6

4K 104 9
                                    

Biasakan vote sebelum membaca!

Jangan lupa untuk berkomentar! 🌚

Baca ini diusahakan setelah berbuka. 😎
Dosa masing-masing. 🌚

***

"Jangan buka pintunya." Lisa menahan lengan Hanbin yang sepertinya berniat untuk turun dari sofa. Lebih tepatnya ingin membuka pintu.

"Aku menginginkanmu." Ucap Lisa sembari menggigit bibir bawahnya dengan sensual.

Dia baru saja akan merasakan kenikmatan surga dunia bersama Hanbin, Lisa tentu saja tak ingin siapapun mengganggunya.

Ting Nong

"Nakal sekali." Hanbin menyeringai. Lelaki bangir itu kembali memposisikan tubuhnya di depan Lisa.

Kembali menggesekkan ujung penisnya ke bagian sensitif Lisa lalu kemudian melesakannya ke dalam.

"Akh-ghhh" Lisa memejamkan matanya saat merasa benda asing masuk ke dalam hole nya. Besar dan keras.

Hanbin mencondongkan tubuhnya ke arah Lisa lalu mulai memagut bibir kissable Lisa saat ia mulai memaju mundurkan tubuhnya. Menanamkan penisnya ke dalam lubang vagina Lisa yang sudah basah.

"Akh-akh" Lisa tak bisa untuk tak mendesah saat merasakan kenikmatan yang Hanbin berikan pada tubuhnya.

Lisa menyukainya.

Lisa suka bagaimana penis Hanbin ada di dalamnya. Menyentuh sweetspot nya, membuatnya seakan melayang.

Ting Nong

Hanbin mencium Lisa beberapa kali sebelum ia beralih ke leher jenjang gadis yang kini sedang berada dalam kukungannya.

Suasana di dalam apartemen itu begitu panas dan menyesakkan, seolah AC yang hidup itu seakan mati.

"Ughhhh-" Lisa menyentuh bagian belakang kepala Hanbin, meremasnya pelan saat merasa lelaki itu kembali menyentuh titik kenikmatannya.

Ting Nong

Persetan dengan seseorang di daun pintu apartementnya yang sekarang mungkin sedang menunggu untuk dibukakan pintu.

Yang Hanbin pedulikan sekarang adalah bagaimana penisnya yang keluar masuk di lubang berkedut Lisa yang mana membuatnya gila.

Ini bukan yang pertama kali bagi Lisa tapi miliknya masih sempit, Hanbin tak habis fikir.

Hanbin meremas payudara Lisa lalu menyesapnya layaknya seorang anak yang sedang menyusu.

Sial, Lisa merasa pening saat kenikmatan datang bertubi-tubi padanya.

Hanbin, oh---lelaki itu membuat Lisa kesetanan dan ingin terus melakukannya.

"N-nahh-i-ituu-ahhh"

"I-ini-hhh-"

"Y-yaa-hhh"

Suara desahan mereka saling menyahut di ruangan hening itu.

***

Lisa masuk ke dalam kelas dengan wajah berseri-seri dan tak peduli pada wajah Jennie yang sedikit murung.

Sebutlah Lisa adalah teman yang jahat karena secara tak langsung ia yang membuat Jennie seperti itu.

"Lisaaa" Jennie menggoyangkan lengan sahabatnya itu kala tak mendapati Lisa yang malah langsung duduk di sampingnya tanpa menyapanya terlebih dahulu.

"Apa, hm? Kenapa?"

Sepertinya Lisa memang memiliki skill acting yang baik. Buktinya, sekarang ia tengah tersenyum manis menghadap ke arah Jennie yang menampilkan wajah mencebik.

"Hanbin tak bisa dihubungi."

Lisa tahan, jangan tersenyum.

"Loh? Kenapa?"

Jennie menghela nafas. Gadis berambut coklat itu menggelengkan kepalanya. "Tak tahu. Yang jelas sejak aku selesai dengan les inggris, Hanbin tak pernah menjawab panggilanku sekalipun."

Jennie menatap Lisa dengan matanya yang berkaca-kaca. "Sampai sekarang." Lirihnya. Air matanya sudah menganak sungai di kedua belah pipinya.

Dan tangisannya pecah saat Lisa membawanya ke dalam pelukan gadis itu.

Jennie merasa beruntung karena ada Lisa yang selalu ada ketika ia butuh tempat untuk bersandar. Padahal, ia sendiri tak tahu bahwa Lisa lah yang membuat Hanbin tak menghubunginya lagi.

***

Lisa menyukai mainan barunya saat ini. Dan mungkin, benda berurat itu adalah mainan favoritnya sekarang.

Hanbin bahkan tertawa saat Lisa tak mau ia mengeluarkannya dari dalam hole gadis itu.

Jadi, posisi mereka sekarang adalah Hanbin yang sedang memeluk Lisa dari belakang dengan milik Hanbin yang bertengger dengan manis di dalam milik Lisa.

Ranjang dengan spray putih itu bahkan sudah kusut tak berbentuk dengan bantal dan guling yang berserakan di lantai.

Dan mungkin Hanbin harus menyewa petugas kebersihan untuk membersihkan apartementnya yang kotor akibat permainan mereka yang tak kenal tempat tadi.

"Kau menggodaku?" Hanbin meringis tertahan saat Lisa menggoyangkan pinggulnya yang otomatis membuatnya ikut bergerak.

Lisa tertawa kecil sebelum ia berkata. "Bagaimana? Bukankah aku lebih bisa memuaskanmu daripada kekasihmu itu?" Dengan nada pertanyaan yang terkesan menggoda itu.

"Yah, aku tak bisa mengelaknya." Aku Hanbin. Lisa memang luar biasa. Hanbin bahkan tak bisa berfikir jernih karena lagi-lagi ia menginginkan mereka bermain di beberapa tempat dan beberapa ronde tanpa merasa bosan.

"Tapi, sepertinya kita harus mengakhirinya di sini."

"Apa maksudmu?"

"Kau dan Jennie bisa saja melakukannya setelah ini. Dan aku juga mungkin akan melakukannya dengan lelaki lain---ughhhhh-" Lisa tersentak saat Hanbin menggerakkan bagian bawahnya. Lelaki bangir itu bahkan membawa tubuh Lisa untuk menungging.

"Aku-h- akan batalkan perjodohanku dan-n Jennie jika kau-h- berjanji takkan melakukannya dengan yang lain-h-" Hanbin berkata seraya memaju mundurkan tubuhnya membuat kedua payudara Lisa bergerak seirama.

"Ah-yah--kau harus tepati-ucapanmu-"

Ditengah kenikmatan yang Lisa rasakan, ia menyeringai penuh kemenangan.

Hanbin adalah miliknya. Lisa tak bisa membagi Hanbin dengan Jennie.

***

Eh udah dikasih tahu bacanya abis berbuka 🌚

"MMMH" - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang