14

1 0 0
                                    

Johan membawa Alina ke suatu tempat. Alina yang baru saja turun dari mobil terheran melihat ke depan. Tempat dimana asing menurut nya.

"Ayo turun." kata Johan.

Mereka pun turun. Johan berjalan duluan ke sebuah bangunan yang seperty rumah ah bukan tapi istana. Jika rumah tapi ini terlalu besar.

Alina seakan takjub melihat nya. Rumah yang ia lihat begitu indah dan mempesona. .

"Ini rumah siapa pak?" tanya Alina.

Johan hanya diam saja. Sedangkan Alina kesal sekali karena pertanyaan nya tidak di jawab.

"Gue tanya ya pak. Ini rumah siapa. Sumpah bagus banget."

"Bisa tidak memanggil saya jangan ada embel-embel pak."

Dahi Vivi berkerut. Ia bingung. Bukan nya lelaki di depan nya adalah gurunya. Jadi wajar donk?

"Terserah gue mau manggil apa. Lagian lo kan guru gue."

Johan hanya berdehem tanpa menjawab apa pun. Ia memanggil orang yang mengurus rumah ini.

"Selamat datang den Johan." sapa seseorang ibu paruh baya.

"Iya mbok." jawab Johan ramah.

Vivi hanya diam saja melihat nya. Ia kesal sekali dengan sikap Johan. Pada nya saja cuek dan irit bicara huft.

"Ini pasty non Vivi ya."

"Ko tahu nama gue? tanya Vivi bingung.

"Tuan Farhan udah cerita sama mbok. Kalau kalian akan datang." ucap nya lagi. Oh jadi ini adalah rumah papa Johan. Vivi menanggapinya dengan senyuman.

"Apa kalian mau menginap disini?"

"Tidak mbok. Kami hanya ingin melihat sebentar saja kok. Menginap nya lain kali saja."

"Baiklah. Oh ya mau minum apa mbok sampai lupa."

"Biasa aja mbok oh ya kamu mau minum apa?" tanya Johan ke Vivi.

"Samain."

Mereka menunggu minuman yang akan di siapkan. Johan mengajak Vivi duduk di sofa.

"Ini rumah kami dulu. Tapi sewaktu papa buka tempat kerja di sana, rumah ini di kelola oleh mbok Lala dan suaminya." jelas Johan.

"Lalu?"

"Nanty nya setelah kita menikah, kita akan tinggal di sini. Apa kamu keberatan?" jawab Johan sambil menatap Vivi.

"Hm. Gak." jawab Johan akhirnya. Meski di dalam hati Vivi ragu. Entah mengapa sangat sulit jika dirinya akan menikah muda.

"Ini den, non di minum. Oh ya ini mbok buatkan kue."

"Terimakasih mbok." ucap Vivi.

Mbok Lala tersenyum simpul. Ia menyukai calon istri tuan muda nya yang begitu ramah dan cantik. .

Mbok Lala kemudian pamit untuk ke belakang. Dan sekarang menyisakan Johan dan Vivi. Mereka sangat canggung bahkan mengobrol pun susah.

Vivi sangat tidak enak dengan situasi yang kaku dan canggung seperty ini.

Kaki Vivi ia gerakan. Sikap nya tidak luput dari penglihatan Johan. Seperty nya Vivi bosan.

"Kamu bosan?" tanya Johan.

"Menurut lo?" tanya Vivi balik.

"Mau pulang?" tanya Johan lagi.

"Ya lebih baik pulang. Daripada di sini mati kutu." ucap Vivi kemudian ia melangkah ke luar.

Jodoh Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang