapnya dengan tajam sebagai tanda harus terus berjuang.

“Nuy, menunduk!” pekik Ryu membuat Nuy bergerak cepat.

“Waow ... ternyata kalian kompak, ya,” ucap Hanna dengan sinis.

Tidak hanya mata yang terasa panas melihat kekompakan Ryu dan Nuy, tetapi ada sekeping hati yang sudah terbakar api cemburu dan siap membakarnya. Hanna menatap mereka penuh kebencian dan ingin melihat kedua cepat mati. Bila perlu sekarat di depannya.

Hanna terus melihat Nuy yang bergerak menghindari dari setiap serangan anak buahnya dengan gesit. Bahkan bisa membalas serangan itu dengan pukulan yang telak. Hanna mulai terlihat geram karena beberapa anak buahnya sudah dipukul mundur oleh Ryu dan Nuy.

Namun, keduanya sudah tampak kelelahan itu yang membuat Hanna tersenyum sambil melangkah menghampiri Nuy yang sedikit membungkuk dengan napas terengah. Hanna yang licik memanfaatkan saat keduanya lengah untuk menjadikan salah satu dari mereka tawanan dan mengajaknya bermain hingga nyawa terpisah dari raga.

The Magic of Linex (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang